Season 2 || 01. Keterpurukan ||

3.8K 283 23
                                    

Huaa seneng banget banyak yang setuju buat bikin season dua, nih aku buatin sekarang. Aku kasih tau yahh, kalo kalian banyak komentar dengan semangat aku bakalan rajin update:)
Jadi, rajin-rajin komentar yahh ><

 Aku kasih tau yahh, kalo kalian banyak komentar dengan semangat aku bakalan rajin update:)Jadi, rajin-rajin komentar yahh ><

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini bukanlah akhir dari sebuah cerita, melainkan awal dari segalanya. Tidak semua kehidupan seseorang akan terus merasakan kebahagiaan sampai akhir hayatnya, rasanya terasa hambar jika kehidupan kita tidak memiliki masalah.

Ryujin masih belum bisa menerima kenyataan bahwa anak keduanya malah pergi meninggalkan dirinya sebelum melihat dunia yang keras ini. Dokter mengatakan bahwa janin yang berada di dalam perutnya tidak berkembang biak atau bahasa lainnya tidak tumbuh.

Ia merasa sudah menjadi ibu yang tidak berguna di dunia ini, padahal sudah suaminya katakan bahwa ini adalah ujian dari Tuhan.

Hyunsuk menatap dengan sendu ke arah istrinya yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya, Ryujin jadi lebih kalem sekarang. Tidak seperti dulu yang suka ngomel-ngomel jika pagi seperti ini.
"Sayang, aku berangkat ke kantor dulu," pamit Hyunsuk yang di balas dengan anggukan oleh sang istri.

Laki-laki yang sudah rapi dengan jas kantor itu hanya bisa menghela napasnya panjang lalu mengecup singkat kening istrinya. Sedangkan, anak pertama mereka--Choi Hyunjin, sedari tadi hanya bisa diam.

"Sayang, ayo, ayah antar ke sekolah."

Anak laki-laki itu mendongak lalu menggeleng. Tentu hal itu membuat Hyunsuk mengernyit heran, anaknya ini bukan tipe murid yang suka absen. "Lho, kenapa?"

"Hyunjin mau nemenin bunda di rumah aja, ayah," jawabnya dengan pelan lalu kembali menunduk. "Hyunjin gak mau ninggalin bunda, nanti bunda nangis lagi."

Hyunsuk diam, begitu pun dengan Ryujin yang seperti seolah tidak mendengar perkataan putranya.

Pernah suatu hari Hyunjin menemukan ibunya tengah menangis sesenggukan sembari memeluk fotocopy hasil USG adiknya di dalam kamar dan kala itu Hyunjin baru pulang sekolah. Ia berpikir bahwa ibunya seharian di rumah ditinggal sendiri hanya menangis saja. Hati Hyunjin jadi ikutan sakit melihat ibunya menangis.

Hyunsuk memijat pangkal hidungnya merasa pusing dengan keadaan, pagi ini ada rapat penting dan anaknya harus segera berangkat sekolah. Tentu ia juga ingin menemani istrinya disaat-saat seperti ini, tapi kantor membutuhkan dirinya.

"Hyunjin berangkat sekolah sama supir aja, biar ayah yang nemenin bunda di rumah."

Hyunjin mengangguk lalu turun dari kursi, berjalan menuju ke sopir pribadi keluarga Choi.

Sementara Hyunsuk sedang menelepon sekretarisnya untuk mengundurkan rapatnya, ini adalah kerjasama besar yang sangat menguntungkan, jadi tidak mungkin untuk Hyunsuk membatalkannya. Untung saja kliennya itu mengerti dengan keadaannya saat ini.

Hyunsuk melepaskan jas kerja serta melonggarkan dasinya lalu menarik lengan kemeja putihnya sampai siku. "Sayang," panggilnya yang di balas dengan deheman oleh istrinya.

Kemudian, ia membawa tubuh mungil istrinya ke atas pangkuannya, memeluknya dengan penuh kehati-hatian, merasa jika istrinya adalah barang berharga yang sangat mudah rapuh. "Aku mohon sama kamu untuk jangan larut dalam kesedihan, aku juga sedih atas kehilangan anak kedua kita. Tapi, kamu jangan kayak gini, aku gak suka liatnya. Kasian Hyunjin liat bundanya nangis terus."

Ryujin tak menjawab apapun, wanita itu malah menangis sesegukan dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami. Ryujin juga tidak mau terlalu terpuruk, tapi rasanya begitu menyakitkan, ia merasa seperti telah membunuh anaknya sendiri. Terdengar berlebihan namun itulah yang Ryujin rasakan.

"Udah yahh, kita 'kan bisa bikin lagi nanti."

Jangan lupa fakta bahwa Hyunsuk adalah pria mesum, mau bagaimana pun kondisinya ia pasti akan menyempatkan diri untuk mengatakan hal-hal vulgar.

Ryujin melepaskan pelukannya dari sang suami lalu menggeleng dengan menghapus air matanya. "Gak mau!"

"Lho kenapa? Enak lho bikinnya."

"Aku takut hal itu ke ulang untuk yang kedua kalinya," lirihnya dengan sangat pelan namun masih bisa Hyunsuk dengar.

Laki-laki Choi itu mengulas senyuman yang sudah menjadi favorit istrinya ini lalu membawa istrinya kembali ke dalam pelukan hangat serta nyaman miliknya. "Kamu gak usah khawatir, aku bakal jagain kamu ekstra ketat. Kalau perlu aku bakalan nyewa pembantu dua puluh untuk beresin rumah, masak, nyuci baju, belanja, dan jagain kamu di ruang kalo aku sama Hyunjin gak ada di rumah. Atau kalau perlu juga aku bakalan sewa kepolisian untuk menjaga ketat sekitar rumah."

Ryujin terkekeh, menepuk pelan dada suaminya. "Itu berlebihan Hyunsuk."

Hyunsuk tentu bahagia melihat istrinya yang sudah kembali bisa tertawa. Hyunsuk masih perlu mengucapkan kata syukur kepada Tuhan yang sudah mengirimkan wanita seperti Ryujin kepada kehidupannya yang dulunya begitu monoton. Ia sadar akan tingkah posesifnya, tetapi itu semua ia lakukan karena takut kehilangan barang berharganya ini.

















~ To Be Continue ~
Gimana sama chapter 1 season 2nya? Yakin nih buat lanjut?

[END] [S1&2] MY POSSESSIVE HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang