-
Carissa semakin mempercepat langkah kakinya, kedua telinga gadis itu dipenuhi oleh suara gemuruh menyebalkan dari murid lain. Mereka semua bertanya-tanya, apa maksud dari Carissa yang meninggalkan Arzan begitu saja. Carissa menolak cowok itu.
Aurella tampak mengejar Carissa dibelakang sana, gadis itu tidak berhenti meneriaki nama Carissa. Hal itu membuat semua mata semakin tertuju pada sosok cantik pemilik kaki jenjang tersebut.
Carissa pun berbelok dan memasuki kelas, tidak ada seorang pun di dalam sana. Ia memaksa udara masuk kedalam mulut, masih ngos-ngosan Carissa duduk di kursinya dengan perasaan gelisah. Kenapa Arzan tidak menyerah saja?
"Carissa!" teriak Aurella yang berhasil membuka pintu kelas cukup kasar.
"Aurel, gue..."
"Kamu kenapa lari?" panik Aurella dengan nada dan ekspresi amat khawatir.
"Gue... Gak tahu mau jawab apa..." lirih Carissa menundukkan wajahnya yang dipenuhi keringat.
Bel tiba-tiba berdering kencang tanpa malu, derap langkah mulai terdengar di luar sana. Seorang guru pria memasuki kelas, dan diikuti beberapa murid yang berada sekelas dengan Carissa. Hingga, tatapan Carissa bertemu dengan netra gelap Arzan untuk sejenak.
Gadis dengan surai digerai itu memalingkan muka. Ia mengambil selembar tisu dari dalam tas, lalu perlahan mengelap wajahnya.
Selama pelajaran dimulai, Carissa hanya diam. Ia tidak nyaman berada di kelas. Beberapa kali ia mendapati teman sekelas menatap kearahnya.
-
Kedua gadis berbalut pakaian indah dengan warna pastel itu memasang wajah ceria di sepanjang kakinya melangkah. Tepat pukul 20.00, tiba-tiba Aurella menelfon Carissa untuk menemuinya di taman kota. Beruntung, kedua orang tua Carissa tidak ada di rumah, jadi gadis itu cukup bebas untuk keluar malam.
Kali ini, Aurella mengajak Carissa ke sebuah mall yang cukup terkenal. Tidak untuk berbelanja, hanya untuk cuci mata. Mereka tidak cukup mampu untuk membeli beberapa baju di tempat mewah seperti itu.
"Tumben lo ngajak jalan-jalan," heran Carissa ditengah-tengah perjalanan.
"Raga tiba-tiba saja ngilang, dia gak jawab telepon aku. Jadi gak ada teman buat di ajak jalan-jalan," terang Aurella melilitkan tangannya di lengan kecil milik Carissa.
Carissa hanya mengangguk-angguk dengan ekspresi masam dan sinis. Sampai kapan ia harus merahasiakan sifat asli Raga. Aurella yang malang, gadis polos itu benar-benar dipermainkan.
"Putusin saja Raga!" kata Carissa dengan nada sedikit berteriak.
"Kamu ngomong apa sih, gak mungkin aku putusin Raga!"
"Kenapa?"
Aurella diam terlihat berfikir, "Rahasia," bisik nya.
Tak lama kemudian, kedua kaki Carissa berhasil menginjak lantai putih bersih. Kedua lubang hidungnya menghirup udara buatan dari AC. Carissa yang tidak terbiasa, refleks membuat ekspresi aneh yang Aurella tertawakan.
"Mau kemana dulu?" tanya Aurella antusias.
Carissa memandang sekitar, hingga ia menangkap cahaya biru yang dihasilkan dari ruang Timezone. Mata gadis itu berbinar, saat menyaksikan puluhan benda mengasyikkan didalam sana.
"Kita ke sana yuk!" ajak Carissa langsung menarik tangan Aurella.
Karena Aurella lah yang mengajak Carissa keluar malam-malam, gadis itu dengan sombong membuat Carissa tidak mengeluarkan sepeserpun. Lantas dengan uang saku yang diberikan sang Ayah, Aurella segera membeli koin untuk bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZAN DAN CARISSA
Novela JuvenilBagaimanapun Carissa harus menerimanya. Karena jika tidak, Arzan akan memperkosanya.