14. Time

244 44 13
                                    

Pagi ini Yerin menjadi sangat khawatir saat gejala penyakit miliknya kambuh. Bukan dirinya yang menanggung, tapi Ara.

Ia sangat khawatir pada Ara yang keadaannya menjadi lebih parah dari sebelumnya. Benar sama seperti dugaannya yang sebelumnya, karena Yerin sudah sering mengalaminya, walau sebelumnya hanya gejala ringan saja.

Berbeda dari waktu yang sebelumnya dimana ia terlalu lemah akan sakitnya dan terpaksa diperiksakan ke Dokter.

Ara mengalami mual dengan wajah pucat dan tubuh menggigil karena Demam yang belum hilang sejak kemarin malam.

"Eonnie, pergilah. Kau akan terlambat." ujar Ara lirih, ia mencoba keluar dari kamar tadi dan disinilah ia duduk di Sofa depan Televisi.

"Baiklah, emm-apa ada yang kau butuhkan lagi ? Eonnie bisa mengambilnya."

"Aniyaa, Ara hanya ingin agar Yerin Eonnie segera berangkat. Eonnie akan terlambat. Eonnie j-jangan khawatirkan Ara. Nanti Eonnie jangan lupa minum obat juga." ujar Ara pada Yerin, kini ia mati-matian menahan semua rasa sakit itu pada tubuhnya agar Yerin tak terlalu khawatir padanya.

"Ah, baiklah kalau begitu. Hati-hati dirumah. Eonnie pulang kira-kira jam 8 malam nanti. Ah, tunggu sebentar !" Yerin berlari kecil menuju kamar, ia membuka Laci Obat miliknya dan mengambil Plester penurun panas untuk Ara, hampir saja ia lupa bahwa Ara butuh Plester ini, kan sangat menyusahkan jika harus memakai kain dengan air dingin.

Yerin kini sedikit berlari setelah mengambil Plester tersebut dan dengan hati-hati ia memakaikan pada Dahi Ara. Kini ia terlihat seperti seorang Ibu yang khawatir akan keadaan putrinya.

"Nah, yang ini untuk penggantinya nanti." ujar Yerin sambil meletakkan dua Plester penurun panas di Meja.

Yerin duduk sebenetar disamping Ara dan meninggalkan kecupan singkat pada dahinya.

"Maaf Eonnie tak bisa menjagamu lebih lama. Eonnie akan menyelesaikan pekerjaan hari ini dnrgan cepat. Hati-hati dirumah. Jangan bukakan pintu pada siapapun kecuali Eonnie, Arraseo ?"

"Nee, Eonnie. Semangat yaa !" ujar Ara pada Yerin yang kini mulai berjalan menjauh dari Apartemen. Ara menutup pintu dengan hati-hati dan mengingat pesan Yerin yang diberikan padanya.

Ara menggelengkan kepalanya tak percaya, apakah ia hidup dengan Malaikat saat ini ?

Baru kali ini ia merasakan benar bagaimana rasanya kehidupan yang indah baginya. Dimana ada seseorang yang menyayanginya saja ia merasa sudah lebih dari cukup.

Dengan sedikit terseok, Ara melangkahkan kakinya hati-hati. Ia menahan rasa sakit ditubuhnya dengan kuat, apalagi pada bagian perutnya yang tak tahu lagi bagaimana harus dijelaskan.

Penyakit Flu perut yang dialami Yerin sungguh tak main-main gejalanya. Ara memilih membaringkan dirinya di Sofa depan Televisi, dimana bantal dan selimut sudah disiapkan Yerin.

"Istirahatlah disini. Agar kamu tidak bosan, jika kamu lapar maka makanlah roti ini." ujar Yerin tadi setelah menyiapkan semua keperluan Ara dimeja dekat Sofa.

Ara berbaring dengan perlahan, mencari kenyamanan sebelum ia benar-benar akan istirahat dengan menonton Saluran khusus Kartun Edukasi, sesuai dengan pilihan Yerin.

"Terkadang orang lain bisa menjadi sangat peduli dari pada keluarga sendiri. Terkadang tak perlu memikirkan hubungan darah untuk menjadi dekat. Tapi memikirkan semua itu, membuatku bertanya-tanya, siapa keluarga yang sesungguhnya ? Dan dimana letak Istana surga milikku yang sebenarnya ?" ujar Ara dalam hatinya sambil melihat tayangan kartun yang menurutnya hampir sama dengan kisah hidupnya.

SECRET DIARY [Sinrin & Gfriend FF By.wyohana406]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang