° BKK 11

207 43 0
                                    

[Jika kalian berat hati untuk berkomentar, setidaknya tinggalkan sedikit jejak. Klik bintang di kiri pojok bawah sebagai bentuk apresiasi kalian pada saya untuk cerita ini. Sekian. Terima gaji.]

B i s m i l l a h

Kita tinggal di negara hukum. Walau hukum tak berlaku sepenuhnya di negara kita.

°°°

Raja, Rafi dan Zaki saat ini sedang memicingkan mata mereka masing-masing. Seperti sebuah tembakan, mereka sedang mengunci mangsa.

"Yakin, nih?"

Rafi dan Zaki mengangguk bersamaan. Raja menghela napas sebentar. Kakinya ia bawa langkah demi langkah.

Seorang gadis dengan hodiee kuning melekat pada tubuhnya. Seolah memancarkan sebuah sinar yang menambah point keindahan.

Gadis itu fokus berkutat pada layar laptop. Tak peduli dengan sekitar yang sangat bising. Para manusia sangat sibuk dan berlomba-lomba mengeluarkan suaranya.

Satu kursi di hadapannya terdengar. Seperti gesekan. Gadis hodiee kuning yang awalnya dengan lincah memainkan jari diatas keyboard seketika terhenti. Dia tersenyum. Mendongakkan kepalanya lalu mengubah mimik wajahnya 180 derajat.

"Kenapa lo muncul dihadapan gue lagi?" tanyanya sangat dingin. Kutub Utara mungkin kalah dengan dinginnya.

Raja menelan salivanya. Tanpa mengucapkan sepatah kata, dia langsung duduk dihadapan Nanta---gadis hodiee kuning.

"Gue bawa ini. Buat lo." Tangannya menyodorkan sebuah buket yang Zaki bawa kemarin.

Terlihat di belakang sana, Rafi dan Zaki mengacungkan kedua jempolnya kearah Raja. Seolah memberikan selamat karena sudah menjadi seorang gentle man.

Nanta terdiam. Matanya memandang kearah buket itu. "Tau darimana lo  kalo gue suka warna ungu?"

Binaran bahagia tercipta di mata Raja. "B-beneran lo suka?"

Nanta menganggukkan kepalanya. "Gue emang suka sama warna ungu." Lagi-lagi ucapan Nanta membuat Raja sangat semangat. "Tapi gue ngga suka sama cara lo. Norak."

Tiba-tiba bahu Raja menurun. Baru saja dia terbang setinggi-tingginya karena Nanta, saat itulah Nanta menghempaskannya dengan sangat kuat. Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.

"Lo itu norak. Alay. Lebay. Gue jijik sama lo."

Coba hitung sudah berapa kata yang Nanta ucapkan untuk harga diri Raja. Sudah dikatakan bahwa Raja harus siap mempertaruhkan harga dirinya.

Raja hanya terdiam. Dia kehabisan kata. Di dalam hatinya, dia sempat memuji akan kecantikan Nanta. Tapi dia tidak pernah terbayang bahwa gadis di hadapannya akan mengatakan hal ini.

Raja berdehem. "Lo boleh hina gue sepuas lo. Tapi lo ngga bisa buat gue untuk berhenti merjuangin lo. Ya, lo tau sendiri. Gue bakal buat lo nikah sama gue."

Ucapan Raja membuat Nanta mendengus. Dua makhluk itu saling mengadu tatapan mata. Satu tatapan ramah dan satu tatapan menantang.

Benar Kata Kakek [t a m a t]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang