karina

627 125 12
                                    

Winter berdecak.

Beberapa hari ini Winter hanya diam di rumahnya karena sekolah diliburkan.

Ia bosan sendirian di rumah.

Tidak, sebenarnya ia tidak sendiri.

Winter sedang bersama Doyoung, namun ia baru saja bertengkar dengan pria itu yang mencegahnya menulis nama Karina.

Kata Doyoung, ia tidak boleh menulis nama orang yang tidak ia temui selama seminggu sebagai tumbal, karena hal itu dapat membuat wish-nya tidak terwujud.

Winter duduk di ruang tamu itu bersama Doyoung, namun ia merasa sendirian karena pria itu hanya diam memasang wajah juteknya.

"Terus gimana? Semingguan ini gue cuma ketemu lo doang,"

Winter merutuki keadaan. Jika saja ada pembantunya, maka ia dengan senang hati menulis nama pembantunya itu di buku. Namun sayang, sang pembantu sedang pulang ke kampung halamannya beberapa waktu lalu.

"Ck, lo lupa?" Ujar Doyoung dengan senyum nakal di wajahnya.

Winter mengikuti arah tatapan Doyoung.

Kamar sang ayah.

"MAKSUD LO?!" Nada bicara Winter meninggi. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya Doyoung punya pikiran seperti itu.

"Ya mau gimana lagi? Emang cuma nama ayah lo doang kan yang bisa ditulis?!"

"Gak, ga akan. Mending gue nulis nama lo," ujar Winter yang langsung mendapat tatapan mematikan dari Doyoung.

"Jangan konyol!"

Keduanya saling menatap dengan sengit. Winter sangat membenci Doyoung, bahkan ia lebih memilih ditambah seminggu bersama Taeyong daripada terperangkap bersama pria psycho dan penuh amarah macam Doyoung.

Sebaliknya, menurut Doyoung, Winter adalah client yang paling susah diatur. Jujur saja, Doyoung tidak pernah memikirkan hal lain selain melaksanakan tugas dengan baik agar ia tidak mengalami hal yang sama dengan Lucas. Ia tidak peduli siapa pun yang harus menjadi korbannya.

Bahkan sejujurnya ia sangat menikmati saat-saat seperti ini. Saat dimana client mulai bimbang dalam menentukan pilihan.

"Winter, waktu gua hampir habis." Doyoung mengingatkan.

Winter melirik arlojinya, betul sebentar lagi pergantian hari, dan juga pergantian tugas pengabul permohonan, itu berarti satu minggu bersama Doyoung akan selesai.

"Winter cepet!" Bentak Doyoung.

"Gak, gue gamau!" Balas Winter tak kalah lantang namun air matanya sudah mengalir di pipinya.

"Lo harus berkorban demi apa yang lo mau, jangan serakah!"

Winter menggeleng cepat.

Ia sudah menulis wish-nya.

Ia ingin agar dirinya disukai semua orang, dan tidak ada lagi yang membullynya.

Dan untuk korban, sebenarnya ia sudah menargetkan satu orang; Karina. Namun entah mengapa gadis itu menghilang seakan ditelan bumi. Gadis itu menghilang semenjak kejadian di taman belakang sekolah, saat ia mengolok-olok buku pengabul permohonan.

Namun karena Karina tidak ada, satu-satunya nama yang bisa ia tulis adalah nama ayahnya.

Winter mungkin sudah gila, namun ketika Doyoung berteriak dan mengingatkannya bahwa akan ada hukuman bagi si penulis dan pengabul jika buku itu tidak terisi, membuat Winter dengan cepat membuka lembaran baru pada buku itu.

tanpa sadar, seperti ada sesuatu yang mengontrol jiwanya, Winter mulai mengukir sebuah nama pada sisi sebelah kiri kertas buku itu.

Nama ayahnya.

Dan wish-nya.

Jika ia tidak dapat membuat Karina menjadi tumbal, mengapa tidak Karina saja yang menjadi wish-nya?

Nyawa harus dibayar nyawa.

Nyawa ayahnya yang berharga harus dibayar dengan nyawa Karina, orang yang paling ia benci.

Doyoung tersenyum puas.

Ia sedikit tidak menduga bahwa Winter akan melakukan hal itu.

"You know what, Lo semakin mendekati kesempurnaan untuk menjadi seperti kami, Winter. Sekarang lo ga ada bedanya sama gua."

Bukannya kaget mendengar pernyataan Doyoung, Winter justru menyunggingkan senyum meremehkan yang membuat Doyoung sebal.

"Jangan pernah samain gue sama lo, Doyoung. Gue client lo, orang yang harus lo layani,"

Mendengar perkataan Winter membuat Doyoung memalingkan wajahnya dan tertawa sinis.

"Dan lo cuma seorang pengabul yang sebentar lagi bernasib sama kayak Lucas, atau bahkan lebih parah,"

Doyoung membeku. Melihat itu membuat Winter tersenyum penuh kemenangan.

"Maksud lo?!"

"Well, let's see."

Kabar ditemukannya sebuah mayat di sungai dekat sekolah membuat para murid heboh sejak pagi tadi.

Kabarnya mayat itu sudah dalam keadaan membusuk dengan wajahnya yang hancur sehingga membuat identitas mayat itu tak dapat dikenali.

Winter tetap duduk dengan tenang sambil memperhatikan gerombolan teman sekelasnya yang sedang menyuarakan pendapat mereka.

"Kalian tau kan, Karina dikabarin menghilang beberapa hari lalu. Entah kenapa gue curiga itu mayatnya dia," ujar Siyeon, membuat ketiga teman di hadapannya ikut menerka-nerka kebenaran yang ada.

Namun beberapa detik kemudian bu Suzy, sang wali kelas masuk membuat para murid berhamburan kembali ke tempat duduk masing-masing.

"Sebelumnya maaf karena membawa kabar yang mengejutkan kalian. Saya di sini ingin memberikan kabar duka dari teman kalian, Karina."

Suasana kelas seketika menggaduh mendengar kabar tersebut. Banyak yang menyampaikan spekulasi mereka atas kabar ini. Namun keadaan kembali hening saat bu Suzy kelas melanjutkan kalimatnya.

"Setelah diidentifikasi, mayat yang ditemukan di sungai terdekat adalah mayat Karina."

Pernyataan itu membuat Winter terhenyak namun ia dapat menutupi perasaannya dengan baik.

"Besok adalah hari pemakaman Karina, kalian bisa menghadiri pemakamannya sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi teman kalian," ujar bu Suzy. Wajahnya terlihat sendu sehingga suasana kelas juga terasa suram dan penuh kesedihan.

Tanpa mereka tahu, Winter tersenyum lega.

Ia baru saja melewati masa sedih karena kehilangan ayahnya.

Sekarang waktunya ia bersenang-senang karena orang yang paling ia benci sudah lenyap.

Selamat tinggal, Karina.

halo apa kabar?

semoga semuanya baik-baik aja dan sehat selalu yaa. maaf karna aku updatenya lama bgt hehe, jgn lupa vote & comment guys, thanks <3

make a wish | nct 2020 ft. winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang