29 : 좋은 사람들의 이야기

951 135 10
                                    

"Kau terluka? Katakan dimana?"

"Haus. Air" Renjun bersuara lemah dengan mata tertutup.

"Air? Kau butuh air? Baiklah ayo ke sungai" Jaemin segera meraih pinggang Renjun untuk berdiri, namun Renjun melemaskan badannya. Ia sungguh tak bertenaga.

"Aku tidak bisa berdiri. Tolong ambilkan air" Racau Renjun masih dengan mata tertutup.

"Ada sungai tak jauh dari sini. Tapi aku tak bisa meninggalkanmu sendiri" Bantah Jaemin. Ia tidak mau kehilangan Renjun untuk yang ketiga kalinya.

"Orang itu sudah pergi bersama Yangyang tadi. Tolong, aku butuh air"

"Baiklah. Tunggu disini"

Dengan berat hati, Jaemin kembali meletakkan tubuh kecil itu untuk bersandar lagi di pohon. Kemudian mundur beberapa langkah dan berlari cepat. Sesekali menoleh ke belakang untuk mengawasi Renjun. Jaemin datang tak lama kemudian. Ditangannya ada sebuah tempurung kelapa berisi air untuk Renjun. Ia membangunkan Renjun yang sempat tertidur karena kelelahan menangis. "Renjun-ssi bangunlah. Aku membawa air untukmu"

"Uh?" Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali untuk melihat orang didepannya.

"Minumlah" titah Jaemin. Ia sedikit mendorong kepala Renjun agar mulut pemuda itu bisa menggapai air minumnya. Dengan kesabaran Jaemin menunggu Renjun hingga ia menghabiskan airnya. Pemuda Na itu tersenyum kala Renjun terlihat lebih bertenaga dari sebelumnya.

Renjun berterima kasih dengan pelan.

"Jaemin-ssi?"

"Ya?"

"Kau bisa melihat keadaan gelap begini dan menemukanku?"

"Bukannya sudah ku katakan kalau malaikat itu hebat?"

Renjun tersenyum kecil mendengarnya. "Gelap sekali tapi aku bisa melihat wajahmu"

"Aku akan membuat api menggunakan kayu kering. Tunggu disini"

Jaemin meletakkan tempurung kelapa tadi dan bergeser ke depan. Mengambil beberapa ranting kayu dan daun-daun kering, mengumpulkan mereka dan menaruhnya sedikit jauh di hadapan Renjun. Entah Jaemin yang hebat atau ranting itu yang mudah terbakar, tak butuh waktu lama untuk membuat api. Ia bahkan tak berkeringat sedikitpun, padahal membuat api begitu perlu beberapa menit bahkan mengeluarkan peluh.

Jaemin segera beralih menatap Renjun yang ikut menatapnya dengan mulut terbuka. "Haha. Kenapa melihatku begitu?"


"Uh? Tidak. Aku suka, ini hangat" Renjun menjawab dengan rona di wajahnya. Malu sekali ketahuan menatap crush-nya

"Ingin yang lebih hangat? Kau bisa memakai jaket milikku" Tanpa menunggu jawaban, Jaemin membuka jaket kulit miliknya.

Renjun menggeleng, menahan aksi Jaemin. "Tidak usah. Ini sudah hangat sekali bagiku. Nanti kau yang kedinginan" Ia mencegah, tapi Jaemin malah kembali bergerak. Kini jaket miliknya berpindah pada bahu sempit Renjun. Renjun merasa semuanya menghangat. Termasuk kedua pipinya.

"Memang benar ada api unggun. Tapi semakin malam, api ini akan mati dan kau bisa kedinginan nanti"

"Lalu? Kau bisa kedinginan kalau tidak memakai jaket" Renjun merasa tak tega, juga tak enak. Ia terlalu merepotkan Jaemin. "Apa aku terlalu merepotkan mu?" Suaranya memelan.

PECULIAR FATE 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang