Keep Dodging

15.5K 482 10
                                    

-

Seorang lelaki berjalan masuk ke sebuah taman kota yang ramai. Dengan balutan kaos yang dipadukan kemeja hitam, sosok Arzan tampak tampan sekaligus elegan. Senyuman yang terpatri pada wajahnya, menambah bubuk hipnotis pada para gadis yang nongkrong bersama teman sebayanya.

Arzan langsung menghampiri tempat yang akan menjadi saksi perasaannya malam ini. Iya, Arzan berencana menjadikan Carissa pacarnya. Dengan tingkat percaya diri yang tinggi, cowok itu yakin bahwa Carissa tidak akan menolaknya. Arzan sudah tahu bahwa gadis nakal itu sebenarnya sudah membalas perasaannya.

Tatapan Carissa, senyuman Carissa, semua itu... Sudah membuktikan.

"Hai nak, kamu sedang apa disini?" tanya wanita paruh baya yang tampak familiar.

Arzan mengernyit, mencoba untuk mengingat wajah wanita ini. Dan ia segera berpaling saat tahu bahwa ia adalah wanita penghuni lift yang selalu mengganggunya. Kenapa ada ibu-ibu di taman?

"Tante ngikutin aku ya?" sewot Arzan.

"Eh enggak kok, saya kesini mau kencan," ujar wanita itu, kecentil-an.

Arzan berasa ingin muntah, mana ada pria yang mau sama dia, pikirnya. "Sama siapa?" meskipun begitu Arzan tetap kepo.

Wanita itu tersenyum malu-malu seraya menyeret kakinya mendekati Arzan. Kemudian ia menunjuk ke sebelah kanan, dan Arzan langsung mengikuti arah telunjuknya. Betapa terkejutnya Arzan saat pria yang dimaksud oleh wanita ini adalah seorang cowok muda berkulit putih dengan rambut berponi.

"Dia?" heran Arzan, tapi tunggu! Wajah cowok itu tidak asing. "Zay?" gumam Arzan saat berhasil menerka-nerka gerangan cowok yang ternyata teman sekelasnya.

"Manis 'kan?" bisik wanita itu, lagi-lagi tersenyum malu-malu.

"Tante main Tinder ya?!"

Huh, Arzan akhirnya lega saat wanita itu menyingkir. Jangan lupakan perutnya yang sempat teraduk-aduk karena melihat Zay lari terbirit-birit saat melihat pacar virtualnya yang tidak sesuai ekspektasi. Entah wajah siapa yang wanita itu pasang untuk foto profil. Pasti Rose Blackpink.

Beberapa saat berlalu, Arzan sudah tiga kali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, dan Carissa tak kunjung datang. Kemana gadis itu berada?

Arzan menjadi sedikit khawatir, mengira Carissa tidak ingin menemuinya. Sedangkan dibalik pohon beringin sana, sosok Stevani tengah mengintip Arzan sembari mengecek layar ponselnya. Hingga, bunyi notifikasi berbunyi pada ponsel Stevani.

From Diva

Sekarang waktunya, Stev. Cewek itu udah lari nemuin Arzan.
21.35

Senyum miring terukir pada wajah Stevani. Cewek itu berjalan lenggak-lenggok menghampiri Arzan yang tidak menyadari kehadirannya. Lalu, sekali tepukan pada bahu Arzan, cowok itu langsung menoleh dengan wajah berbinar, karena mengira Carissa lah yang datang.

"Hai, Arzan!" sapa Stevani.

"Kenapa malah lo yang dateng," gerutu Arzan menatap sinis kearah Stevani.

"Memangnya kamu berharap siapa yang datang?"

"Bukan urusan lo!"

Mata Stevani melihat Carissa tengah berlari dari kejauhan. Dengan gerakan cepat, gadis itu meraih rahang tegas Arzan lalu mencium bibir cowok itu. Arzan terdiam karena terkejut. Stevani memanfaatkan keadaan dengan sedikit melumat bibir manis milik cowok yang ia sukai.

Dari kejauhan, separuh tubuhnya tertutup dedaunan, Carissa berdiri berlinang air mata. Menatap Arzan dan Stevani sedang berciuman, dadanya terasa sakit dan perih. Tidak ingin melihatnya terlalu lama, Carissa segera berbalik dan berlari pergi dari sana.

ARZAN DAN CARISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang