New School

98.4K 1.7K 85
                                    

-

Pagi yang cerah, matahari tampak bersinar lebih terang dari biasanya. Sebuah kota dengan puluhan bahkan ratusan gedung tinggi, terlihat bersinar karena pantulan sinar matahari.

Sedikit jauh dari pusat kota, sebuah gang berukuran sedang dengan jajaran rumah sederhana yang menghiasi pinggirannya. Jalanan yang tampak rapi, diisi oleh para human yang sengaja jalan pagi atau sekedar caper pada tetangga ganteng.

Diujung sana, terdapat sebuah rumah bercat abu-abu yang masih tampak baru. Pagarnya yang tinggi, seakan melindungi rumah itu dari sinar ultraviolet.

Didalam sana seorang gadis membuka pintu sedikit kasar. Bibirnya yang ranum kemerahan tampak cemberut. Wajahnya muram, menandakan ia sedang kesal atau semacamnya.

"Pakai saja sepeda, sekolah kamu gak jauh kok!" perintah seorang pria yang tengah mengenakan kaos oblong berwarna putih lusuh diambang pintu.

Gadis yang tadi keluar, hanya meliriknya sekilas, lalu menaiki sepeda dengan ranjang berukuran kecil yang terletak didepannya. Sang ayah yang tahu anaknya tengah marah, langsung bergegas membukakan gerbang.

"Bilang aja motor ayah gak ada bensinnya!" cibir gadis itu, lalu melesat pergi dengan sepeda yang ia ayun dengan kencang.

"HATI-HATI!" teriak sang ayah.

Rambutnya yang sengaja digerai pun berterbangan kesana kemari. Bagai seorang dewi yang tengah terbang, ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Memang cantik, bahkan kucing pun mengakuinya.

Ia bernama Carissa Umbrella, entah kenapa ada kata payung didalam namanya. Kata ayah, supaya dia bisa menjadi gadis yang selalu dibutuhkan pada saat seseorang dalam situasi genting. Tapi nyatanya, bahkan Carissa tidak suka menolong.

"Hai Carissa!" sapa tetangga ganteng yang baru saja pindah.

Ciitt!

Carissa mengerem sepedanya tepat didepan rumah cowok gagah itu. Dengan wajah cantiknya, Carissa berikan senyuman manis kepadanya.

"Hai, om!" sapa nya balik, lalu segera kembali melajukan sepedanya sebelum cowok yang masih berusia 20 tahun itu marah.

"Aku masih muda, asal kamu tahu!"

Beberapa saat kemudian, sepeda Carissa berbelok, tampaklah sebuah jalan besar dengan puluhan mobil macet. Carissa tetap mengayunkan sepedanya dengan cepat, ia bahkan hampir menabrak pejalan kaki, dan sudah menabrak beberapa semut yang melintas.

"Maaf ya, salah sendiri jalan pakai kaki!" kata Carissa yang baru saja menyerempet pria berjas.

"Dasar anak muda!" murka pria tersebut yang rupanya sedang menelepon.

"Dasar orang tua,"

Karena semalam Carissa melihat sekilas peta menuju sekolahnya, ia tahu bahwa ada jalan pintas disebelah sini. Netra kecoklatannya tampak jeli memerhatikan sekitar, hingga ia menemukan sebuah gang yang tidak terlalu besar di samping jalan.

Carissa pun membelokkan sepedanya kesana, ia terus bergerak cepat meskipun tahu masih jam 6 pagi. Sebenarnya Carissa cukup tidak sabar untuk melihat-lihat sekolahnya. Karena kata sang ayah, sekolah barunya ini sangat besar dan mewah.

Hingga, entah siapa gerangan yang meletakkan sebuah batu ditengah jalan. Carissa yang sedikit lalai, berhasil menabrakkan roda depannya dengan batu tersebut. Dan dia, terjungkal bersama dengan kendaraannya.

BRUGH!

"Ahh-" rintihan Carissa terpotong, tatkala ia melihat ada sepasang murid beda kelamin tengah berduaan di gang sempit sebelah Carissa jatuh. Gadis itu masih dalam posisi duduk, dan sepedanya yang terlentang.

ARZAN DAN CARISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang