-
Hari pertama menjadi pacar Arzan.
Carissa bangun dari tidurnya. Tubuhnya masih terasa pegal akibat semalam. Untung saja Arzan mau mengantarnya naik mobil. Namun, entah bagaimana nasibnya sekarang. Apakah Carissa benar-benar bisa menjadi pacar cowok itu.
Pandangannya beralih pada jam dinding, dimana jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Hari ini hari Minggu, sekolah jelas libur. Carissa merasa malas beraktifitas. Gadis itu melipat selimut, lalu keluar dari kamar tidur. Semalam saat ia pulang, orang tuanya tidak ada. Dan Lian berada di dalam kamar.
"Ibu sama Ayah kemana lagi sih?" tanya Carissa pada Lian yang sedang emosi menonton drama The Penthouse di ponselnya.
"Lagi kerja ke luar kota,"
Saat mengambil air putih, ponsel Carissa mengahasilkan notifikasi. Gadis itu langsung melihat, rupanya pesan dari Arzan. Cowok itu menyuruh Carissa bersiap-siap karena sepuluh menit lagi Arzan akan menjemputnya.
Carissa menghela nafas. Ia masih bingung dengan perasaannya. Benarkah ia sangat membenci Arzan? Kalian tahu bahwa Carissa hanya terpaksa menjadi pacar cowok itu. Jadi Carissa tidak perlu berpura-pura suka padanya, bukan?
Tapi, benarkah Carissa tidak menyukai Arzan? Tidak secepat itu menghilangkan sebuah perasaan. Apalagi Arzan adalah cinta pertama Carissa. Malam itu saat Arzan berciuman dengan Stevani, Carissa benar-benar marah dan tidak ingin bertemu dengan Arzan.
Namun setelahnya ia menjadi galau karena tidak jadi pacaran.
Iya, Carissa akan mengakuinya sekarang. Sebenarnya saat ia berkata tidak ingin melihat wajah Arzan yang jelek, memarahi cowok itu, menghindarinya. Itu semua hanya kepura-puraan. Carissa hanya ingin membuat Arzan merasa bersalah akan perbuatannya.
Namun yang terjadi malah... Seharusnya Carissa tidak melakukan hal itu. Ini salahnya!
"Ngapain sih lo ngelamun?" celetuk Lian.
"Enggak, siapa yang ngelamun,"
-
Terlihat mobil Arzan tengah melesat dengan kecepatan tinggi membelah jalanan. Setelah melihat gadis cantik berpenampilan menawan yang tengah berdiri di pinggir jalan, Arzan menepikan mobilnya. Ia membuka pintu mobil, dan menyuruh Carissa untuk masuk.
Carissa menurut saja, ia masuk dengan ekspresi datar. Berbeda dengan Arzan yang sedari tadi memamerkan senyum manisnya.
"Mau kemana sih?" tanya Carissa terlihat tidak minat.
"Ke apartemen gue," balas Arzan sembari memasang sabuk pengaman.
Carissa mengernyit, "ngapain kesana?"
Pupil mata Arzan memandang keatas, seolah tengah berfikir. "Pacaran,"
Tangan Carissa meremas tali sabuk pengaman, ia sedikit tidak nyaman jika berada disebelah Arzan. Kejadian semalam sebenarnya cukup membuat Carissa trauma. Namun mau bagaimana lagi, jika ia tidak menurut nanti Arzan bisa marah dan melakukan hal tidak baik kepadanya.
Tiga puluh menit kemudian, mobil Arzan sudah terparkir di Basement. Keduanya keluar lalu segera masuk kedalam lobi. Arzan dengan santai menggandeng tangan Carissa, takut-takut gadisnya kabur.
"Sebenarnya lo mau apa sih bawa gue kesini?" Carissa menarik tangannya, lalu berhenti saat mereka masih berada di lorong menuju apartemen Arzan.
Arzan diam sembari menatap Carissa datar. Cowok itu sebenarnya sedih, bukan ini yang ia mau. Arzan menginginkan Carissa, dan cinta dari gadis itu. Namun sepertinya... Carissa sangat membencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZAN DAN CARISSA
Teen FictionBagaimanapun Carissa harus menerimanya. Karena jika tidak, Arzan akan memperkosanya.