Part 22. Stuck with you

42 14 68
                                    

HOLAAA!!!!!

Apa kabar? Hohoho besok valentine day nih :)

Jomblo apa kabar? Kalo yang udah taken selamat. Coklatnya jangan lupa. Biar romantis :-)

Part ini spesial hari valentine, eh sehari sebelumnya malahan :v

Are you ready reading this part?

Jangan lupa voment ya ^^

*****
Part 22. Stuck with you

*****
Play mulmed

Ariana Grande feat Justin Bieber – Stuck with you

******

"Walaupun ada yang sama bahkan lebih dari lo, I always stuck with you."

******

Happy reading!!!!

Raka tiba di rumahnya sekitar pukul sembilan malam. Ia segera memasukkan motornya ke garasi dan masuk lewat pintu garasi.

Sunyi. Ya beginilah keadaan rumahnya, rumah ini tanpa nyawa di dalamnya. Walau ada asisten rumah tangga, dan satpam. Rumah ini akan selalu sepi dan sunyi.

Ia seperti rutinitasnya jika sedang merasakan perasaan seperti ini, ia akan bernafas gusar sebelum memasuki kamarnya.

"Huft," bunyi nafasnya.

"Selalu begini, no problem Raka, jangan pusingin ini dulu. Fokus ke lomba beberapa hari lagi," ujarnya sambil berjalan menuju kamarnya.

Ia membuka pintu kamarnya dan langsung menjatuhkan dirinya ke kasur miliknya.

"Capek banget hari ini. Andai, keluarga gue masih lengkap. Gue gak akan pulang jam sembilan kayak gini," ujarnya bermonolog.

Ia bangkit dari tidurnya. Lalu, melepaskan tas yang masih melekat di pundaknya.

"Mom, dad, i miss you so much. Can i hug you now?" tanyanya pada sebuah foto yang terpajang di hadapannya persis.

"I feel so bad. I'm tired of everything. No one loves me. I'm tired, please come back. Don't you feel sorry for your son?" lanjutnya.

"Hear me please mom," ujarnya.

Tanpa sadar, ia meneteskan air matanya.

"Bunda bilang, Raka harus kuat, kan? Raka udah usaha, tapi Raka gak bisa kuat tanpa hadirnya kalian disisi Raka. Raka capek sama dunia ini, capek banget. Plis, dengerin Raka kali ini, Bun, Yah," lanjutnya.

Ya, inilah Raka. Di luar tampak kuat, namun dibaliknya ia butuh support dari seseorang yang dapat mengobati luka masa lalunya.

Masa kecilnya sungguh kelam, ia bahkan memiliki sebuah trauma terhadap sesuatu, yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan beberapa orang terpilih saja.

Cukup lama ia menangis sambil menatap pigura yang didalamnya terdapat foto satu orang anak berusia lima tahun, yang duduk diapit oleh ibu dan ayahnya.

"Sampai kapan, derita ini akan terjadi? Ayah sering ngasih tau jawaban matematika dan ngasih tau apapun yang Raka tanyain. Kenapa sekarang ngga? Disaat Raka butuh ayah?" ujarnya menatap foto keluarga, namun pusat perhatiannya kepada pria sekitar hampir menginjak kepala tiga.

KATA [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang