° BKK 45

186 32 0
                                    

B i s m i l l a h

Mereka peduli bahkan ketika orang tua ku tak mengenal kata itu

°°°

Teman yang selama ini sudah ia anggap sebagai saudara kandungnya sendiri. Sefti bukanlah hanya sekadar teman bagi Nanta. Tapi Sefti adalah bahu dan Ibunya. Nanta sangat menyayangi Sefti.

Tapi, setelah apa yang sudah ia ketahui, hatinya benar-benar sangat merasa sakit. Semua yang ia lalui selama ini bersamanya seolah-olah pintu kebahagiaan yang terbuka lebar untuk lautan kepedihan.

"Sefti itu psychopath!" Raja memaki teman Nanta yang sangat bodoh. "Apa yang ada di pikirannya sampai dia bisa melakukan hal seperti ini!"

Nanta hanya tertunduk. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Dia juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Sefti.

"U-udah, Ja. Lo ngga perlu buang-buang tenaga buat marahin dia." Nanta mengusap punggung belakang Raja pelan. "Dan gue sangat-sangat berterima kasih sama kalian semua. Mulai sekarang kalian ngga usah peduliin gue. Mungkin ini udah jalan hidup gue yang terlalu curam. Gue ngga papa."

Raja dengan cepat menoleh dan menggeleng kuat. "Ngga! Gue ngga bisa."

"T-tapi, Ja- ..."

"Nanta!"

Semua orang yang berada didalam ruang tengah itu dengan cepat menoleh kearah sumber suara. Rupanya disana Pak Aryi beserta Ningrum berjalan kearahnya.

Ningrum langsung memeluk Nanta kuat. Tak lupa wajahnya yang sangat dipenuhi dengan kekhawatiran. Nanta membalas pelukan itu. Karena tak dapat dibantah, Nanta sangat-sangat merindukan dan merasa nyaman pada pelukan hangat seorang Ibu.

Sedangkan tiga pemuda yang ada disana terdiam. Mereka menatap Pak Aryi bingung sekaligus seolah bertanya. Sedangkan Pak Aryi hanya menunjukkan raut acuh tak acuh.

"Nanta, kamu tidak apa-apa?" Pak Aryi membuka suaranya ketika pelukan itu terlepas.

Nanta menoleh dan mengangguk pelan. "Ngga papa, Om."

"O-om?"

Ningrum menangkup kedua pipi Nanta. Dia memperhatikan wajah Nanta yang sangat kacau. Sudah bisa ditebak jika akhir-akhir ini gadis itu pasti menumpahkan tangisannya.

"Tante cemas sama kamu. Tante ngga mau kamu kenapa-napa, Nta. Pokoknya beberapa hari kedepan Tante dan Oom kamu bakal nginap disini."

Nanta tersenyum dan memegang kedua tangan Ningrum. "Nanta ngga papa kok, Tan. Tante ngga perlu nginap disini. Nanta ngga mau ngerepot- ..."

"Ngga!" potong Ningrum cepat. "Tanpa bantahan, Tante dan Om Aryi bakalan tetap nginap disini. Semuanya kami lakukan untuk kamu, sayang."

Hati Nanta tersentuh. Om dan Tantenya ini memang sangat-sangat memperhatikannya. Tentu sangat berbeda jauh pada kedua orang tuanya sendiri padahal status mereka sudah jelas kandung.

"Terima kasih banyak, Om, Tan. Nanta ngga tau harus gimana seandainya ngga ada kalian berdua."

Pak Aryi mengangguk. "Kamu sudah kami anggap seperti anak kami sendiri, Nanta."

Benar Kata Kakek [t a m a t]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang