° BKK 27

147 25 2
                                    

B i s m i l l a h

Siklus hidup itu tidak jauh dari kata berjuang dan menyerah

°°°

"Pulang, ya? Biar aku anter."

Varel membujuk Nanta agar mau pulang kerumah. Sudah seperti Adik dan Kakak.

Sejak tadi Varel membujuk Nanta agar mau pulang kerumah. Sekarang sudah hampir siang dan gadis itu harus menemui orang tuanya sebelum pergi. Varel tidak mau jika Nanta tidak bertemu dengan orang tuanya. Setidaknya hubungan antara anak dan orang tua itu baik-baik saja sebelum berpisah dalam jangka yang lama.

Nanta menggeleng gemas membuat Varel tak bisa memarahinya.

"Aku bakalan temenin kamu. Sampe orang tua kamu pergi. Janji." Varel mengacungkan jari kelingkingnya kearah Nanta. "Pulang, ya?"

Mata Nanta berbinar lalu menautkan kelingkingnya agar menyatu. "Janji tungguin sampe Mama sama Papa pergi." Varel menganggukkan kepala sebagai opsion. "Yaudah, ayo pulang."

°°°

"Terlalu larut pembicaraan, Om sampai lupa. Gimana kabar Ayah dan Bunda kamu, Raja?" tanya Miftah yang sejak tadi sudah terlihat akrab dengan Raja.

Rafi dan Zaki juga sesekali ditanya, membuat mereka terkadang mengangguk dan menjawab seadanya. Suasana saat ini bagi mereka bertiga sangat canggung.

Raja mengangguk sebelum menjawab. "Alhamdulillah. Sehat, Om."

"Syukurlah. Sudah sangat lama Om tidak bertemu dengan Ayahmu, Raja."

"Dan Tante juga sudah lama tidak bertemu dengan Bundamu. Kapan ya kita bisa bertemu dengan mereka, Pa?" tanya Ayu pada sang suami.

Miftah menghela napas. "Waktu kita terlalu padat untuk bertemu mereka."

Seketika Ayu memasang raut sedih. Dia jadi teringat Nanta. "Bener, Mas."

Melihat itu Raja, Rafi dan Zaki semakin tak enak. Mereka bingung harus melakukan apa jika seperti ini.

"Ee, Om, Tan, kalau gitu kita bertiga ma- ..."

"Ma! Pa!"

Tubuh Raja menegang. Suara itu ... tidak asing.

Nanta berjalan masuk kedalam bersama Varel dibelakang. Dia sedikit celingukan saat berjalan kearah teras rumah. Hingga tiba diruang tamu, gerakan kaki Nanta terhenti. Objek didepannya saat ini adalah objek yang membuatnya bingung.

"Nanta, kebetulan banget kamu pulang." Ayu berdiri dan menghampiri anaknya. "Eh, ada Varel juga."

Varel yang baru saja masuk segera menyalami tangan Ayu sopan. Peredaran matanya terhenti pada tiga pemuda yang saat ini sedang duduk berhadapan dengan Miftah.

"Pas banget. Kalau gitu kita makan siang bareng aja, ya. Tadi Mama udah masak juga sama Bi Suti."

"E-engga usah, Tan. Kita bertiga juga mau pul- ..."

Benar Kata Kakek [t a m a t]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang