13. Pelakor!✓

6.3K 488 39
                                    


♪ Happy Reading ♪
.
.
.




"Bibirmu terlalu merah, ah maksudku lipstik mu terlalu merah. Hapus!"

"Jangan lepas pegangannya!"

"Kau harus berada di sisiku, ingat?"

"Jangan melirik pria lain!"

"Jangan minum alkohol!"

"Dan jangan terlalu banyak makan yang manis nanti."

"Ja--"

Shut'

Telunjuk Chilea mendarat tepat di bibir Arsenio, laki-laki itu benar-benar sangat bawel. Padahal mereka hanya akan ke sebuah pesta pernikahan, kenapa harus seribet ini?

"Sudah Arsenio, kepalaku bisa pecah jika kau terus mengoceh," katanya dengan jengah.

Arsenio meraih tangan istrinya, lalu mengaitkannya di lengan miliknya. "Aku hanya mengingatkan, girl."

Chilea hanya bisa mendengus, kemudian keduanya masuk ke dalam gedung besar yang sudah didekorasi sedemikian rupa. Sangat besar dan mewah.

"Siapa yang menikah?" tanya Chilea dan refleks tubuhnya terlonjak saat tangan Arsenio menarik pinggangnya posesif. Shit, apakah dia tidak malu? Oh Chilea lupa, jika suaminya itu tidak tahu malu.

"Temanku," jawabnya singkat.

"Kak Lea!"

Chilea menoleh mendapati Hazelica yang berlari ke arahnya, lalu memeluknya erat.

"Eits, jangan memeluk istriku." Dengan sigap Arsenio melepaskan pelukan antara adik dan istrinya, hal itu membuat Hazelica mendengus sebal.

"Iss Kak Arsen! Posesif banget, padahal cuma peluk doang!"

Chilea hanya bisa terkekeh, melihat Hazelica yang terus mendumel mengumpati kakaknya sendiri. Sementara Arsenio, ia hanya bisa menghela nafas pasrah, membiarkan adiknya mengumpati dirinya sepuas mungkin.

Mereka naik ke atas pelaminan untuk memberikan restu dan selama kepada kedua mempelai.

"Jevan, aku tunggu kabar baik darimu setelah satu bulan," canda Arsenio dan dibalas dengan tawa oleh Jevan, teman Arsenio.

Chilea menoleh ke arah kiri menemukan Hazelica yang hendak akan naik ke atas pelaminan, karena tidak memperhatikan jalan ia menginjak gaunnya sendiri. Alhasil dia terjungkal kebelakang tapi, hufh untung ada orang yang menahannya.

"Apa kamu tidak apa-apa?"

Hazelica buru-buru kembali berdiri, merapikan gaunnya lalu membungkuk. "Ah makasih, jika tidak ada kamu mungkin kepalaku sudah pecah."

Laki-laki itu tertawa, namun tawanya hilang begitu saja saat ada seorang perempuan lain yang datang marah-marah sembari menjambak rambut gadis yang ia tolong, Hazelica.

Semua mata memandang kepada Hazelica dengan perempuan asing yang tiba-tiba menjambaknya. Maksudnya ini ada apa?

Dan yang lebih mencengangkan perempuan itu mengumpati Hazelica dengan sebutan pelakor. Apa-apaan ini?

"DASAR WANITA TIDAK TAHU MALU! KAU BERANI SEKALI MENGGODA SUAMIKU, MEMANG KAU SIAPA HAH?!" teriaknya seperti orang kesetanan.

"Mbak, apa yang anda lakukan?"

Zev, Zev Branson Ree adalah laki-laki yang sudah menolong Hazelica tadi. Ia tengah berusaha menarik tangan perempuan itu dari kepala Hazelica, begitu pun dengan Arsenio yang tidak tinggal diam. Sedangkan Jevan, ia berteriak memanggil satpam.

"Bawa perempuan itu pergi, bagaimana bisa kalian membiarkan wanita gila ini masuk?"

Kedua satpam itu hanya bisa menunduk, meminta maaf atas kelalaiannya.

Hazelica hanya bisa menangis dipelukkan kakaknya, bibirnya terus mengatakan bahwa kepalanya sakit.

"Hush, sudah jangan menangis." Arsenio berucap berusaha menenangkan.

"Dasar wanita gila! Maksudnya apa coba? Memangnya kapan aku menggoda suaminya? Aku saja tidak tau siapa suaminya," gerutu Hazelica kesal sembari mengusap-usap kepalanya.

Arsenio menarik tubuh adiknya, mengusap pelan pipi adiknya guna untuk menghapus air mata Hazelica.

"Maafkan aku."

Chilea, Arsenio serta Hazelica serempak menoleh ke arah laki-laki tadi. Mereka bertiga sepertinya memiliki pertanyaan yang sama, kenapa laki-laki itu meminta maaf?

"Ah, sebelumnya kenalkan saya Zev Branson Ree dan, perempuan tadi sepertinya dia fans fanatik-ku," jelasnya singkat namun Chilea paham dengan apa yang Zev katakan.

"Zev? Zev Branson Ree? Aktor terkenal itu, 'kan? Itu benar kau, 'kan?" tanya Hazelica bertubi-tubi dan dibalas anggukan serta senyuman oleh Zev.

Hazelica menutup mulutnya, merasa tidak percaya. "Huua itu benar-benar kau, bolehkah aku minta tanda tanganmu dan juga foto bersama?"

Arsenio mendengus, memutar bola matanya malas. Tadi nangis sekarang heboh.

Chilea menarik tangan suaminya untuk duduk, jujur kakinya sangat pegal. Semenjak dirinya hamil, Chilea jadi mudah kelelahan. Meskipun itu hanya berdiri beberapa menit saja ia sudah merasakan pegal luar biasa.

"Apa kamu pegal?" tanya Arsenio lembut.

Perempuan itu mengangguk, lalu Arsenio membawanya dengan hati-hati kesalah satu kursi yang paling pojok. Padahal masih banyak yang kosong, kenapa harus nyari yang jauh?

Setelah mendudukkan istrinya, Arsenio berjongkok, melepas high heels istrinya yang tidak terlalu tinggi lalu memijit kaki Chilea perlahan. Hati Chilea menghangat, Arsenio memang seromantis ini.

"Baru saja dua bulan dia sudah merepotkan mu, Lea. Bahkan sudah beberapa Minggu ini aku tidak dapat jatah," katanya dengan sedikit kesal.

Mendengar itu Chilea terkekeh, suaminya ini sangat lucu saat berbicara tadi. Chilea merasa kasihan dengan diri suaminya. Yang biasanya tiap malam dapat eh ini sudah beberapa Minggu tidak sama sekali.

"Dokter 'kan mengizinkan, Arsenio," ujarnya kemudian Arsenio duduk di samping istrinya.

"Aku hanya takut," balasnya dengan suara pelan.

Iya, Arsenio takut terjadi apa-apa dengan kandungan istrinya jika melakukan itu. Padahal dokter bilang tidak apa-apa, asal harus hati-hati dan pelan. Salahkan saja Arsenio yang terlalu takut.

"Arsenio, kita pulang saja yuk! Aku tidak suka ada di keramaian."







~ To Be Continue ~

[END] [S1&2] MY POSSESSIVE HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang