Yok bisa yok ramein :(
🔫🔫🔫
Setelah menulis surat kecil untuk Sungchan Sena segera keluar dari dalam apartemen tersebut. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi dan cuaca sangat dingin. Sena yang hanya berbalut satu Hoodie di tubuhnya tidak dapat menghilangkan rasa dingin yang menusuk pada pagi ini terlebih kini baru saja selesai turun hujan.
Wanita itu memeluk dirinya sembari keluar dari dalam gedung. Sejujurnya Sena tidak tau kemana tujuan dia kali ini, dia hanya ingin menjauh dari sini sebab dia tidak mau merepotkan orang-orang yang berada di dekatnya.
Sena menghentikan langkahnya di trotoar jalanan. Tangannya terulur menghentikan taksi yang berlalu lalang sampai akhirnya satu taksi berhasil dia hentikan.
Sena segera masuk ke dalam taksi sambil masih memeluk tubuhnya yang kedinginan.
"Kemana mbak?" Tanya sang sopir di depan sana.
"Ke--" belum sempat Sena menjawab tiba-tiba lengannya merasakan sebuah tusukan dari jarum suntik beberapa detik kemudian kepala Sena ambruk ke pintu mobil.
Sena sempat melihat seorang wanita sedang membuka kunciran pada rambutnya, walaupun buram tapi Sena tau sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap dan kesadaran Sena menghilang.
Di sebuah gedung tua tak berpenghuni, kumuh dan di halaman gedung tersebut ditumbuhi rumput ilalang yang tinggi. Gedung tersebut terletak di pinggiran kota konon itu gedung bekas hotel yang tidak terpakai.
Di dalam sana terdapat Sena tengah terpejam di atas kasur kotor dengan kedua tangan yang terikat dan mulut yang ditutupi dengan lakban hitam. Di sisi lain terdapat seorang perempuan dengan rambut terurai terduduk menghadap pada cermin retak sedangkan diluar ruangan tersebut terdapat dua orang berbadan besar menjaga pintu.
Sena mengerjapkan matanya, dia merasakan pening dan berat pada kepalanya namun dia tidak dapat menggerakkan tangannya dan mulutnya benar-benar tertutup. Perlahan mata Sena terbuka, dia mendapati pemandangan yang tidak dia kenal.
"Hmmppttt!" Sena berusaha teriak dibalik lakban yang menutupi mulutnya.
Perempuan yang terduduk di depan cermin itu menyeringai, dia melepas kacamata tebal di wajahnya kemudian berbalik.
Mata Sena melotot terkejut ketika melihat wajah perempuan itu. Sena ingat, dia perempuan yang pernah meminjam ponsel Haechan sewaktu di restoran namun aneh, kini penampilannya berbeda jauh kaca mata tebal dan kuncir kudanya menghilang digantikan dengan rambut bergelombang yang terurai.
"Hmmmppptttt!!" Sena berusaha berteriak dan memberontak melepaskan ikatan pada tangannya namun hal itu malah membuat pergelangan tangannya terasa perih.
Sena tidak mengerti kenapa perempuan ini membawanya ke tempat ini padahal Sena tidak pernah punya urusan dengan dia.
"Nggak usah berisik," ucap perempuan tersebut dengan tangan terlipat di depan dada berdiri disamping kasur.
"Hmmmppptttt!!"
Perempuan tersebut memutar matanya jengkel. "Jangan berisik kalau lo masih mau hidup!!"
"Lephmmmppptt!"
Sena reflek berteriak dengan tertahan begitu rambutnya secara tiba-tiba ditarik oleh perempuan tersebut. Sakit dan ngilu ditambah kepalanya yang terasa sangat berat serta perutnya yang mual.
"Telinga lo masih normal, kan? Gue bilang diem ya diem!!!" Perempuan itu mendengus lalu menghempaskan kepala Sena begitu saja selanjutnya dia terduduk di ujung kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bully ✔️
Fanfiction[AKAN DIBUKUKAN] [Lee Haechan Fanfiction] "Buka baju lo." "M-mau ngapain, kak?" "Buka atau gue pecat Ibu lo?" Menceritakan tentang Im Sena, gadis yang sangat dibenci oleh Lee Haechan karena Mamanya sudah mendonorkan hati kepada Sena dan Haechan men...