-
Langit berganti warna, begitupun matahari yang tergantikan oleh rembulan. Samar-samar terdengar suara langkah kaki yang terdengar dari ujung kegelapan. Arzan yang tengah mengenakan kemeja hitam dengan dalaman kaos putih menatap lebih jelas kearah gang. Bokongnya yang duduk bagian depan mobil sedikit terangkat.
Arzan bertambah semangat saat mulai terlihat gadis berpakaian merah muda yang berjalan perlahan kearahnya. Arzan melebarkan mata dan mulutnya secara bersamaan. Kecantikan Carissa malam ini seperti tidak biasa. Arzan seperti melihat sisi lain dari gadis itu. Sisi yang lebih feminim.
"Hai," sapa Carissa melambaikan tangannya lalu disusul dengan jemarinya yang menyelipkan beberapa helai rambut kebelakang telinga.
"Arzan!" panggil Carissa lagi, karena tidak mendapat tanggapan dari cowok itu.
"Hm? Ayo," Arzan beralih membukakan pintu mobilnya untuk Carissa.
berpandangan.
"Ganteng doang jemput cewek depan gang," ejek seorang pria berusia 25 tahun yang tiba-tiba muncul dari gang rumah Carissa. Dia adalah tetangga yang waktu itu.
"Siapa sih?" malas Arzan.
"Anak jaman sekarang, masih sekolah malam-malam bukannya belajar malah pacaran," ujar pria itu lagi.
"Udah tua bukannya nikah malah kelayapan," balas Carissa lalu masuk kedalam mobil disusul dengan Arzan.
"Gak sopan,"
Mobil sport hitam itu pun melaju dengan kecepatan sedang. Arzan memencet salah satu tombol yang berada disebelah alat kemudi, lalu atap mobil perlahan terbuka. Carissa sedikit terkejut namun juga terpesona.
"Dingin gak?" tanya Arzan sedikit meninggikan suaranya.
Carissa menggeleng seraya tersenyum lebar. Melihat gadis yang disukai sedang bahagia, tentu saja mengundang rasa gemas pada diri Arzan. Cowok itu refleks mencubit pipi Carissa. Sedangkan yang dicubit seperti biasa langsung menyingkirkan tangannya.
"Mau kemana?" tanya Carissa.
"Tempat makan, disana," ujar Arzan menunjuk sebuah gedung tinggi yang memancarkan cahaya kuning indah.
"Arzan itu 'kan restoran mahal,"
"Iya nanti patungan,"
Carissa mengerutkan dahinya. Dimana hal itu membuat tawa Arzan lepas. Cowok itu tentu saja sedang bercanda. Uang banyak yang dimilikinya begitu cukup untuk membeli semua menu di restoran bintang lima ini.
Setelah memarkirkan mobilnya, kedua sejoli yang tampak serasi itu keluar dan langsung menaiki tangga tempat mewah ini. Carissa merasa sedikit minder, tidak percaya diri. Seumur hidup baru sekali ia menginjakkan kaki ditempat mahal ini.
Arzan yang melihat Carissa menunduk meraih dagu gadis itu supaya terangkat. Arzan menggandeng tangan Carissa, lalu membawanya masuk kedalam sana. Sebenarnya tempat ini diisi lebih banyak oleh pria dan wanita pekerja yang sudah dewasa. Sepertinya hanya Carissa dan Arzan yang terlihat muda.
"Kamu mau duduk dimana?" tanya Arzan.
"Makan di mobil aja boleh gak sih?" pertanyaan konyol dari Carissa lagi-lagi membuat Arzan harus menahan tawa.
"Gak boleh, emangnya ada yang mau datang cuma buat bungkus makanan,"
"Terserah lo deh,"
Akhirnya, bersama seorang pelayan pria mereka digiring keruang VIP yang terletak terpisah dengan meja-meja lain. Arzan yang melihat Carissa seperti tidak nyaman, lebih baik memutuskan untuk memboking tempat khusus mereka berdua saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZAN DAN CARISSA
Teen FictionBagaimanapun Carissa harus menerimanya. Karena jika tidak, Arzan akan memperkosanya.