Selamat datang, selamat membaca.
***
Sebuah benda terapung di atas permukaan laut, membuat isinya bergejolak karena ombak cukup besar malam itu. Guntur menyambar serta hujan lebat mengguyur atap kapal. Geladak atas sudah tergenang oleh air yang merembes dari sela-sela celah.
Seorang nakhoda tanpa seragam resmi berdiri puas menatap empat perempuan di hadapannya. Dia yakin hasil belanja kali ini akan membuahkan hasil.
Namanya Xylo Alexandre, petualang yang lebih nyaman berada di atas air dibanding menapaki daratan. Lelaki berumur tiga puluhan itu membetulkan letak topi petnya. Hm, benar-benar tidak seperti pelaut.
"Buat diri kalian berguna bagiku! Aku sudah mahal membeli dan membawa kalian pergi dari pulau biadab tadi. Jadi, kalian mau tahu apa yang harus dilakukan?" tanya Xylo.
Kilatan petir terlihat dari kisi-kisi yang ada. Salah satu dari empat perempuan tadi memekik terkejut. Xylo berjalan mondar-mandir masih dengan rompi kulit cokelat dan sepatu lars. Dia harus mulai menjelaskan dari mana?
"Begini, kalian harus membantuku mendapatkan harta karun."
Ucapan Xylo mendapat sambutan berupa tawa renyah dari seorang perempuan bergaun kuning dengan poni terbelah. "Tuan meminta kami untuk--"
Xylo segera memotong, "Diam!" Perempuan tadi mengunci mulut, tidak berani lagi menyuarakan isi kepalanya. Xylo mengangguk senang akan suasana tentram yang tercipta. "Aku lupa memperkenalkan kalian satu sama lain."
Seseorang yang duduk di bangku ujung kanan tampak ditunjuk Xylo. "Gadis bergaun hitam itu Jocelyn Doxianne."
Setelah menganggukkan kepalanya sekilas, Jocelyn berucap, "Kalian bisa memanggilku Joce."
"Dia Trapesium Preolleum," cakap Xylo seraya mengacungkan jari ke arah perempuan bergaun kuning yang tadi sempat menyanggah ucapan Xylo.
"Nama panggilanku Esi, hahaha!"
Tidak ada yang menyahuti tawa gadis bergaun kuning itu, membuat Trapesium meringis, malu sendiri. Kemudian, urutan bergeser lagi ke arah kiri, kini telunjuk Xylo terarah pada perempuan bergelung dengan gaun putih sedikit kumal. "Si Pendiam, Zealire Vurbent."
Yang ditunjuk hanya menjawab, "Zea."
"Aku! Aku! Namaku Freqiele Tsuffiel, biasa dipanggil Freq. Salam kenal!" serobot gadis berpakaian serbamerah.
Xylo memijit keningnya pelan, berusaha menolerir tingkah Freqiele. "Baiklah, semua sudah saling kenal, 'kan? Sekarang, akan aku jelaskan sedikit tentang--"
"Apa kami boleh kabur dari kapal ini?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari bibir Trapesium yang menampilkan tampang tak berdosa.
"Silakan pergi dan jadilah makanan bagi hiu lapar di samudra ."
Mendengar kalimat tersebut, Trapesium bergidik. Dia mengurungkan niat untuk bertanya lebih jauh. Melihat Trapesium terdiam, Xylo menatap budak beliannya satu per satu.
"Ada empat lokasi yang akan dikunjungi. Kita tidak bisa langsung datang ke tempat terakhir karena petanya ada di negara bagian pertama."
Trapesium mengangkat tangannya. "Apa maksudnya itu?"
Xylo menghela napas. Dalam hati agak menyesal telah membeli Trapesium dengan segala ketololannya. "Pertama, kita akan datang ke negara satu, cari peta negara kedua di sana. Setelah dapat, perjalanan dilanjutkan dengan mencari peta negara berikutnya. Sampai di tempat keempat, kita akan mencari harta karun."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMQUITE: FREQIELE TSUFFIEL [SERIES 1]
Fantasia[SUDAH TAMAT] Perihal perjalanan Freqiele Tsuffiel untuk mendapatkan peta ke negara kedua di Negara Famquite yang penuh kebejatan; wanita diperlakukan tidak lebih dari seekor hewan. Mana yang harus Freqiele pilih? Memerdekakan perempuan, atau memat...