XXII

32 9 0
                                    

Suasana di ruang itu mendadak hening. Beberapa prajurit yang hendak diutus Abraham, bernapas lega, sebab mereka tidak perlu susah-susah mencari dua biang onar. Namun, tenang di Gedung Parlemen itu terasa mencekam. Kedatangan Freqiele dan Cello mendapat tatapan tajam penuh kebencian dari Abraham dan antek-anteknya.

Dua kursi sudah dipersiapkan untuk Cello dan Freqiele. Mereka duduk dengan tenang, seperti tidak ada ketakutan sedikit pun. Abraham duduk tepat di depan mereka, tetapi di tempat yang sedikit tinggi. Di samping kanan dan kiri Abraham, ada dua penegak hukum.

Freqiele menatap sebelah kanannya, terdapat beberapa lelaki berpangkat. Setahu Freqiele, pangkat lelaki itu marchioness. Di dalam hati, sebenarnya Freqiele menertawakan beberapa penjaga di perbatasan kala dia baru sampai di sini. Dengan bodohnya, mereka mempercayai ucapan Xylo, bahwa Freqiele adalah laki-laki.

Sudah, lupakan itu. Sekarang ini pertempuran akan dimulai.

Penegak hukum di sebelah kanan Abraham mengetok palu sebanyak tiga kali, tanda sidang dimulai. Fokus, fokus, dan fokus. Mungkin, mereka sampai tidak sadar kalau tangan Freqiele dan Cello kini bertaut di sela kursi mereka.

"Rapat tanpa perencanaan dilaksanakan atas laporan adanya penyusup, seorang lelaki dan perempuan di Famquite. Diduga si perempuan menyamar sebagai mandor di perusahaan batu bara. Apakah benar, laporan tersebut, Tuan?" tanya Penegak Hukum di sebelah kiri Abraham.

Abraham mengangguk, lantas berkata, "Benar. Terbukti dua orang itu sudah berada di depan kita semua."

Giliran sang penegak hukum sebelah kanan Abraham mengangguk. Dia lantas bertanya, "Jika benar kalian penyusup, atas dasar apa kalian masuk ke Famquite?"

Freqiele dan Cello terdiam. Berpikir sebentar. Sebenarnya, Freqiele hendak menjawab kalau dia ke sini untuk menemukan sebuah peta. Akan tetapi, dia tahu isi kepala Cello. Tangannya dan tangan pria itu saling bertaut, kalau kalian lupa. Freqiele membatin bodoh atas dirinya sendiri.

Sedikit tekanan dari ibu jari milik Freqiele ke punggung tangan Cello, menyiratkan kalau Cello harus segera menjawab. Untung Cello peka.

"Izin menjawab. Kami bukan penyusup. Saya Cello, putra dari Cal yang memang bertempat tinggal di sini." Cello menjawab lantang. Namun, agaknya itu kurang.

"Untuk gadis di sebelahmu?" tanya penegak hukum itu.

Ini yang dikhawatirkan Freqiele. Di pikiran Cello tadi, tidak ada jawaban untuk pertanyaan ini. Lantas, nasibnya bagaimana?

"Izin memotong, sebaiknya segera lakukan tindakan hukum. Ini demi keamanan bersama, takut-takut kalau gadis jadi-jadian dan anak budak itu membawa niat buruk." Salah satu viscountness memotong.

Abraham langsung menatapnya, sebab ini belum waktunya dia bicara. Namun, ada benar juga apa yang dikatakan viscountness itu.

"Aku setuju," ucap Abraham, "kedatangan mereka bisa menjadi masalah bagi Famquite. Apalagi si anak budak, jangan-jangan dia seperti ibunya, yang hanya membuat keributan. Nilai tambahan, tidak tahu diri."

Mendengar itu, Cello mengeram. Dia tidak terima ibunya dikatai seperti itu. Namun, tangannya masih di genggaman Freqiele. Dia menoleh ke gadis itu, lantas mendapat gelengan kepala dari Freqiele. Freqiele tahu apa yang akan dilakukan Cello, makanya dia mencegah. Kalau ada keributan, masalah tidak akan segera selesai.

"Tapi, Tu--"

"Sudahlah. Bacakan hukum untuk mereka."

Dua penegak hukum itu menghela napas. Belum saatnya, tetapi apa yang bisa mereka perbuat?

Salah satu penegak hukum membuka kitab tebal, setelah dipindahkan dari depan Abraham. Tidak butuh waktu lama, dia menemukan halaman yang hendak dibacakan. Bukan masalah besar, penegak hukum tidak hafal aturan hukum. Sudah biasa.

FAMQUITE: FREQIELE TSUFFIEL [SERIES 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang