Buku Arzan

26.6K 962 65
                                    

-

Sepulang sekolah, Carissa dan Aurella memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Rekomendasi dari gadis manis yang cukup lugu itu ternyata tidak buruk. Keduanya tengah duduk manis disebuah ruangan bernuansa kuning dan remang-remang.

Berdirilah sebuah cafe yang cukup besar disebelah SMA NASIONAL 2. Keindahan dari dekorasi yang menghias penuh dindingnya, mampu mencuci mata setiap pengunjung. Beruntung sekali, Carissa dan Aurella mendapatkan kursi disebelah jendela kaca besar. Mereka menikmati pemandangan jalanan yang ramai.

"Enakkan, Sa?" tanya Aurella seraya menyuapkan wafel yang telah ia potong kecil-kecil.

"Hm, enak banget," jawab Carissa mengangguk semangat.

"Habisin, gue traktir!"

"Makasih, Aurel,"

Waktu berjalan, keduanya sibuk membicarakan hal-hal yang tidak begitu penting. Sesekali bercanda, dan melanjutkan makan Wafel berisi cream vanila. Tidak hanya itu, rupanya Aurella juga memesankan Carissa segelas Milk Shake rasa coklat yang manis.

Hingga, tak lama kemudian pintu kaca cafe tersebut terbuka. Menampilkan sosok lelaki tampan yang mengenakan jaket kulit hitam. Dibelakangnya, terlihat seorang gadis cantik yang kalem. Keduanya seperti sepasang kekasih yang cocok.

Carissa tidak sengaja melihat mereka berdua, sebuah hal yang membuat Carissa terkejut dan bertanya-tanya. Cowok tampan yang baru saja datang, tak lain adalah Raga, pacar Aurella. Tapi kenapa dia datang bersama seorang gadis?

"Aurel," panggil Carissa dengan suara pelan.

"Hm, kenapa?" Aurella mendongakkan wajahnya, gadis itu terlalu sibuk menikmati Ice Cream yang ia pesan.

"Lo, putus sama pacar lo?" tanya Carissa sedikit hati-hati.

Ekspresi Aurella menjadi bingung. Hingga sedetik kemudian, gadis dengan balutan kardigan biru itu pun tertawa renyah.

"Kenapa tanya? Aku gak putus sama Raga," kata Aurella diakhiri dengan senyuman. "Tapi... Memangnya kenapa?"

"Huh? Enggak kenapa-kenapa kok,"

-

Kedua kaki Carissa melangkah dengan lesu memasuki rumah. Ia sangat capek hari ini, meskipun tadi naik bus, tapi tetap saja jarak halte dengan rumahnya jauh. Enak sekali jika ayah Carissa mau mengantar dan menjemputnya.

"Kok baru pulang?" tanya Sari, ibu kandung Carissa.

"Tadi mampir ke cafe," jawab Carissa dengan nada lelah.

Setelah masuk, gadis itu langsung mendaratkan bokongnya ke sofa empuk diruang tamu. Sari yang berada di dapur, tentu saja bisa melihat kedatangan anaknya.

"Lain kali, pulang dulu kalau mau main," tutur Sari, sembari menggoreng sesuatu di wajan.

"Iya Bu,"

"Ganti baju, panggil abang mu," titah Sari.

Carissa adalah gadis penurut, buktinya ia langsung beranjak dari sofa dan menaiki tangga kecil untuk menuju kamarnya yang berada dilantai atas.

Seraya menenteng tas, Carissa membuka pintu kayu kamarnya lalu masuk. Sebuah ruangan minimalis yang rapi. Tidak terlalu dominan, ruangan ini bahkan terkesan random dan warna-warni.

Dengan segera, Carissa melucuti pakaiannya, dan menuju kamar mandi. Guyuran air dari shower membuat kulitnya terasa segar dan nyaman. Meskipun tidak memiliki bathtub tapi shower tidak terlalu buruk.

Setelah selesai dengan rutinitas mandinya, Carissa memilih baju santai. Jam menunjukkan pukul 17.30, hari sudah petang. Gadis itu masih tetap cantik dengan balutan kaos oblong berwarna hijau, dan celana pendek jauh diatas lutut berbahan kain.

ARZAN DAN CARISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang