10. Sarapan✓

7K 518 45
                                    

♪ Happy Reading ♪
.
.
.



Di sana, ada seguyur hujan dan seuntai bunga yang sedang berbincang tentang pahitnya sebuah pamit, tentang sunyinya sebuah sepi.

Di sana, ada sebuah kapal kecil di pelabuhan yang tengah bercengkrama, tentang rasa yang tidak tersampaikan, tentang asa yang kian memudar.

Malam gelap penuh kalut kini telah hilang berganti pagi. Disambut sang mentari yang menghangatkan hati.

Tirai jendela Chilea buka hingga sinar sang mentari langsung menyorot wajahnya, ia pejamkan mata lalu menghirup udara sejuk di pagi hari.

Perempuan itu menengadah, menatap tetesan air hujan sisa semalam.

Senyuman terukir dengan jelas di wajahnya melihat laki-laki tampan yang terusik dari tidurnya karena ulah sang matahari yang menyinari wajahnya.

Saat menatapnya ada sesuatu rasa yang membuat dada Chilea bergemuruh, ia berusaha untuk menepisnya. Berharap itu hanyalah sebuah rasa kagum, tapi rasanya sulit dideskripsikan jika itu hanya sebatas kagum.

Nyatanya, di setiap kali bersamanya tak ingin terlewatkan sedetikpun untuk tidak menatap matanya. Saat dirinya tersenyum meskipun itu senyuman tipis, itu mampu membuat hati Chelia bergetar.

Bolehkah Chilea berharap lebih dan sedikit egois?

Chilea menghela nafas, lalu memanggil nama suaminya untuk segera bangun.

Oh iya, mereka sudah kembali ke Indonesia setelah berbulan madu di Perancis.

"Arsenio, apa kau tidak akan bangun? Ini sudah pukul delapan, ayo bangun!"

Krik' krik'

Laki-laki itu tidak menjawab dan membuat Chilea kesal sendiri. Bodolah mau terlambat atau tidak, toh Arsenio tidak akan bangkrut hanya dengan tidak berangkat ke kantor.

Chilea mulai memasak, tangan-tangannya dengan lincah memotong bahan makanan yang diperlukan. Ia heran, kenapa rumah sebesar ini tidak ada pembantu? Apakah Arsenio tidak terpikirkan untuk menyewa pembantu? Jika setiap hari Chilea yang membersihkannya itu akan sedikit merepotkan dan melelahkan.

Sepasang tangan melingkar manis di pinggangnya, lalu suara serak khas bangun tidur menyapa indera pendengarannya.

"Masak apa?" tanya Arsenio dengan wajah bantalnya.

Sekarang Chilea sudah terbiasa, tidak perlu terkejut lagi jika ada seseorang yang memeluknya secara tiba-tiba, karena pastinya itu adalah Arsenio. Siapa lagi? Di rumah segede ini hanya ada Meraka berdua.

"Aku ha--"

Huek' huek'Huek'

Chilea berbalik, menatap suaminya yang tengah membekap mulutnya. Dalam hati Chilea berujar mampus sebab suaminya itu sangat keras kepala.

Kemarin tepat saat perjalanan pulang ke rumah Chilea meminta untuk mampir membeli teobokki pedas dan Arsenio ikut memakan, padahal laki-laki itu tidak suka dengan makanan pedas dan berakhir dengan mual-mual karena maag-nya kambuh.

"Sudah aku katakan, jangan ikut makan tapi kamu keras kepala," omel Chilea

Arsenio berkumur sembari mendelik ke arah istrinya, mungkin ia berharap Chilea menenangkan dengan kata-kata manis bukan dengan omelan seperti tadi.

Chilea kembali melanjutkan acara memasaknya, mengabaikan Arsenio yang tengah memijat jidatnya.

"Tidak akan pergi ke kantor?" tanya Chilea dan Arsenio menggeleng.

"Sepertinya tidak, aku tidak enak badan dan pusing," jawabnya dengan suara lirih.

Perempuan itu meletakkan sepiring gyeran jim (telur kukus). Cara membuatnya sangat mudah dan cocok dijadikan menu sarapan sehat dan mengenyangkan.

Yang kamu butuhkan hanyalah 3 butir telur ayam, wortel secukupnya, dan daun bawang. Telur ayam dikocok lepas lalu ditambahkan air putih, garam, gula, dan minyak wijen (jika suka). Berikan juga potongan kecil wortel dan irisan daun bawang.

Setelah semua bahan dicampurkan dalam mangkuk, kemudian kukus

Dan semangkuk dakjuk untuk Arsenio, dakjuk merupakan bubur yang sehat. Bubur ini dilengkapi dengan irisan daging atau sosis, irisan jamur yang telah dimasak terlebih dahulu, suwiran ayam dan jahe tentunya. Lebih nikmat jika dimakan bersama dengan irisan daun bawang, cabai bubuk khas korea dan kecap kedelai.

Arsenio duduk di kursinya dan Chilea pun ikut duduk. "Makanlah buburnya, nanti aku akan menelpon dokter untuk memeriksamu."

Laki-laki itu menggeleng mengartikan tidak perlu.

"Tapi, kamu mual terus."

Jujur saja Chilea sangat khawatir kepada suaminya itu, baru kali ini ia melihat Arsenio sakit.

"Cukup ada kamu di sini, aku pasti akan segera sembuh," balas Arsenio.

Sepertinya setan yang merasuki Arsenio mengikuti suaminya hingga ke sini dan sepertinya saat di Perancis hingga sekarang, Arsenio menjadi pria yang suka menggoda serta merayu dengan kata-kata manisnya.

Huh, Arsenio belajar dari siapa?

"Lea, kemari!"

Sang pemilik nama mendongak, lalu meletakkan sumpitnya dan langsung menghampiri Arsenio.

"Makannya dipangkuan ku saja," katanya dengan enteng.

Shit, bagaimana bisa Chilea sarapan dengan tenang jika jantungnya maraton seperti ini? Iyaps, tidak ada pilihan lain selain Chilea makan sambil duduk dipangkuan suaminya.

Arsenio, kamu ini sangat tidak sehat untuk kesehatan jantung.













~ To Be Continue ~

[END] [S1&2] MY POSSESSIVE HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang