almost

1K 198 37
                                    

"Gimana, seru?" Tanya Jaemin usai keduanya mendaratkan kaki di taman belakang sekolah.

"Pusing." Jawab Winter. Ia memegang kepalanya yang terasa berat, pandangannya sedikit mengabur.

"Lo akan terbiasa kalau emang kemana-mana mau pakai metode ini aja."

"Engga deh, isi perut gue kayak mau keluar gitu." Sungut Winter.

Jaemin terkekeh.

"Masih ada waktu kan?"

"Iya, berkat teleport gue ga telat, malah masih bisa santai dulu." Ujar Winter yang tersenyum sumringah.

"Thanks, Jaemin." Sambungnya.

"Bagus deh, kalau gitu lo temenin gua dulu disini."

Mereka berdua duduk di bangku taman itu.

"Kalau gue sekolah, lo ngapain?" Tanya Winter polos.

"Gabut."

"Lo tetep di sini?"

"Iya."

"Kenapa ga balik ke hutan?"

"Lo ngusir?!"

"Engga, Jaemin. Maaf." Ringis Winter.

Jaemin tertawa.

"Santai, gua ga marah."

"Kirain. Tapi lo gapapa nih gue tinggal?"

"Ya gapapa, gua malah kangen disini. Bosen banget di hutan kerjaannya rebahan doang."

Winter mengerutkan dahinya.

"Kangen? Lo pernah tinggal disini? Maksud gue di alam manusia. Kemarin lo bilang lo bukan manusia, kan?"

"Iya, sekarang bukan."

"Dulu?"

Jaemin menatap Winter sekilas, lalu memandang lurus ke depan.

"Dulu gua sama kayak kalian, sebelum gua terpilih jadi salah satu pengabul harapan."

Jaemin menatap Winter.

"Gua iri sama lo yang masih bisa hidup sebagai manusia." Ujar Jaemin.

Tatapannya sendu, membuat Winter ikut larut dalam tatapannya.

"Kok lo bisa dipilih jadi pengabul harapan?"

Hening sebentar sebelum Jaemin akhirnya membuka mulutnya.

"Maaf, gua ga bisa cerita."

"Kenapa?"

Tatapan Jaemin semakin pada Winter semakin lekat.

"Nanti gua dihukum."

"Dan kita ga bakal bisa ketemu lagi." Sambung Jaemin.

Pria itu tertunduk lesu.

Winter bingung harus bagaimana menanggapinya. Ia ingin bertanya lagi namun bel masuk telah verbunyi.

"Masuk gih."

"Lo seriusan gapapa di sini?" Tanya Winter khawatir.

"Gapapa. Lo langsung pulang kan?"

Winter mengangguk.

"Okay, gua tunggu di rumah." Seru Jaemin lalu membiarkan sebuah garis tipis melengkung di bibirnya.

Saat bel istirahat Winter buru-buru berlari ke taman belakang sekolah.

Nihil, tidak ada siapapun disana.

make a wish | nct 2020 ft. winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang