"Winter bangun!"
"Winter!"
"Winter!!"
Winter membuka matanya. Sungguh ia masih sangat mengantuk.
Namun rasa kantuknya mendadak hilang ketika ia melihat siapa yang baru saja membangunkannya.
Ia ingat betul wajah pria ini.
Xiaojun.
"Selamat pagi!" Sapa Xiojun ramah. Senyumnya cerah, seakan dapat menyemangati Winter untuk memulai harinya dengan baik.
"Pagi!" Winter balas tersenyum.
"Maaf ya, gua banguninnya agak rusuh, abis gua panik udah jam segini tapi lo gak bangun-bangun."
Bagaimana mungkin Winter tidak memaafkan pria seramah Xiaojun. Ia mengangguk, lalu mengecek layar ponselnya.
Pukul 11.45
"Astaga, kok bisa gue bangun jam segini?!" Winter panik sendiri.
"Lo engga sekolah?"
"Engga, libur untungnya." Kata Winter mengingat ini hari minggu.
"Tunggu, bukannya lo datengnya senin ya?" Tanya Winter.
"Harusnya gitu, tapi ada karena gua rajin ga males kayak Lucas, jadi gua dateng lebih awal."
Winter hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kalau gua ngajak lo pergi, mau ikut ga?"
"Kemana?"
"Ke hutan lagi, nonton ritual api,"
Winter teringat cerita ibunya dulu. Para pengabul permohonan biasanya mengadakan ritual, kata ibu ritual itu diadakan sebagai persembahan kepada tuan mereka.
Winter mengangguk. Ia penasaran dengan ritual itu.
Dan tentu saja dengan si tuan.
Winter bangkit dari tidurnya untuk membersihkan diri, meninggalkan Xiaojun yang saat ini sedang melihat-lihat kamar Winter.
"Xiaojun."
"Ya?"
"Mau ikut ga?" Tanya Winter.
"Kemana?"
"Nyari sarapan, gue lapar banget." Seru Winter yang disetujui oleh Xiaojun.
✨
"Enak ga buburnya?"
"Lumayan."
Winter dan Xiaojun sedang melahap sarapannya di kamar Winter.
"Gue heran, lo kan bukan manusia, tapi kok bisa makan kayak manusia normal gini."
"Gua juga sebenernya bingung harus nyebut diri gua apa."
"Taeyong bilang dia hantu?"
"Ya suka-suka dia, deh. Kalau gua sih gamau disebut hantu. Tapi ya bukan manusia juga."
"Terus apa?"
Xiaojun terdiam sejenak.
"Iblis."
Winter tersedak membuat Xiaojun cepat-cepat memberikan segelas air putih padanya.
"Serem banget, kenapa harus iblis?" Tanya Winter.
"Gatau juga, ngarang gua." Xiaojun nyengir.
"Lo udah kepikiran kah mau minta apa ke buku itu?" Tanya Xiaojun membuka topik yang penting mereka.
"Udah sih."
"Apa?"
"Gue pengen punya mobil. Lo tau, temen-temen gue ke sekolah bawa mobil mewah. Dan gue suka diejek karena selalu pulang-pergi naik bus."
Xiaojun mengangguk mengerti.
"Tapi permohonan lo nanggung banget."
Winter mengernyit, "Maksud lo?"
"Kenapa ga langsung minta jadi orang kaya aja?"
Winter terdiam.
Betul juga.
Bayangkan ia menjadi kaya raya, bagaimana reaksi Karina dan teman-temannya.
Ngomong-ngomong soal Karina, Winter sudah lama tidak melihat gadis itu sejak hari dimana ia ditindas oleh mereka.
Kemana gadis itu pergi?
"Malah bengong?"
Teguran Xiaojun membuat Winter tersadar dari lamunannya.
"Gimana ide gua, bagus ga?" Tanya Xiaojun.
Winter mengangguk senang.
"Inget Winter, kesempatan ini harus lo gunain sebaik mungkin. Minta apapun yang lo mau, kalau perlu minta hal-hal besar. Karena kesempatan ini ga datang dua kali."
Benar kata Xiaojun.
Winter harus bijak dalam menentukan permohonan apa yang akan ia tulis, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
"Winter, bagi chitato lo dong."
Winter mengerutkan dahinya, "gamau ah, kan lo punya."
"Itu buat nanti, biar ga cepet abis. Kita tuh harus irit, kalau bisa pakai punya orang dulu, baru punya kita. Gitu caranya kalau mau jadi kaya. Gimana, bijak kan gua?"
Winter memutar bola matanya, "itu bukan bijak, Xiaojun. tapi serakah!"
✨
Hmmz hmmz xiaojun wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
make a wish | nct 2020 ft. winter
De Todo❝kehidupan winter berubah semenjak punya buku itu.❞ 2021, ©jaejuseyo