Winter berjalan lesu melewati gang menuju rumahnya.
Sudah pukul 11 malam, namun ia belum juga menginjakan kaki di rumahnya. Habis sudah ia disemprot ibu tirinya yang kejam itu ketika sampai di rumah.
Pertanyaannya, mengapa Winter bisa pulang selarut ini?
Coba tanyakan pada Karina dan antek-anteknya.
Ya, setiap ada tugas atau pekerjaan rumah, Winter pasti akan pulang malam karena harus mengerjakan pekerjaannya dan juga pekerjaan Karina beserta kedua sahabatnya, Ningning dan Giselle.
Huh, rasanya Winter ingin sekali melenyapkan mereka semua. But, how?
Iya cuma sendiri, melawan tiga orang yang beraninya keroyokan bukan hal yang mudah.
Winter memeluk lengannya sendiri sambil sesekali menggigil. Udara malam menusuk tulang, membuatnya mempercepat langkahnya.
Hari ini ia tidak memakai jaket. Jaketnya dicuci. Tidak, Winter tidak menumpahkan sesuatu ke jaketnya atau tanpa sengaja membuat jaketnya kotor dan harus dicuci. Semua itu ulah Karina dan teman-temannya yang mengguyur tubuhnya dengan air yang sudah dicampur sedemikian rupa sehingga menjadi sangat bau.
Syukurlah ada seseorang yang mau meminjamkan jaketnya kepada Winter.
I can do this all night
Bulu kuduk Winter seketika meremang. Baru saja ia mendengar suara beberapa orang bersenandung, ada juga bunyi siulan yang ikut terdengar.
Winter mengedarkan pandangan ke segala penjuru.
Sepi.
Tidak ada siapapun disana.
Ia pun melanjutkan langkahnya sambil beranggapan bahwa apa yang tadi ia dengar hanya sekedar halusinasinya.
Namun, suara siulan itu masih terus terdengar. Perlahan namun pasti siulan itu semakin bergema, seakan-akan Winter semakin dekat dengan sumber suaranya.
Dingin yang menusuk tadi pun tiba-tiba pergi entah kemana, tergantikan oleh hawa panas yang seakan menyelimuti tubuh Winter bagaikan diterpa kobaran api membuat Winter berlari kencang supaya cepat sampai ke rumahnya.
Satu hal yang baru saja Winter sadari.
Seharusnya sedaritadi dia sudah sampai di rumah.
Namun, ternyata lagi-lagi kembali ke persimpangan jalan menuju ke arah rumahnya. Tepatnya di tempat yang diyakini sebagai 'tempat berkumpulnya mereka'.
Winter tidak pernah percaya dengan mitos-mitos yang beredar di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Termasuk mitos para pengabul permohonan.
Baginya hal itu hanya sekedar dongeng penghantar tidur yang dulu sering diceritakan ibunya ketika ia masih kecil.
Saking seringnya, Winter sampai hafal setiap detail cerita, bahkan lagu yang dibawakan oleh para pengabul permintaan itu.
Girl, you're lit, there ain't no one finer
Winter dapat merasakan keramaian di sekitarnya. Padahal tidak ada siapapun disana.
Senandung itu mulai terdengar lagi, kini lebih jelas.
Tunggu.
Sepertinya senandung itu tidak asing di telinga Winter.
i can do this all night
Girl you just my type
Tepat sekali.
Lagu ini adalah lagu yang dinyanyikan ibunya ketika ia masih kecil.
Lagu ini adalah lagu penghantar tidurnya dulu, saat masih bersama ibu.
We should match it up, match it up
Dan kini, ibunya telah tiada.
Winter memejamkan matanya. Hawa di sekitar terasa semakin panas.
Girl you're lit there ain't no one finer
Winter dapat merasakan kobaran api mengelilingi dirinya.
One in a milly, yeah, you light the fire
Winter teringat pesan ibunya dulu,
Kata ibu, jika mendengar lagu ini dinyanyikan oleh orang lain selain ibunya,
Sebelum lagunya berakhir
Before I change my mind
Ia harus lari!!!
It's your birthday, make a wish
***
KAMU SEDANG MEMBACA
make a wish | nct 2020 ft. winter
Acak❝kehidupan winter berubah semenjak punya buku itu.❞ 2021, ©jaejuseyo