♪ Happy Reading ♪
.
.Hari ini Chilea berniat untuk pergi ke kedai burgernya, sudah lama ia tidak datang ke sana setelah dirinya mengandung.
"Mau ke mana?"
Chilea berbalik mendapati suaminya yang sudah rapi memakai jas kantor dengan dasi yang melingkar manis di lehernya.
"Kedai," jawabnya singkat. Jujur saja, masalah mereka berdua masih belum terselesaikan. Keduanya terjebak dalam perasaan yang membuat mereka bingung sendiri.
Arsenio maju beberapa langkah mendekati istrinya ada kilatan marah di dalam matanya. "Aku melarangmu, jangan pergi ke mana-mana!"
Wanita itu memejamkan matanya, mencoba untuk tidak emosi. "Aku sedang tidak ingin berdebat sekarang, jadi biarkan aku pergi. Aku pergi hanya sebentar dan tidak akan ke mana-mana, apalagi menemui seorang laki-laki," ucapnya dengan nada penekanan di akhir kalimatnya.
Laki-laki itu tentu tersinggung dengan itu, tapi mau bagaimana lagi? Ia hanya bisa menghela nafas, ia ingat Chilea tengah mengandung anaknya. "Hanya sebentar, lalu langsung kembali ke rumah, ma--"
"Tidak!" potongnya cepat. "Aku bisa naik taksi."
Tiga jam berlalu, selama itu Chilea habiskan di kedainya, mengamati para pegawainya dengan secangkir cokelat hangat.
"Evan!" panggilnya kepada salah satu pegawainya.
"Ada apa, Kak Lea?" tanyanya sopan dengan kepala yang sedikit menunduk.
Archelia beranjak dari duduknya, kemudian mengambil tas kecilnya. "Aku ingin pulang dan juga mampir dulu ke mall untuk membeli beberapa pakaian, karena sepertinya tubuhku semakin membesar."
Laki-laki blesteran Jepang-indonesia itu mengangguk, melepaskan apron cokelat yang ia pakai. "Tapi, aku bawa motor. Apakah tidak apa-apa, Kak Lea?"
"Yang penting kita di perjalanan selamat," balasnya.
Perjalanan yang santai dan tenang dengan beberapa topik pembicaraan yang berhasil membuat Chilea tertawa, seketika masalah yang ia hadapi lenyap begitu saja, meski hanya sebentar.
Banyak pegawai lainnya yang mengatakan bahwa Evan Gray Hayashi adalah laki-laki sedingin es yang tak tersentuh, memang laki-laki ini jarang berbicara tapi jika kalian sudah mengenalnya dengan baik, dia adalah orang yang asik untuk diajak berbincang.
"Evan, bisakah kita duduk dulu? Kakiku rasanya sangat pegal," ujar Chilea setelah lumayan lama mengelilingi mall.
Mereka berdua pun duduk di sebuah kursi empuk tanpa sandaran dekat lift.
Selagi duduk Chilea melihat ke sana dan kemari mencari keberadaan toko pakaian ada di mana, namun sayang bola matanya yang jernih itu berhenti saat menangkap seorang pria berjas hitam berjalan dengan seorang perempuan.
Matanya memanas, cairan bening itu siap meluncur. Akan tetapi, sebuah senyuman tipis tercetak jelas di bibirnya.
"Sepertinya menyenangkan jika melakukan hal itu," gumamnya pelan sangat pelan sampai Evan yang berada di sampingnya tidak mendengarnya.
"Evan, bisakah kamu memijit kakiku? Rasa benar-benar sakit," pinta Chilea.
Pemuda itu hanya mengangguk patuh, mana berani ia melawan Archelia yang merupakan bosnya sendiri.
"Pelan-pelan!"
Sengaja Chilea meninggikan suaranya bahkan Evan yang memijitnya pun terkejut, orang-orang yang berlalu lalang langsung menoleh ke arah mereka begitu pun dengan dua orang tadi.
Chilea tersenyum saat melihat dengan ekor matanya, Arsenio datang menghampiri dirinya dengan langkah lebar.
Bugh'
Evan langsung terpental, sudut bibirnya terluka dan berdarah.
"BRENGSEK, KAU MENYENTUH ISTRIKU!"
"Arsen, apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan nada terkejut, Chilea tak bisa prediksi kalau ternyata Arsenio akan meninju Evan.
"Apa kamu tidak apa-apa?" Chilea bertanya kepada Evan, membantu laki-laki itu berdiri lalu Evan mengangguk tanda ia tidak kenapa-kenapa.
Arsenio menarik tangan istrinya agar menjauh dari Evan dan detik itu pula, Chilea bisa melihat paras cantik berdiri di samping suaminya. Tak ia bayangkan untuk bertatap muka secara langsung dengan mantan kekasih suaminya.
Wanita itu memalingkan wajahnya saat tangan perempuan itu mengait dengan tidak tahu malu di lengan suaminya.
"Apa kamu pernah mendengar kalimat 'nyawa dibayar dengan nyawa'?"
Semuanya diam tidak ada yang bersuara hanya ada suara dari pengunjung mall.
"Itu yang sedang aku lakukan, kau berkencan dengan perempuan lain ah mantan kekasihmu atau mungkin kekasih (?) maka aku pun jalan bersama dengan laki-laki lain." Chilea tersenyum di akhir kalimatnya, menggenggam tangan Evan yang membuat si empu terkejut sendiri. Menatap tak percaya kepada tangannya yang digenggam oleh bosnya sendiri.
"Kau--"
"Stt," potongnya cepat. "Jangan berteriak, nanti orang-orang bisa tahu kalau ternyata CEO muda yang tampan ini baru saja tercyduk oleh istrinya sedang berselingkuh," ucapnya dengan nada berbisik.
Arsenio hanya bisa menggeram, lalu menghempaskan tangan mantan kekasihnya, Jevelin Neola Halwa yang langsung membuat perempuan itu terkejut kemudian kembali menarik tangan istrinya.
"Lea, ka--" kata-katanya terhenti kala istrinya melepaskan genggaman tangannya dan kembali berdiri di samping laki-laki asing yang sialnya tampan.
"Lanjutkan saja acara kencan kalian, aku tidak akan mengganggu. Aku tidak ingin ada berita buruk tentang suamiku," Archelia kembali mengegenggam tangan Evan. "Mari kita pulang dan, selamat bersenang-senang untuk kalian."
Baru juga dua langkah Chilea kembali berbalik, membisikkan sesuatu kepada suaminya. "Jangan lupa untuk tanda tangani surat dari kantor pengadilan."
~ To Be Continue ~
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] [S1&2] MY POSSESSIVE HUSBAND [TERBIT]
RomanceMereka memang menikah hasil perjodohan tapi tidak seperti cerita lain yang setelah menikah harus pisah ranjang, membuat perjanjian di atas kertas dan tidak boleh mencintai satu sama lain. Berbeda dengan Arsenio dan Chilea, mereka berusaha untuk mene...