Pukulan, tendangan, dan serangan lainnya masih Dong-Su ingat sampai sekarang. Rasa sakitnya, cara menyerangnya, dan manik pria itu yang berubah kuning menyala juga masih ia ingat jelas. Hingga tiba-tiba dia tersentak bangun.
'Mimpi.. Jadi itu bukan mimpi?' Batin Dong-Su ketika ia merasakan sakit di seluruh tubuhnya, beberapa anggota tubuh yang diperban, juga leher, tangan, dan kakinya yang di gips. Ia melirik ke sebelah sejenak, lalu mulai berbicara. "Apa yang kau inginkan dari orang yang kalah ini? Kalau ada yang ingin kau tanyakan, cepat tanyakan dan pergilah, Wakil Direktur."
Seorang pria berambut pirang yang dipanggil Wakil Direktur itu menatap Dong-Su. "Aku menunggu karena ingin bertanya langsung padamu. Orang yang bernama Sung Il-Hwan itu.. Apa dia benar-benar seorang monster?"
"Jadi anda ingin bilang kalau saya menyerang manusia biasa?"
Wakil direktur menunjukkan tablet yang menayangkan sebuah video. "Ini video yang terekam cctv saat itu. Aku belum pernah melihat monster yang melindungi manusia. Apa kau masih percaya kalau dia itu seorang monster?" Sung Il-Hwan tampak sedang membantu warga keluar dari reuntuhan.
"Lalu, apa anda pernah mendengar ada manusia yang muncul dari Gate?" Tanya Dong-Su balik. Wakil Direktur tidak menjawab, hanya diam menatap sang pasien.
"... Aku yakin kalau dia adalah seorang monster." Nada bicara Dong-Su terdengar lebih serius.
Wakil Direktur itu memakai jasnya. "Aku mengerti, kunjungi lah Biro ketika kau sudah sembuh. Masih ada berkas yang harus kau kerjakan."
"Lalu apa yang terjadi dengan orang itu?"
"Dia menghilang setelah bertarung denganmu. Orang-orang Biro sudah mengejarnya, tapi aku tidak yakin kalau mereka bisa menangkap orang yang sudah mengalahkanmu."
"Sialan!" Umpat Dong-Su kesal. Ia bahkan masih ingat pria--eh, Dong-Su lebih nyaman menyebutnya monster itu mengancamnya. Ia bersumpah untuk membunuh mereka semua.
Beberapa jam kemudian..
Pelelangan Hunter. Sebuah pasar online atau offline bagi para Hunter. Mereka bisa membeli & menjual equipment atau material yang didapat dari Raids. Ada 10 ribu Hunter di negara ini, pelelangan merupakan pasar yang bisa diakses dengan mudah oleh para Hunter untuk berdagang perlengkapan mereka.
Equipment pada dasarnya bisa menentukan hidup dan matinya mereka. Semakin bagus equipment maka semakin terasa aman dan terlindungi. Itulah kenapa Hunter rank E atau rank D dengan pemasukan yang rendah, tidak bisa mempunyai equipment yang memadai. Tapi beda cerita kalau mereka masuk Attack Force yang stabil. Jin-Woo kembali mengingat-ingat peristiwa yang dia alami sebelumnya.
Karena equipment yang digunakan sudah diperkuat dengan sihir, bahkan pedang yang digunakan rank D bisa mencapai jutaan Won. Pemuda bermanik gelap itu kembali mengingat saat ia memakai pedang dari Pak Kim dulu. Karena rank C ke atas hampir semuanya memiliki pemasukan yang besar, jadi mereka tidak perlu khawatir dengan harga equipment. Dan sudah pasti, harga equipment yang digunakan Hunter rank tinggi bisa dijual dengan ratusan juta Won.
Jin-Woo menatap layar komputer sejenak, lalu memutar kursinya--menghadap ke arah ranjang. "(Name), aku tahu kau disana. Jangan bermain-main begini." Ucapnya datar.
(Name) membatalkan Skill Stealth nya, balas menatap sang pemilik kamar dengan senyum. "Hehe, habisnya kau fokus sekali liat layarnya." Jawabnya yang telungkup diatas ranjang.
Jin-Woo menghela nafas pelan. "Mana bisa aku fokus kalau matamu menatapku sejak tadi. Kenapa kau kesini? Bukannya tidur di kamarmu sendiri?"
"Jae-Ha mendengkur keras sekali, aku tidak bisa tidur nyenyak karenanya." Jawab si gadis sambil duduk bersila di atas ranjang Jin-Woo.
"Hmm.. Bukankah itu hanyalah alasan untuk datang kemari? Aku tahu kau bisa mengatasi dengkurannya dengan skill mu itu, sayang." Jin-Woo tersenyum tipis namun dengan tatapan menggoda, mampu membuat wajah (Name) memerah malu.
(Name) menoleh ke arah lain, kemana pun asalkan tidak tatapan dengan si pemuda. "Yah.. alasan lainnya karena aku merindukanmu?" Balas si gadis yang lebih terdengar seperti pertanyaan. Jin-Woo bungkam, sempat hening diantara mereka.
Pemuda tinggi itu bangkit dari kursinya, berjalan menuju ranjang tempat (Name) berada. "Kemari." Ujarnya pendek sambil mengangkat si gadis dengan mudah. Sang pemilik rambut (H/c) diam, masih memproses apa yang akan dilakukan sang pacar.
Jin-Woo membawa gadis bermanik (E/c) ikut duduk di kursi sebelumnya, sehingga (Name) duduk dipangkuan si pemuda menghadap arah yang sama. Salah satu tangan besarnya melingkar manis di pinggang sang kekasih, ia bahkan meletakkan dagunya di atas pucuk kepala (Name)--sekilas menghirup aroma shampoo yang ia gunakan.
"Jangan protes." Ucap Jin-Woo sebelum sang gadis mengatakan apapun. (Name) menutupi wajah dengan kedua tangan, berusaha menyembunyikan wajah memerah miliknya.
Walaupun tidak sepenuhnya berhasil karena Jin-Woo masih bisa melihat telinga merah sang pacar. 'Imutnya..' Pikirnya mengeratkan pelukan, diam-diam mengecup singkat pucuk kepala (Name).
A/N : Gak sekalian dicium bibirnya bang? (¬‿¬ )//digampar
Pemuda berambut gelap itu memutar kursinya, kembali fokus dengan layar komputer dihadapan. "... Kenapa harganya sangat mahal?" Gerutunya pelan.
"Hmm? Kau ingin membeli equipment baru?" Tanya (Name) yang ikut memandang layar komputer dihadapan, terlihat situs jual beli equipment.
"Begitulah. Tapi tidak banyak yang bisa ku beli dengan tabungan ku sekarang." Jawab Jin-Woo lalu mendengus pelan.
"Bagaimana dengan Shop?" Usul si gadis berambut (H/c).
Jin-Woo menggeleng. "Tidak ada equipment yang cocok juga.."
"Sepertinya tidak ada cara lain, aku harus menjual 'Orb Of Avarice' untuk membeli artefak yang aku butuhkan." Pemuda tinggi itu mengecek artefak yang dimaksud.
[Nama Item: Orb Of Avarice
Item Class: A
Type: Magic ItemSebuah Orb yang diciptakan dengan mengeraskan darah Demon tingkat tinggi, Vulcan. Item ini akan menaikkan efek sihir untuk menambah kekuatan.
Efek: 'Desire Of Destruction': Double Magic Damage.]"Yah.. Setidaknya kau bisa menjualnya."
Si pemuda mengangguk setuju. "Artefak paling bagus hanya bisa meningkatkan kekuatan penggunanya sebesar 20%-30%, tapi karena artefak ini bisa menggandakan kekuatan penggunanya, pasti dijual dengan harga sangat tinggi."
Kini sepasang kekasih itu diam, fokus dengan pikiran masing-masing. Jemari si pemuda sibuk mengecek situs Hunter. Jika Jin-Woo memikirkan bagaimana cara menjual artefak itu tanpa curiga, lain halnya dengan (Name).
'Kalau ingatanku benar, Jin-Woo akan mendaftar di Attack Force Hunters sebagai penambang. Lalu dia akan bertemu dengan Hae-In.. Apapun yang terjadi, aku harus ikut dan menghalangi pertemuan mereka! Semangat, (Name)!' Kira-kira begitulah isi pikiran si gadis.
"... Huh? Ada team yang sedang merekrut anggota baru?" Gumaman Jin-Woo berhasil menyadarkan (Name) dari lamunannya. Ia mendongak, menatap manik gelap sang kekasih.
"Sayang--eh maksudku, Jin-Woo. Aku boleh ikut juga?"
"Tapi (Name), aku ikut team--" Belum sempat perkataan Jin-Woo selesai, gadis bermanik (E/c) langsung memotongnya.
"Tidak masalah kamu mau masuk team yang mana, tapi biarkan aku ikut bersamamu ya." Jin-Woo yang melihat reaksi (Name) itu tertegun, lalu menghela nafas kecil.
"Baiklah, baiklah, kau boleh ikut."
Bersambung..
1064 kata
A/N : Bucinnya.. Ingat belum halal bang, jangan dicium sembarangan (¬_¬;). Ehem, seperti biasa ini gaje, banyak typo, bahasa non baku, bahasa kasar, dsb. Jangan lupa vote dan comments yah, nantikan kelanjutannya minggu depan~
YOU ARE READING
The Regressor (Solo Leveling × Reader)
FanfictionGelap, dingin, dan sunyi.. Itulah yang selalu (Name) rasakan dalam hidupnya. Sampai ketika ia selesai membaca novel hingga tertidur, dia mati. Dan notifikasi muncul di hadapannya. [The Healing's God bersimpati pada anda] [The Healing's God memberika...