♪ Happy Reading ♪
.
.
.
.Setelah perdebatan antara adik dan kakak, kini Chilea tengah duduk dengan nyaman di kursi restoran bersama dengan Arsenio tentunya.
Wanita itu terlihat antusias melihat makanan yang ia pesan mulai tertata rapi di meja, sedangkan suaminya bersidekap dengan tampang kesal. Bagaimana tidak? Acaranya harus terhenti di tengah jalan.
Tapi kini, ia menatap cengo ke arah makanan yang benar-benar sangat banyak. Siapa yang akan memakan semua makanan ini?
"Samgyeopsal, bulgogi, miyeokguk, galbi, meuntang, bossam, mandu, gopchang, hoddeok. Dompet ku tidak akan habis hanya dengan membayar semua makanan ini, tapi siapa yang akan memakannya?" tanya Arsenio dengan menatap satu persatu makanan yang ia sebutkan.
Chilea menyeruput kaldu miyeokguk hingga hanya tersisa sedikit lagi. "Aku, aku akan menghabiskan semuanya. Kau tidak mau? Ya, sudah."
"Berapa bulan kau tidak makan?" tanyanya, lalu menyesap jus mangga yang ia pesan.
Ini aneh, karena biasanya istrinya tidak pernah makan sebanyak ini. Kadang Arsenio sering memarahi istrinya, sebab Chilea makan sedikit, apalagi saat sarapan.
Arsenio menghentikan kunyahan melihat Chilea yang membekap mulutnya. "Ada apa? Apa makanannya tidak enak?"
Wanita itu mengibaskan tangannya, kemudian menggeleng. "Tidak, aku hanya merasa mual dan sedikit pusing."
BRAK'
Laki-laki itu menggebrak meja sehingga seisi restoran terlonjak kaget sembari menatap heran ke arahnya. "Apa?! Ayo, kita ke rumah sakit sekarang."
Chilea cengo, hanya mual dan pusing kenapa harus sampai ke rumah sakit? Ia juga tidak akan mati hanya dengan mual dan pusing.
"Arsenio, kau berlebihan. Aku hanya mual dan sedikit pusing, tidak usah ke rumah sakit," ucap Chilea dengan menatap sinis suaminya, bikin malu saja!
Wanita itu terpekik saat tangan suaminya mengangkat tubuhnya, berjalan dengan santai di antara jeritan para pengunjung restoran.
"Jangan sepelekan hal kecil, bisa jadi itu adalah hal yang besar."
•••
Sepasang suami istri itu sudah sampai di mansion mewah milik Arsenio, setelah pulang dari rumah sakit.
Perkataan dokter beberapa saat yang lalu sukses membuat keduanya terkejut bukan main, siapa sangka hal yang sangat Arsenio harapkan akhirnya terjadi. Kenapa baru sekarang? Ah, akhirnya usahanya yang menyetubuhi Chilea setiap hari tidak sia-sia.
"Arsenio, aku akan masak makan malam. Kamu mau makan apa?"
"Tidak, jangan memasak!"
"Ya, sudah. Tapi, aku ingin ramyeon."
"Mi instan tidak baik, makan yang lain saja."
"Kalo begitu es krim."
"Itu juga tidak boleh, apalagi sekarang malam."
Chilea mendengus, lalu mendaratkan bokongnya di sofa ruang tamu. Arsenio melarangnya ini dan itu, padahal wanita itu sangat menginginkannya. Menyebalkan!
Dan lihat, Arsenio malah sibuk dengan iPad-nya. Apa benda kotak itu jauh lebih menarik dari pada istrinya?
"Arsenio!" panggil Chilea dan laki-laki itu membalasnya hanya dengan berdehem tanpa menoleh ke arah istrinya. Sial, kenapa Chilea sangat kesal? Ish, apakah ini bawaan bayinya? Iyaps, usia kandungannya menginjak dua bulan. Hebat bukan?
Chilea berjalan mendekati suaminya, mengambil benda yang menjadi perhatian Arsenio, lalu duduk dipangkuan suaminya.
"Apa aku sudah tidak menarik lagi di matamu?"
Entahlah, kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Chilea. Ia terlihat seperti wanita yang agresif.
Chilea lihat Arsenio membuang napasnya, seperti menahan kesal. "Sebentar lagi kerjaan ku selesai," balasnya hendak mengambil iPad tadi, namun dengan gesit Chilea mengambilnya, melemparnya begitu saja sampai kacanya retak.
Peduli setan dengan suaminya yang akan marah karena di dalam iPad itu terdapat banyak kerjaan yang belum ia selesaikan.
Lagi, laki-laki itu hanya bisa menghela napasnya, mencoba bersabar dengan sikap Chilea.
Jangan marah Arsenio, sabar.
Arsenio melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, lalu bertanya apa yang Chilea inginkan dan refleks wanita itu mengalungkan kedua tangannya ke leher sang suami. Kemudian dengan tampang tidak berdosa Chilea mengecup bibir suaminya sebanyak tiga kali.
"Aku ingin ramyeon," jawab Chilea dengan wajah yang dibuat sememelas mungkin, sungguh Chilea sangat ingin ramyeon.
Arsenio menggeleng. "Tidak!"
"Tapi aku sangat ingin, ini anakmu yang minta. Apa kau tidak akan mengizinkannya? Hanya satu kali, kok." Chilea tidak akan menyerah sampai apa yang ia inginkan bisa ia dapatkan.
"Baiklah."
Arsenio hanya bisa pasrah, kemudian menggendong istrinya ala koala menuju dapur, mendudukkannya di meja pantry.
"Aku saja yang membuatnya dan ingat, hanya sekali."
Chilea mengangguk antusias, menunggu suaminya selesai membuatkan ia ramyeon.
"Terima kasih, my husband," ucap Chilea dengan tulus.
Pergerakan Arsenio yang tengah mengaduk ramyeon terhenti mendengar kalimat yang istrinya lontarkan barusan. Baru kali ini wanita itu memanggilnya dengan sebutan 'suamiku.'
Entahlah, yang jelas hati Arsenio menghangat.
Setelah selesai ramyeon itu langsung Chilea lahap, tak sampai sepuluh menit ramyeon itu sudah habis tak tersisa.
"Woah, enak. Aku ingin lagi."
Arsenio mendelik, menatap istrinya sinis. "Hanya satu kali."
"Hyunsuk kau ini ja--"
"Apa?" selanya cepat. Menumpukan tangannya di samping kiri dan kanan tubuh istrinya.
Chilea memundurkan kepalanya, huhu jantungnya maraton again. "H-hyunsuk, a--"
Chup'
Wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali membuat Arsenio terkekeh geli melihat wajah istrinya yang menggemaskan. Membuat laki-laki itu harus mencium kembali bibir wanita itu, siapa coba laki-laki yang tidak akan tergoda akan tingkah laku wanitanya yang menggemaskan?
Kali ini lebih lama dibandingkan dengan yang tadi, Chilea masih shock dan tidak membalas ciuman suaminya.
"You so cute, my wife."
~ To Be Continue ~
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] [S1&2] MY POSSESSIVE HUSBAND [TERBIT]
RomanceMereka memang menikah hasil perjodohan tapi tidak seperti cerita lain yang setelah menikah harus pisah ranjang, membuat perjanjian di atas kertas dan tidak boleh mencintai satu sama lain. Berbeda dengan Arsenio dan Chilea, mereka berusaha untuk mene...