father & boyfriend

649 158 16
                                    

Hari ini Winter berniat mengunjungi ayahnya.

Ya, sudah lama sekali ia tidak mengunjungi ayahnya semenjak ia pindah ke rumah baru.

Kehidupannya yang sekarang sangatlah berbeda dengan sebelumnya.

Sekarang dia menjadi pusat perhatian di sekolah karena barang-barang mewahnya.

Tak sedikit teman-teman yang membullynya sekarang malah ingin dekat dengannya.

Winter tersenyum meremehkan, dasar manusia-manusia tak tahu diri.

"Mau kemana?" Tanya Jaehyun yang muncul tiba-tiba. Untungnya Winter sudah terbiasa dengan hal itu.

"Mau jenguk ayah gue,"

"Loh, gua kira bokap lo udah ga ada," seru Jaehyun.

"Ada. Dia sakit, sekarang dia ada di RSJ," jelas Winter.

Jaehyun mengangguk mengerti, "naik apa lo kesana?"

"Mobil," singkat Winter.

"Mantap yang udah jadi holkay mah sekarang kemana-mana naik mobil," goda Jaehyun yang tidak ditanggapi oleh Winter.

"Dulu gua juga kaya, bahkan lebih kaya dari lo. Papi sama mami gua-"

"Ssstt! Kita lagi ga adu nasib," cerocos Winter.

"Hahaha, ya pokoknya gua lebih kaya dari lo," ungkap Jaehyun.

"Iyaiyaiya."

"By the way, lo ga mau ngajak gua nih?" Tanya Jaehyun.

"Engga, gue ga pernah ngajak temen ke sana, yang ada nanti papa banyak nanya."

Kemudian sebuh ide muncul di benak Jaehyun.

"Gua ikut,"

"Dih, emang gue bolehin?" Winter sensi sendiri.

"Harus boleh, gua yang nyetir,"

Jaehyun menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja tanpa persetujuan Winter.

Si empunya mobil hanya melengos lalu berjalan lesu di belakang si pria tampan itu.

"Gila lo yang bener aja?!"

"Suara lo kecilin anjir," seru Jaehyun.

Winter tak habis pikir mengapa Jaehyun ingin sekali mengaku sebagai pacar Winter di hadapan ayahnya.

"Emang kenapa sih? Harusnya lo bangga punya cowo seganteng gua," Jaehyun tersenyum memamerkan lesung pipinya.

"Terserah lo deh," sahut Winter ketika mereka sudah sampai di depan kamar ayahnya.

"Ayah," sapa Winter lalu berlari kecil dan memeluk ayahnya yang sedang duduk di kursi roda.

Winter sangat menyayangi ayahnya, karena sekarang hanya ayahnya lah yang ia punya.

Oh ya, Winter melupakan sosok ibu tirinya yang keadaannya sekarang sebelas dua belas dengan kondisi ayahnya, ya, ibu tirinya itu menjadi tidak waras semenjak kepergian Soyeon. Setiap hari ia hanya menangis dan memanggil nama putrinya itu.

Ayah Winter menoleh ketika merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang.

Ia tersenyum dan mengelus puncak kepala Winter, membuat Jaehyun tak sadar ikut tersenyum.

"Kamu sama siapa?" Tanya ayah Winter ketika melihat putrinya bersama seorang pria tampan.

"I-ini Jaehyun, yah." Seru Winter.

Jaehyun sedikit membungkuk lalu menjabat tangan ayah Winter.

"Halo, om. Saya Jaehyun, pacar Winter." Jaehyun memamerkan senyum manisnya yang dapat membuat mertua mana pun jatuh hati.

"W-winter dia gak jahat sama kamu kan?!" Tanya ayah Winter panik.

"Engga yah," Winter mengusap punggung tangan ayahnya dengan lembut, mencoba menenangkan sang ayah sebelum semakin menjadi.

"Jaehyun baik sama Winter," gadis itu tersenyum tulus pada sang ayah.

Ayahnya menyeka air matanya yang mulai menetes.

"Ayah kangen ibu," lirih ayahnya.

Winter tersenyum pahit, ia juga merindukan sosok ibunya.

Ibu yang selalu menemaninya ketika ia masih kecil.

Menceritakan dongeng tentang ke tujuh pengabul permohonan, dan ternyata dongeng itu adalah sebuah kenyataan.

Ibunya yang selalu menemaninya ketika ia ingin bermain ke danau di dekat rumah lamanya.

Dan ibunya yang tiba-tiba saja menghilang, seakan lenyap di telan bumi.

"Jadi ibu lo menghilang di saat hari ulang tahunnya?"

Winter mengangguk.

Ia dan Jaehyun kini telah tiba di rumah.

"Dan ibu lo dulu sering nyeritain kisah pengabul permohonan?"

"Iya,"

"Wow, jangan-jangan.."

Jaehyun sengaja menggantungkan kalimatnya, membuat Winter semakin penasaran.

"Kenapa?"

Jaehyun menggeleng, "Gak, gapapa."

Namun Winter tahu, ada hal yang disembunyikan.

Wah Jaehyun main rahasia²an. Kira-kira apa tuh?

Jangan lupa vote + comment yaa, thanks.

make a wish | nct 2020 ft. winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang