♪ Happy Reading ♪
.
.
."Aku ingin memiliki anak."
Dalam diam Chilea tersenyum, entahlah hanya merasa senang. Jujur saja, Chilea dan Arsenio tidak pernah berbicara untuk hal seperti ini. Rencana bulan madu pun mendadak, tahu-tahu besoknya berangkat.
Chilea menetralkan degupan jantungnya. "Eum, aku s-sedang berusaha."
Perempuan itu berpikir sejenak, Arsenio tak pernah absen untuk melakukannya tapi kenapa masih belum ada tanda-tanda? Pikiran negatif singgah bagaimana jika ternyata ia tidak bisa memberikan Arsenio keturunan? Dan suaminya itu akan cari wanita lain(?)
Tidak, tidak! Chilea tidak mau jadi janda muda yang sudah jebol.
Chilea melepaskan pelukan suaminya. "I-ini sudah mau malam, se-sebaiknya kita kembali ke hotel."
Laki-laki itu terkekeh mungkin merasa lucu dengan istrinya yang tiba-tiba gugup.
"Chilea, kamu sudah tidak sabar, ya?"
Perempuan itu mendelik, menatap suaminya yang masih tertawa tak jauh di belakang Chilea.
Apa katanya? Siapa? Chilea? Ck, sok tahu.
Sesampainya di hotel, Chilea buru-buru masuk kedalam kamar mandi, perempuan itu tidak ingin berada di dalam kamar mandi selama satu jam karena harus memenangkan adik yang bangun.
Wajah perempuan itu celingukan mencari keberadaan suaminya dan bingo! Laki-laki ity tidak ada di sini, ah Chilea bisa leluasa sekarang.
"Ahh, akhirnya aku bisa menghirup udara sepuasnya. Tidak ada omelan, larangan, atau kata-kata mesum," monolognya sembari membuka koper karena baju-baju yang Chilea bawa belum sempat dimasukkan kedalam lemari hotel.
Chilea berhenti sejenak, mengetukan jari telunjuk di dagu. "Jika aku tidak menikah dan dijodohkan, aku ingin tahu. Apa yang sekarang aku lakukan? Apakah akan sibuk dengan kedai? Atau kuliah?"
Sebenarnya Chilea sangat ingin kuliah, mendapatkan gelar setidaknya S1. Tapi, dengan berat hati ia harus mengubur impiannya sedalam mungkin.
"Sudahlah, ini sudah nasibku," gumamnya sembari mengibaskan tangannya dan dengan tak tahu malunya Chilea membuka bathrobe lalu berputar layaknya seorang putri yang tengah berada di taman bunga.
"Hi--Yak! SEJAK KAPAN KAU ADA DI SANA?!"
Mati saja Archelia Venezilla Arvelyn! Mau ditaruh di mana mukanya ini? Aish, memalukan.
Dengan cepat ia kembali mengikat tali bathrobe yang Chilea kenakan, sialan!
Arsenio tertawa dengan terbahak bahkan tangannya pun memegangi perutnya, selucu itu kah? Argh, bagaimana bisa Chilea seceroboh itu? Meskipun Arsenio selalu melihat tubuhnya, entah itu luar atau dalam tapi tetap saja kejadian tadi sangat memalukan.
"Hahahaha, untung saja aku yang datang. Bagaimana jika orang lain atau laki-laki lain yang datang?" Tawanya berhenti dan digantikan dengan tatapan tajam serta wajah arogan seperti biasanya.
Chilea mendengus sambil membenarkan rambutnya, lalu kembali mencari pakaian mana yang akan ia pakai. "Tidak akan ada yang masuk, lagipula hanya kamu yang punya kuncinya."
Sungguh, Arsenio sangat menyebalkan dan kejadian tadi yang belum bisa Chilea lupakan. Tanpa henti bibir perempuan itu terus menyumpahi serapahi suaminya, beragam macam binatang Chilea sebut dalam batinnya.
Anggap saja Chilea ini pengecut yang tidak berani mengumpati suaminya secara blak-blakan.
Arsenio menarik lengan istrinya. "Tidak usah pakai baju, nanti juga dibuka lagi."
Chilea menarik lengannya paksa, kemudian membenarkan bathrobe yang ia pakai. "Aku kedinginan, bisa-bisa aku mati kedinginan," balasnya dengan memilih baju asal.
"Kalau begitu aku akan membantu tubuhmu agar hangat," jawabnya santai.
Duduk di atas sopa, meletakkan sebotol wine yang ia pegang di meja bundar, lalu menepuk-nepuk pahanya mengisyaratkan agar Chilea duduk di sana.
Cih, siapa juga yang mau.
Chilea mengabaikan suaminya dan memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi namun perkataan Arsenio langsung membuat Chilea pasrah.
"Tunggu kabar kedai burger mu hangus terbakar."
Mulus sekali kalimat itu keluar dari bibir Anda tuan Arsenio Levi Oswald yang terhormat.
Chilea menghela napas, meletakkan kembali bajunya. Perlahan pasti ia duduk dipangkuan suaminya, bersidekap tak minat untuk melihat wajah Arsenio yang tengah tersenyum menang. Memangnya kapan laki-laki itu merasa kalah?
Arsenio memeluk pinggang istrinya, lalu menumpu dagunya di bahu Chilea. "Jangan marah, seharusnya kamu bersyukur bisa menjadi istriku karena di luaran sana banyak gadis-gadis yang ingin berada diposisimu."
Chilea memberanikan diri untuk menatap suaminya. "Lalu, kenapa aku yang harus menikah denganmu? Kau bisa mencari gadis yang jauh lebih cantik, seksi, dan mencintaimu."
"Sayangnya aku tidak berminat, karena aku sudah terlanjur memilikimu dan juga ...Mencicipi tubuhmu."
Chilea merolling eyes, selain arogan Arsenio juga berotak mesum. Sangat mustahil baginya jika satu hari saja tidak mengatakan kata vulgar.
Larut dalam pikirannya sendiri, Chilea tak sadar jika Arsenio sudah bermain di area lehernya.
Shit, bagaimana bisa suara menjijikkan itu keluar dari mulutnya?
Yeah, Arsenio tersenyum mendengar istrinya yang mendesah.
"Sepertinya acara membuat baby Oswald akan segera dimulai."
Oke, Chilea pasrah. Ia tidak ingin menambahkan dosanya dengan berpura-pura tidak mau, nyatanya ia mau. Chilea tidak munafik, tubuhnya menerima segala sentuhan dari suaminya.
Ini entah sudah yang keberapa kalinya namun rasanya masih sama seperti saat pertama kali.
Yang membuat Chilea merasa senang dengan kegiatan itu karena Arsenio selalu mengatakan pujian-pujian manis untuknya. Chilea selalu tak ambil hati sebab ia tahu kata-kata itu hanya untuk menenangkannya disaat Chilea merasa kesakitan.
Bolehkah Chilea berharap lebih? Ia ingin Arsenio mengatakannya dengan tulus, bukan saat mereka bersetubuh atau dalam mimpi.
Sebelum Chilea benar-benar tertidur dalam pelukannya setelah adegan panas itu terjadi. Ia samar-samar mendengar Arsenio mengatakan.
"Bisakah kita saling mencintai?"
~ To Be Continue ~
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] [S1&2] MY POSSESSIVE HUSBAND [TERBIT]
RomantizmMereka memang menikah hasil perjodohan tapi tidak seperti cerita lain yang setelah menikah harus pisah ranjang, membuat perjanjian di atas kertas dan tidak boleh mencintai satu sama lain. Berbeda dengan Arsenio dan Chilea, mereka berusaha untuk mene...