Bully : After Ending

8.5K 793 183
                                    

KAGET GAK? WKWKWK

MAKANYA, AYO VOMENT!!!!

🔫🔫🔫

Raganya sudah hilang, namun cintanya masih terasa nyata. Tak bisa kupungkiri, mau sesibuk apapun diriku saat ini hal itu tak bisa menyangkal bahwa aku sangat merindukanmu.

🔫🔫🔫

Tidak terasa, tiga bulan sudah berlalu semenjak kepergian Sena. Sehari-hari Haechan lewati menyibukkan diri dengan pekerjaannya sebagai pimpinan dari JY Group, perusahaan warisan dari sang papa.

Setiap detik, menit, jam, hari, Minggu dan bulan yang Haechan lalui selalu terpikir kenangannya bersama Sena. Senyuman Sena, tawanya dan juga tangis wanita itu selalu terbayang dalam pikiran Haechan.

Tidak mudah memang, namun Haechan harus bisa hidup terbiasa tanpa adanya Sena.

Selama tiga bulan berlalu ini Haechan masih belum bisa membuka hatinya. Entah sampai kapan, Haechan tidak tau pasti intinya dia tidak akan bisa menerima orang baru setelah kepergian Sena.

Mungkin, seluruh dunia tau bahwa tidak akan ada wanita yang bisa menggantikan Sena dihatinya. Kehadiran Sena terlalu sempurna dalam hidupnya. Namun, mereka berdua terpaksa dipisahkan oleh takdir yang teramat menyakitkan.

Dengan tubuh yang lemas, wajah yang lesu dan jalan yang agak gontai, Haechan membuka pintu apartemen langsung disuguhkan oleh Sun yang berdiri tepat di hadapan pintu menunggu kedatangan Haechan.

Wajah lesu Haechan berubah seketika, dia tersenyum tipis lantas berjongkok mengambil Sun ke dalam pelukannya. Dia pun berjalan menuju sofa ruang televisi dan terduduk disana sembari memainkan Sun.

Selama tiga bulan ini pula hari-hari Haechan selalu ditemani oleh Sun. Walau kadang Sun menyebalkan, sering membuat gara-gara saat Haechan mengerjakan tugas kantor, tetap saja, Haechan tak bisa marah pada Sun sebab dia merasa bahwa ada bagian dari diri Sena pada Sun.

Sun memang sangat mirip dengan Sena. Senyumnya cerah, secerah matahari.

Beberapa menit mengelus-elus kepala Sun, akhirnya kucing tersebut pun tidur. Haechan memindahkan Sun ke dalam kandangnya kemudian dia memilih untuk segera mandi membersihkan tubuhnya yang terasa sangat gatal.

Usai mandi Haechan berjalan menuju dapur menggunakan kaos putih oversize dan juga celana trening berwarna hitam, pakaian paling nyaman untuk Haechan. Dia membuat kopi untuk menemani mengerjakan tugas kantornya malam ini. Sembari menyeduh kopi, Haechan bersenandung kecil.

Bibir Haechan tersenyum tipis tatkala bayang-bayang Sena terlintas dalam pikirannya. Walaupun sudah tiga bulan berlalu, senyuman Sena tetap tercetak jelas dalam bayangan Haechan bahkan suaranya pun Haechan masih hafal.

Haechan mengaduk kopi di dalam cangkir menggunakan sendok kecil lalu setelah itu dia menaruh sendok di wastafel lantas berjalan menuju ruang kerjanya.

Sampai sekarang walau sudah membeli rumah baru, Haechan masih setia tinggal di apartemen ini. Banyak sekali kenangannya bersama Sena di tempat ini sehingga Haechan tidak sanggup untuk pergi meninggalkan ini semua.

Haechan masih belum rela berpisah dengan kenangan indahnya.

Sampai di ruang kerja, dia terduduk di kursinya. Haechan menaruh kopi tersebut di atas meja kemudian ia mulai sibuk dengan komputernya.

Haechan tampak sangat fokus. Walaupun posisinya sebagai pimpinan, Haechan tetap tidak mau lalai dalam tugasnya. Bagaimana pun juga, tanggung jawab pemimpinlah yang paling berat diantara anggotanya.

Bully ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang