"WINTER!! BANGUN!!"
"WINTER!!"
"DASAR ANAK KURANG AJAR, BUKANNYA BIKIN SARAPAN MALAH TIDUR, AWAS AJA SAYA GA AKAN KASIH KAMU MAKAN!"
Kedua kelopak mata Winter perlahan terbuka.
Sial. Dia kesiangan.
Dengan cepat ia turun dari tempat tidurnya dan berlari ke dapur untuk membuatkan sarapan bagi ibu dan kakak tirinya.
"Aww, sakit bu." Ringis Winter ketika rambutnya dijambak oleh Wendy, ibu tirinya.
"Kamu mau saya usir dari rumah?!"
"Engga, bu. Maaf."
"Cepet bikinin sarapan!"
Winter mengangguk lemah.
Setelah selesai menyajikan sarapan dan mandi, ia kembali ke kamarnya untuk bersiap ke sekolah.
Tak lupa ia membawa segelas susu cokelat kesukaannya.
"Kayaknya semua itu cuma mimpi." Gumam Winter mengingat apa yang ia alami semalam.
"Yakin?"
Winter tebatuk karena tersedak susunya. Dengan cepat ia menoleh.
Seorang pria dengan hoodie dan jeans serba hitam berdiri dan bersandar di meja belajar Winter dengan salah satu tangan menggenggam novel Harry Potter milik Winter.
Dia, Jaemin.
"Kaget ya? Maaf banget." Lirih Jaemin lalu memberikan beberapa lembar tissue pada Winter.
Winter masih tidak percaya dengan siapa yang berada di depannya sekarang.
Ternyata kejadian semalam itu sungguhan.
"Gua, Jaemin."
"Iya tau, kan udah kenalan."
"Bener sih, takut lo lupa aja." Jaemin terkekeh.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Winter. Jujur cukup canggung mengingat dirinya tidak pernah membawa seoarang teman pria ke rumah. Apalagi masuk ke kamarnya.
"Lo belum tau? I'll be your guide until you know how to use that book."
Mulut Winter menganga. Hal itu membuat Jaemin tertawa renyah.
"Lo boleh nanya-nanya ke gua, asal jangan nanya cara pakai buku itu aja."
"Loh, kenapa?"
"Karena emang itu peraturannya. Semua Wish lo ga akan terkabul kalau bukan lo yang cari tau sendiri gimana cara kerja dari buku itu."
"Terus apa gunanya ada lo disini kalau cuma gue yang bisa nemuin caranya?"
"Lo pasti akan butuh bantuan gua, Winter." Ujar Jaemin ramah. Ia menaruh novel Winter kembali ke raknya, lalu melangkah menuju tempat tidur Winter dan berbaring disana.
Winter terbelalak.
"Ngapain tiduran di situ?"
"Capek." Singkat Jaemin lalu memejamkan matanya.
"Capek ngapain?"
"Capek dibakar, hehe." Jaemin terkekeh, memamerkan deretan giginya yang membuatnya terlihat manis saat tertawa.
Winter kembali mengingat peristiwa semalam. Saat dirinya dan Jaemin dikelilingi oleh kobaran api. Mengingat hal itu membuatnya kembali merinding.
"Semalam setelah hitungan ketiga, gue denger suara."
"Oh, ya? Suara apa?" Tanya Jaemin penasaran.
"Entah lah, kayak suara cewek. Katanya, selamat bersenang-senang."
"Apa maksudnya?" Sambung Winter bermonolog.
"Mungkin maksud dia selamat menikmati kebahagiaan lo." Balas Jaemin.
"Buku itu bisa bikin hidup lo berubah. Tentunya lo harus tau dulu cara kerjanya."
Penasaran, Winter berjalan ke arah meja belajarnya. Membuka laci kecil tempat ia menyimpan buku itu semalam.
Oh ya, tentang semalam, Jaemin mengantar Winter sampai ke depan rumah gadis itu. Awalnya Winter ragu ketika Jaemin menyuruhnya mengetuk pintu. Namun tanpa diduga ibu tirinya menyambut kepulangan Winter tanpa cacian yang biasa ia keluarkan. Ia hanya diam dan membukakan pintu, lalu kembali masuk ke kamarnya. Setelah itu Jaemin pun menghilang.
Winter menatap buku di tangannya. Tulisan di covernya sedikit pudar.
Winter membuka halaman pertama pada buku itu. Tidak ada apapun disana selain tulisan 'make a wish' dengan font yang sama seperti tulisan pada cover buku itu.
Nafas Winter tercekat ketika membuka halaman selanjutnya.
Ada tulisan di sisi kiri dan kanan kertas yang dengan cepat memudar. Namun sekilas Winter dapat menangkap beberapa kata seperti 'bunuh' dan 'jadi kaya'.
"Ngerti?"
Suara Jaemin sedikit membuat Winter kaget. Tanpa ia sadari pria itu sudah berdiri di sampingnya.
Winter menggeleng.
Jaemin tersenyum. "Sabar, lo akan dapat beberapa clue, dan sebentar lagi lo akan tau."
Tiba-tiba pintu kamar Winter dibuka dengan keras.
Winter tersentak, ia panik. Namun Jaemin mengisyaratkannya untuk tetap tenang.
"Heh, lo gak sekolah?!" Tanya Soyeon, saudara tiri Winter.
Winter menatap Jaemin yang tersenyum padanya.
Apa Soyeon tidak dapat melihat pria itu?
"Woi, budek! Gue ngomong sama lo."
"I-iya sebentar lagi gue selesai kok."
"Ck, lama banget lo berangkat sendiri deh!."
"T-tapii,"
BLAM!
Pintu kamar Winter kembali tertutup.
"Jaemin, dia ga bisa ngeliat lo?" Tanya Winter yang dibalas anggukan oleh Jaemin.
"Gue mau ke sekolah, lo tetep di kamar ini apa gimana?"
"Lo ke sekolah naik apa?"
"Naik bus."
"Telat ga?"
Winter melirik arlojinya.
"Telat sih, Jaem." Lirih Winter.
"Sini tangan lo."
Tanpa berpikir panjang Winter memberi kedua tangannya pada Jaemin. Pria itu menggenggam tangan Winter, sama seperti apa yang dilakukannya semalam.
"1"
"2"
"Gue ga harus nutup mata?"
"3"
"AAAAAAAAA!!!"
✨
Ihiyy enak banget Winter ke skolahnya teleport, bareng jaemin lg. hdehh
Jangan lupa vote + comment yh.
KAMU SEDANG MEMBACA
make a wish | nct 2020 ft. winter
Acak❝kehidupan winter berubah semenjak punya buku itu.❞ 2021, ©jaejuseyo