XXVI

29 9 2
                                    

Selamat datang, selamat membaca.

***

Tampak dua gadis yang tengah duduk di dalam kereta kuda dengan desain luar dilapisi emas. Tunggangan yang sangat mewah, sehingga siapa pun tahu kalau di dalamnya pasti ada anggota bangsawan. Benar, Aresh ditemani Freqiele yang menempatinya.

Delapan kaki kuda meramaikan tanah-tanah yang dilewati. Taburan bunga tak henti-hentinya disebar sepanjang jalan menuju tempat pernikahan Aresh dan Fen. Ini hari yang membahagiakan. Penduduk wanita di Famquite baru saja merdeka dan pernikahan paling bahagia setelah sekian lamanya pun kembali terlaksana.

Hari ini, putri dari pimpinan mereka akan memulai hidup baru. Akan ada tokoh baru yang mengisi hari-harinya nanti. Siapa yang tidak bahagia dengan hal itu? Bahkan, Freqiele yang hanya menemani pun turut bahagia, ralat, sangat bahagia. Ketika kecil, dia pernah membayangkan hal demikian. Menurutnya, sekarang itu adalah khayalan yang konyol.

Kembali ke Aresh. Lihatlah! Gadis itu tak berhenti tersenyum. Lengkung indah diberikan untuk wanita Famquite yang melambaikan tangannya dari depan rumah masing-masing. Cantik, meski beberapa masih ada bekas luka. Sebagian mengenakan gaun putih, sisanya mengenakan gaun merah. Kubu Aresh dan Freqiele.

Tak dirasa, perjalanan singkat berakhir. Mempelai wanita sudah sampai di tempat akan diadakan pernikahan. Aresh menerima uluran tangan sang ayah, ketika dia hendak turun dari kereta. Dibantu Freqiele membawakan gaun bagian belakang yang menjuntai, Aresh mulai berjalan.

Dengan jarak sekitar sepuluh meter, Aresh dapat melihat Fen dengan seragam khasnya menanti di atas panggung bertemankan orang yang akan menikahkan mereka. Digandengnya tangan sang ayah, lantas mereka berjalan ke depan. Lagi, bunga-bunga itu kembali bertebaran. Gaun Aresh pun penuh dengan bunga.

Dekorasi yang didominasi oleh warna putih ini, sangat anggun bila dipadukan dengan hijaunya alam. Udara pun berembus segar. Hari ini paket lengkap dari kebahagiaan.

Ketika hampir sampai di tempat Fen hendak menyambut calon istrinya, Freqiele sadar jika dia ditatap Cello dari samping. Dengan jas hitam yang membuat Cello semakin tampan, Freqiele hampir kehilangan keseimbangan berjalan saat menatap pemuda itu. Namun, sikap Cello yang menyebalkan membuat Freqiele ingin melemparkan sepatu kacanya. Lihat saja, lelaki itu malah cekikikan di tempatnya.

Fen, Aresh, Abraham, dan orang yang akan menikahkan mereka sudah berada di atas panggung. Setelah berdoa dan melakukan beberapa adat, kini saatnya mereka mengucapkan ikrar satu sama lain.

"Aresh, aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita." Betapa manisnya Fen ketika mengucapkan ikrar tersebut. Ditambah, kini tangan Aresh berada di atas tangannya, bertaut.

Keadaan sekitar hening. Aresh tersenyum bahagia, air matanya hampir menetes. Dengan suara sedikit parau, dia membalas, "Fenpalite Scarta Baroness, aku menerima engkau sebagai suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita." Pada kata terakhir, air matanya benar-benar lolos.

Semua bertepuk tangan riuh menyaksikan hal itu. Freqiele yang kini berada di sebelah Cello pun mengusap sudut matanya yang basah. Sungguh, dia terharu!

Abraham mengeratkan tangannya dengan tangan sang istri sembari menatap putrinya haru. Bellinda mau tak mau harus rela melepas putrinya. Putri yang ternyata sudah dewasa, tetapi baginya Aresh tetaplah putri kecil.

FAMQUITE: FREQIELE TSUFFIEL [SERIES 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang