Hai
Gimana kabar kalian???
Udah siap baca "KATA" part ini?
Jangan lupa vomentnya :)
Play mulmed
Richard Marx - Right Here waiting~~~~~
Part 8. Te echo de menos
"Terpisahkan jarak dan waktu membuat kita mengenal akan kata 'rindu'."
••••••
Happy reading!!!!
×××××
Setelah sampai di halaman kediaman Charity, Mita turun dari mobil. Ia bergegas masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum mama! Mita pulang!" Teriaknya
Ia berjalan kearah ruang tengah dengan berteriak
"Mama yuhu! Dimana dikau ibunda tersayang!"
"Waalaikumsalam, jangan teriak-teriak ini bukan hutan." Tegur Ami yang baru saja keluar dari dapur
Mita menyengir kuda.
"Ya maap. Eh mama, ntar sore mau ngga jenguk Mira?"
Ami tampak berpikir sejenak, "jangan ntar sore, hari Minggu aja ya."
"Ih mama kita udah lama gak jenguk Mira loh."
"Iya mama tau, tapi mama liat papa kamu lagi sibuk-sibuknya sekarang. Katanya sekarang juga pulang larut. Jadi weekend ini aja ya?"
Mita menghela nafasnya pasrah, lalu mengangguk menyetujui.
"Yaudah kalo gitu, Mita keatas dulu ya ma."
"Iya."
Mita menaiki tangga dengan langkah lesu. Sesampainya ia di kamarnya, ia mengunci pintu kamarnya.
Lalu, ia merebahkan dirinya di kasur Queen sizenya.
Tiba-tiba, saku roknya bergetar. Ia segera merogoh benda tersebut. Setelah menemukannya, ia menekan tombol power dan matanya membulat seperti bola.
Bagaimana tidak? Ternyata, tertampang nama Raka di sana.
Ia membuka room chat WhatsAppnya lalu membaca pesan dari Raka.
Kak Raka
P
Gimana keadaan lo sekarang?
Gue denger, lo pingsan dikelas. Makanya, kalo tau punya penyakit magh makannya jangan sampe telat.
"Kok dia tau sih? Kan dia di spanyol sekarang. Trus yang sakit siapa, yang marah-marah ga jelas siapa. Lagi pula dia juga ngga nolongin apa lagi jengukin gue. Seenak jidatnya bilang kek gitu." Gerutu Mita
Lalu ia membalas pesan itu.
Agak lebih mending sekarang.
Iya maaf. Lagian kenapa lo sewot amat kak?
"Hahaha mampus lo" tawanya
Sepersekian detik kemudian, tawanya memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA [ HIATUS ]
Teen FictionKetika ku sendiri, dan kau menemaniku dalam kelamnya hidupku. Tak banyak kata yang perlu kita ucapkan saat bersama. Tapi, hanya suara hatilah yang mengatakan dan mengungkapkan apa yang kita rasakan. Biarkan semua mengalir bagaikan air seperti kisah...