-
Rupanya Arzan membawa Carissa pergi ke atap sekolah. Cowok itu menarik paksa Carissa, sepanjang lorong tidak sedikit mata yang menatap penuh tanya. Namun bukan itu yang membuat Carissa risih, melainkan genggaman tangan Arzan yang besar di pergelangan tangannya.
"Lo mau ngapain sih?" kesal Carissa setelah mereka berada di atap dan Arzan sudah melepaskan Carissa.
Cowok itu tidak menjawab, ia berbalik untuk menutup pintu. Carissa yang kesal dan ingin pergi, akhirnya berlari kearah pintu dan berusaha mendorong Arzan. Namun tentu saja tenaga Carissa tidak ada apa-apanya dibandingkan Arzan. Gadis itu malah mendapat tatapan tajam yang membuatnya beringsut ketakutan.
"Sekarang lo gak bisa lari lagi," ujar Arzan berjalan mendekati Carissa.
"Gue mau pergi,"
"Jawab pertanyaan gue, kenapa kemarin lo gak datang?" tanya Arzan dengan nada tegas.
Bukannya menjawab Carissa malah memalingkan wajahnya. Netra nya memandang ke atas, menatap langit cerah yang tidak secerah perasaannya. Carissa berusaha untuk tidak menimbulkan genangan air di matanya. Gadis itu tidak ingin terlihat sedih didepan Arzan si cowok sialan.
"Jawab gue Carissa!" teriak Arzan menarik lengan Carissa dan mencengkeramnya dengan kuat. Hal itu membuat Carissa meringis kesakitan.
"Lepasin!"
"Jawan dulu!"
Carissa mendongak untuk membalas tatapan tajam Arzan. "Malam itu, gue datang," kata Carissa dengan nada datar.
"Apa maksud lo?"
Kemudian gadis berbalut vest abu-abu itu menarik lengannya. Ia kembali menatap Arzan dengan pandangan muak yang tak dapat ia sembunyikan.
"Seharusnya lo gak usah nyuruh gue datang malam itu," sembari berjalan melewati Arzan, Carissa mengatakannya.
Arzan diam sejenak, lalu menoleh kebelakang saat mendengar Carissa membuka pintu besi. Gadis itu menatap Arzan sekilas, lalu membanting pintu dan berlari menuruni tangga. Tepat setelah tangga terakhir, Carissa menemukan gerombolan Putri dan yang lain, mereka tampak khawatir namun Carissa hanya melihatnya sekilas dan kembali berlari.
Kini, Arzan terdiam dengan segala pikiran yang membingungkan. Ia khawatir tentang perkataan Carissa.
"Gak mungkin..." lirih Arzan lalu segera beranjak dari sana dengan langkah lebar.
Saat Arzan menemukan Putri dan yang lain, cowok itu berhenti dan bertanya. "Kalian tahu dimana Carissa?"
Putri dan yang lain bingung ingin menjawab apa. Hingga akhirnya Salsa memutuskan untuk berbohong.
"Carissa tadi lari kesana!" ujar Salsa menunjuk kearah lorong sebelah timur, dimana padahal Carissa berlari kearah lantai bawah. Mereka pun saling pandang.
Kembali pada Carissa, gadis itu rupanya sudah selesai memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Pertanyaan dari Daniel tidak Carissa hiraukan, ia langsung berlari keluar dari kelas. Carissa tidak ingin bertemu dengan Arzan.
Tanpa meminta izin kepada guru, gadis itu keluar melewati halaman. Tentu saja Pak Satpam menghentikannya, namun Carissa memiliki alasan kuat untuk mengelabuhi pria itu.
"Eh kamu mau kemana? Jam sekolah masih belum selesai," cegah Pak Satpam saat melihat seorang siswi berlari ingin keluar.
"Saya sakit Pak, sudah izin sama gurunya," bohong Carissa.
Karena melihat Carissa yang tampak menyedihkan dan bahkan hampir menangis, Pak Satpam itu pun akhirnya memperbolehkan Carissa keluar. Dengan langkah lebar, gadis itu berjalan menuju halte, menunggu bus lewat dan ingin segera sampai dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZAN DAN CARISSA
Teen FictionBagaimanapun Carissa harus menerimanya. Karena jika tidak, Arzan akan memperkosanya.