° BKK 8

252 48 0
                                    

B i s m i l l a h

Bijaklah dalam memilih pendengar.
Apa yang kita lihat baik, belum tentu baik juga.

°°°

Jam menunjukkan pukul 19.30 wib. Keluarga Raja baru saja menyelesaikan makan malamnya. Raja kini sudah berada di dalam kamar. Namun tiba-tiba tenggorokannya meminta untuk di isi air. Dengan langkah malas dia berjalan menuju dapur. Melewati ruang tengah yang terdapat Ayah dan Bundanya tengah menonton tv.

Raja tetap berjalan menuju dapur. Dia lelah. Bahkan disaat makan malam tadi dia tak banyak bicara. Begitupula Ayah dan Bunda yang tidak membahas sedikit pun pasal perjodohan itu. Raja berharap semoga kasus ini tidak dilanjutkan.

"Raja. Sini, Nak."

Langkah Raja yang hendak menginjak unggakan tangga pertama terpaksa terhenti. Dia membalikkan tubuh. Bunda memangil dia.

Jenjang kaki berat pun dia bawa menuju ruang tengah. Dengan tangan sebelah kanan memegang botol yang berisi air untuk dibawa ke kamar.

Raja duduk di salah satu sofa angle. "Kenapa, Bun?" tanyanya sembari menyingar rambut ke belakang. Tatapannya melihat tontonan yang terpampang pada televisi.

Bunda melirik Ayah sebelum sebuah senyuman itu terbit. "Bunda bawa berita bahagia."

"Berita apa?" tanya Raja lagi. Kali ini lebih ke acuh tak acuh. Dia tidak peduli berita apa yang akan dibeberkan Bundanya.

"Tentang perempuan itu."

Raja mematung. Tatapannya saat ini menatap kedua insan yang juga menatap dia. Tubuhnya yang sedang berselonjor berubah menjadi tegap. "Maksud, Bunda?"

Bunda kembali tersenyum. "Tentang foto perempuan itu. Bunda udah ketemu."

Mata Raja terbelalak. Dia menatap kedua orang tuanya tak percaya.

"Serius, Bun?" Bundanya mengangguk. "Yaudah kalo gitu mana fotonya. Raja mau liat."

Desakan Raja membuat kekehan Ayah dan Bundanya. "Kamu ini udah ngga sabar ya mau liat calon."

Wajah Raja berubah menjadi datar mendengar ledekan Bunda. Salah dia juga, sih. Sikapnya barusan memang menunjukkan rasa ketidaksabaran. Ya sudah untuk saat ini kita berada di pihak Raja, saja.

"Raja mau cepet liat fotonya bukan berarti Raja ngga sabar mau ketemu dia. Tapi siapa tau Raja tau siapa cewek itu. Raja pusing, Bun. Pusing nyari-nyari dia."

Bundanya hanya menganggukkan kepala. "Kalau memang iya ngga sabar juga ngga papa, kok."

Bundanya ini memang tidak bisa diajak kompromi. Memang laki-laki itu selalu salah di mata wanita. Laki-laki harap menyediakan stok sabar tak terhingga. Karena pasal wanita selalu benar itu memang nyata dan selalu ada.

Bunda merogoh tas yang ada di bawah meja. Mengeluarkan selembaran polaroid. Sebelum ditunjukkan kepada Raja, Bunda memperlihatkan terlebih dahulu kepada Ayah. Membuat Raja makin mengerang.

Benar Kata Kakek [t a m a t]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang