(Name) tertawa. "Jangan pura-pura bodoh begitu. Kau yang melukai kakiku tadi kan? Batu dibelakangmu juga berbau darah."
Ekspresi bocah yang lebih muda itu menggelap, senyuman yang ada di wajahnya luntur. Tergantikan dengan tatapan tajam. Itu aneh. Biasanya (Name) hanya diam saja, bahkan ketika dia melukai si gadis secara terang-terangan.
Merasa situasi mulai tidak bersahabat, bocah laki-laki itu berdiri. Sepasang manik kebiruan menatap (Name) tajam. "Kau, kupikir kau bisu..! Kau selalu diam selama ini, tidak pernah berkomentar apapun!"
'Dasar kurang ajar, rasanya aku tidak sedang berbicara dengan bocah biasa.' Batin (Name) memasang wajah datar, ia memakai skill miliknya.
[Peringatan! Blessing of Healing's God telah terkunci]
(Name) menutup mata lalu tersenyum, dalam hati menyumpah serapahi siapapun yang mengunci buffnya. Menghela napas pelan, ia menoleh kepada anak laki-laki itu dan mendekatinya. Bocah laki-laki itu terjatuh lalu mengarahkan batu runcing di belakangnya ke arah sang gadis mungil, tangannya bergetar takut.
"Ja-Jangan mendekat!" Peringatnya dengan nada ketakutan. (Name) mengangkat sebelah alisnya heran. 'Bocah ini.. Setelah seenaknya melukai orang lain, dia malah ketakutan gitu? Dasar aneh.'
Walaupun sebenarnya (Name) tidak kalah aneh, sebab ia masih berdiri tegak meski betis kirinya mengeluarkan banyak darah. "Siapa namamu? Berapa usiamu?" Tanya si gadis yang mendapatkan tatapan heran dari bocah itu.
"... Namaku Jae-Ha, 10 tahun." Hal itu membuat (Name) mengerutkan kening. 'Jae-Ha? Itu kan namanya kakak, kenapa dia ada di dalam Dungeon?' Pikirnya.
"Jadi.. Jae-Ha, kenapa kamu menyerangku?" Tanya (Name). Jae-Ha memiringkan kepalanya polos.
"Bukankah anak-anak yang masuk ke Dungeon harus keluar dengan tubuh terluka?" Jae-Ha malah melempar balik pertanyaan dan membuat (Name) sweatdrop.
"Darimana kau mendengar hal aneh semacam itu?"
"Dari paman di luar Gate." (Name) menepuk jidatnya. Astaga.. Dia sampai tidak tahu harus berkomentar apa.
"Kalau noona? Siapa nama noona? Berapa umur noona?" (Name) terdiam, tangannya bergerak mengelus rambut gelap Jae-Ha.
"Aku (Name). Usiaku 7 tahun, jadi berhenti memanggilku noona." Balas si gadis dengan nada ketus di akhir. 'Eh, gak boleh gitu sama bocil.' Ia mengingatkan diri sendiri. Sedangkan Jae-Ha mengangguk polos.
Luka di betisnya mulai terasa perih, membuat (Name) meringis kecil. Ia pun langsung duduk, menatap betisnya yang masih mengeluarkan darah. 'Kakakku ini.. Dari awal ingin membuatku kehabisan darah atau gimana? Nusuknya banyak juga, dalam lagi.'
Tangan mungil (Name) bergerak untuk membuka satu-satunya helai pakaian yang ia kenakan. Sadar kalau sedang ditatap, ia menoleh dan mendapati Jae-Ha menatapnya intens. Sang gadis langsung menutupi tubuhnya lagi dengan pakaian. "Ngapain ngelihatin aku? Sana menghadap ke arah lain!"
"I-iya!" Jae-Ha menurutinya dan langsung berbalik, memunggungi (Name). Gadis itu merobek sedikit pakaiannya, mengikatkannya pada betis yang masih mengeluarkan darah dengan erat.
"Setidaknya ini bisa menghentikan pendarahan sebentar." Gumam (Name) sambil mengelap keringat nya dengan tangan.
Jae-Ha masih memunggungi gadis yang lebih muda darinya. "Hei, Jae-Ha. Kau bisa berbalik sekarang." Bocah berambut gelap itu menggeleng, menolak saran(atau mungkin perintah?) dari (Name).
YOU ARE READING
The Regressor (Solo Leveling × Reader)
FanfictionGelap, dingin, dan sunyi.. Itulah yang selalu (Name) rasakan dalam hidupnya. Sampai ketika ia selesai membaca novel hingga tertidur, dia mati. Dan notifikasi muncul di hadapannya. [The Healing's God bersimpati pada anda] [The Healing's God memberika...