Bully : 05

25.6K 2.2K 246
                                    

VOMENT YAK!!

🔫🔫🔫

"Sena???"

Sena menoleh ketika namanya dipanggil, dilihat dibelakang sana ada Hyunjin berlari menghampirinya dengan senyuman cerah.

Sena kebingungan. "Kenapa?"

"Lo ingat gue kan?"

Sena mendesis mengingat siapa orang ini. Sebenarnya Hyunjin sangat terkenal namun Sena sama sekali tidak kenal dekat dengan cowok ini.

Sena tertawa kecil, "Siapa sih yang nggak kenal sama kakak?"

Mendengar jawaban itu dari Sena, Hyunjin tersenyum senang. "Bagus deh, hahaha. Tapi lo beneran lupa? Lo yang tolong gue waktu motor gue mogok, kan?"

"Eh?" Sena memutar matanya mengingat. "Hmmm mungkin? Saya lupa kak."

"Waduhh, gapapa deh. Karena waktu itu belum sempat terimakasih, sebagai ucapan terimakasih gimana kalau gue traktir lo makan nanti?"

"Eh nggak usah kak, gapapa kok ucapan terimakasih juga cukup."

"Tapi guenya nggak cukup. Pulang ngampus gue tunggu di gerbang utama ya? Bye!"

"Kak--"

Belum sempat Sena melanjutkan perkataannya Hyunjin lebih dulu pergi dan alhasil mau tidak mau Sena harus pergi makan bersama Hyunjin nanti.

Sena menghela napas panjang lantas kembali berjalan menuju kelasnya. Untung saja hari ini Sena tidak bertemu Haechan, jadi Sena bisa dengan tenang melaksanakan kelas pada hari ini.

🔫🔫🔫

Haechan baru saja keluar dari tempat pemakaman umum dimana Mamanya berada. Pria itu berjalan masuk ke dalam mobil lantas mengendarai mobilnya membelah jalanan.

Ketika lampu hijau berganti menjadi merah, Haechan menghentikan mobilnya tepat disamping trotoar.

Haechan mengedarkan pandangannya keluar, melihat seorang anak membawa kresek berisi tisu untuk didagangkan ke orang-orang.

"Tisunya, Om." Ujar anak tersebut ketika berdiri tepat disamping pintu mobil Haechan.

Haechan pun menurunkan kaca mobilnya lantas tersenyum tipis. "Berapa harganya, dek?"

"Lima belas ribu, Om."

Haechan agak terkejut mendengar jawaban dari anak tersebut. Setau Haechan, tisu ini biasa dijual dengan harga dua ribu tapi yang dijual anak ini harganya meningkat tinggi.

Haechan menghela napas panjang lantas membuka seatbelt dan turun dari dalam mobil. Pria itu berjongkok dihadapan anak kecil pedagang tisu tersebut.

"Kamu udah makan belum?" Tanya Haechan menatap tulus anak dihadapannya ini.

Anak itu menggeleng. "Belum, Om."

"Mau ikut saya makan? Kebetulan saya juga belum makan."

"Tapi aku harus dagang, Om."

"Nggak usah, biar saya yang beli semua dagangan kamu. Ayo kita makan."

Anak kecil tersebut mengangguk gembira dan Haechan langsung berdiri menuntut anak itu masuk ke dalam warteg terdekat.

Kini mereka tengah memakan pesanan masing-masing. Haechan tak ada hentinya menatap anak yang makan dengan lahap disampingnya ini. Dia menggunakan pakaian lusuh, kebesaran dan penuh robekan, celananya pun sudah tidak layak pakai membuat jiwa simpati Haechan meningkat.

Bully ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang