° BKK 19

158 35 0
                                    

B i s m i l l a h

Jangan pernah menganggap diri kita lebih baik dari mereka. Kita hanya beda posisi.

°°°

"Cuacanya cerah."

"Kayak wajah lo. Cerah banget."

Nanta bergidik tapi Sefti tersenyum. "Sef, siapa yang ngomong?"

"Orang ganteng yang sekarang ada disamping lo, Nanta."

Matanya melirik. Dari ekor mata itu dapat terlihat seorang pemuda jangkung tepat berada disampingnya. Memakai hodiee hitam dan menyigar rambut ke belakang. Bukannya senang, Nanta semakin kesal dengan semua sikap pemuda itu.

"Lo itu kayak hantu tau ngga, sih? Tiba-tiba muncul."

Mendengar gerutuan Nanta, Raja hanya mengedikkan bahu. "Gue ngga tau."

"Kalian cocok," bisik Sefti tepat ditelinga Nanta. Membuat sang empu mendelikkan kedua mata. "Udah, ngga boleh marah-marah terus."

Nanta mendengus. Pagi-pagi dia sudah menahan kesal karena dua orang yang berbeda. Dua orang yang kini berada tepat disamping kanan kirinya.

"Oh iya, Bunda nanyain makanannya. Enak, ngga? Pasti enak dong."

Nanta mengernyit. Maksud laki-laki itu apasih. Bertanya, belum dijawab tapi dia jawab sendiri. Memang tidak jelas.

Sedangkan Nanta hanya berdehem. Mata Raja berbinar. Sontak dia berteriak kegirangan yang mengundang beberapa pasang mata. Hal itu lagi-lagi membuat Nanta sangat kesal pada dirinya. "Lo apa-apaan, sih. Kayak anak kecil tau, ngga?!"

Raja hanya memasang cengirannya. "Langkah awal gue berhasil. Sudah gue bilang kalo masakan Bunda itu enak. Nanti gue bilang ke Bunda kalo calon menantunya suka. Kedepannya gue jamin, lo bakalan sering dibuatin masakan khusus sama Bunda."

Memainkan kedua alisnya kearah Nanta. Raja terus tersenyum menggoda kearah gadis yang sedang menatapnya kesal. Raut wajah yang membuatnya semakin gemas pada gadis itu. Rasa ingin menikahi pun semakin gencar. Eh.

"Terserah lo," jawab Nanta ketus lalu meninggalkan mereka dengan hentakan kaki seperti anak kecil.

Raja berkacak pinggang menatap kepergiaan Nanta. Ia tersenyum. "JANGAN LUPA KALO LO BAKALAN NIKAH SAMA GUE."

Bukan Raja namanya jika dia tidak memiliki malu. Tak memedulikan sekitar, dengan lantangnya dia berteriak. Seperti tanpa dosa pun, Raja langsung berbalik badan dan berjalan kearah kedua temannya. Menyisihkan Sefti yang masih melompong. Lebih tepatnya terpesona pada Raja tadi. Ah, payah.

°°°

Gerak langkahnya tergesa. Mulutnya terus menggerutu tak jelas. Bahkan tak peduli jika namanya sudah diteriakkan beberapa kali oleh temannya. Dia terus berjalan untuk melampiaskan rasa kekesalannya.

"Iih, gue jijik. Sumpah gue jijik banget. Bisa ada ya manusia kayak gitu di bumi gini. Bukannya suka tapi gue malah tambah enek sama dia. Caranya kampungan, norak, alay, lebay. Rasanya gue pengen mun- ... Eh, Pak Aryi."

Benar Kata Kakek [t a m a t]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang