Bully : 21

12.4K 1.6K 353
                                    

Ramein hey :(

🔫🔫🔫

Ceklek.

"Sena, ayo makan! Ibu udah buat tempe orek kesukaan kamu."

Sena tidak langsung menjawab, dia menatap Ibunya dengan sangat tidak percaya sementara sang Ibu merasa kebingungan dengan tingkah Sena. Mau tak mau ibu pun berjalan menghampiri Sena.

"Kamu kenapa Sena? Ada masalah?" Tanya Ibu sangat lembut seolah tidak ada yang menandakan bahwa Ibu adalah seorang penjahat.

Sena tau betul siapa Ibu. Beliau adalah sosok bidadari tanpa sayap yang selama ini selalu Sena agungkan. Ibu yang sudah merawat Sena dan berkorban banting tulang sendirian saat Sena diderita terkena penyakit gagal hati. Ibu betulan sosok malaikat baik yang tak ada celah keburukan sama sekali.

Tapi..

"Sena?"

Lamunan Sena buyar ketika mendengar suara Ibu yang agak kencang. Sena menatap lengannya yang kini dipegang oleh Ibu, reflek cewek itu menjauh.

"Sen?" Ibu kebingungan, dia tidak mengerti kenapa Sena bersikap seperti ini. "Ada apa sayang? Ibu salah?"

Sena membuang muka. Kini dirinya sudah tidak dapat menahan air mata yang sedari tadi akan mengalir. Hatinya sakit dan dadanya sesak.

Ibu khawatir, beliau pun mendekat lagi kepada Sena hendak memegang lengan anak semata wayangnya itu namun dengan cepat Sena menghindar kemudian mengulurkan kemeja di hadapannya.

"Ini apa?" Tanya Sena, matanya sudah penuh dengan air dan tubuhnya gemetar.

Ibu sempat terdiam melihat kemeja tersebut dan matanya mengerjap berkali-kali sebelum akhirnya dia bersikap santai. "Itu kemeja Ibu, ada apa?"

"JELASIN SAMA SENA INI APA?!" Sena berteriak kencang dengan mata terpejam. "Ibu sembunyiin sesuatu sama Sena kan selama ini?"

Ibu tidak menjawab.

"JAWAB IBU! JAWAB SENA!!"

Sena frustrasi, dia berharap kalau ini hanya mimpi dan dia ingin segera terbangun dari mimpi ini. Jangan sampai pikiran buruknya sekarang benar-benar nyata adanya.

"Sena Ibu bisa jelasin-"

"Jelasin?" Sena membuang muka lantas mengusap wajahnya frustrasi. "Jadi benar, selama ini Ibu yang udah bunuh Tante Kinar?!"

Ibu menggeleng, mata beliau sudah berkaca-kaca sementara Sena masih terus berharap ini hanyalah mimpi buruk. Untuk membuktikan bahwa ini mimpi Sena membuka laci lantas merogoh sesuatu disana, dia mengeluarkan gunting lantas dengan segera menggores pergelangan tangannya.

"SENA?!!!" Ibu panik dan khawatir, beliau mau mendekat kepada Sena namun lagi-lagi Sena menghindar.

Sakit.

Rasanya betulan sakit.

Bukan luka yang berada di lengan Sena, tapi hati Sena yang sangat sakit.

Kekecewaan terbesar yang pertama dia rasakan datang dari Ibunya sendiri.

Sena menyeringai kepalanya mengangguk-angguk. "Okay, Ibu cukup pintar. Ibu kasih kancing ini ke Sena sebagai barang bukti karena Ibu nggak mau kalau Sena curiga ke Ibu. Tapi ibu sadar gak sih? Ibu juga ceroboh. Ibu taruh baju ini sembarangan!" Sena mengangkat kemeja yang berada di genggamannya. "Sampai ibu nggak sadar kalau hal ini bakal jadi bumerang tersendiri buat Ibu!"

"Sena..." Ibu menangis sejadi-jadinya. "Ibu lakuin ini demi kamu, Ibu pengen kamu sehat, ibu pengen kamu hidup normal seperti anak-anak seusia kamu. Ibu beneran nyesel kenapa saat itu Ibu nggak bisa donorin organ ibu untuk kamu dan ibu nggak bisa pikir jernih karena yang Ibu pengen cuman kamu sembuh. Tolong.... Maafkan ibu..."

Bully ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang