37. Galau, kok bisa?!

6 5 11
                                    

⊱•┈┈ Jika ini hanya sebuah kebetulan, beri aku alasan mengapa kamu berpikir demikian! ┈┈•⊰

Rindu, satu kata yang terus saja mengusik indra pendengarannya. Apa saat ini Senja sedang rindu oleh sosok Rindu? Hal ini yang masih saja ia pikirkan. Pertemuannya saat itu, pertemuan yang mungkin membuat hati Rindu merasa sesak.

Oh, Tuhan, rasa apa ini? batinnya.

Gundah.

Kali pertama Senja merasakan sesuatu entah apa itu, ia masih saja bingung. Dan, mungkin dia merasa orang paling bingung di dunia.

Aroma yang cukup familiar, ditangkap indra penciuman Senja. Ia menoleh dan mendapati Mang Didi selaku orang yang paling berjasa dalam pembangunan ini.

"Sok diminum, Den," kata Mang Didi dengan menyodorkan kopi hitam yang sedari tadi mengusik indra penciuman Senja.

Senja menerimanya lalu menggeser posisi yang mempersilahkan Mang Didi duduk bersama. "Terima kasih, Mang."

Sedikit perbedaan, Mang Didi melihat aura gundah di ceruk mata Senja. "Sama-sama, Den. Aden, teh, kenapa kelihatan bingung begitu? Sekitar 10% lagi kan cafe ini sudah jadi. Apa Aden tidak senang? Sok atuh cerita, barangkali saya bisa bantu, Den," tutur Mang Didi yang berbicara dengan campuran sunda.

Hati Senja sedikit menghangat ketika mendengar penuturan itu. Apa ia boleh meminta pendapat Mang Didi untuk hal ini? Ah, rasanya malu sekali.

"Em.. Mang Didi pasti pernah muda, kan? Apa rasa khawatir dan perhatian itu masuk kategori suka?" tanya Senja sangat berhati-hati. Alhasil, kalimat itu keluar dari bibirnya. Tapi, tentunya Senja sangat menahan rasa malunya.

"Jadi, Aden teh lagi galau begitu? Hehe," ucap Mang Didi dan diakhiri senyuman.

"Galau? Maksud Mamang?" Senja masih saja tak mengerti. Sungguh, ia masuk kategori orang nggak peka.

Mang Didi terkekeh mendengar pertanyaan itu, walaupun berusaha ditahan-Nya. "Jadi maksudnya, Aden lagi mikirin lawan jenis dan bingung, kan?"

"Kok, Mamang tau," beo Senja. Entahlah, untuk hal seperti ini saja Senja tak paham. Sabar.

"Tau atuh, Den. Kan saya juga pernah muda. Kalo Aden sedang galau begini, coba saja datangi orang yang di maksud. Suka dengan lawan jenis itu manusiawi dan boleh kok, Den," Senja menghangat, Mang Didi cukup membuatnya tenang. Mungkin benar, Senja butuh bicara. Pastinya, bersama Rindu yang sedari tadi menjadi topik keduanya.

Dengan senang hati, Senja tersenyum dan berucap, "kalo gitu, Senja pamit pulang, Mang. Assalamu'alaikum."

"Hati-hati, Den. Wa'alaikumsalam," jawab Mang Didi diakhiri senyuman.

Anak muda, ada-ada saja, batin Mang Didi.

Sekilas, Senja berkutat dengan ponsel miliknya. Menghubungi Rindu? Ya, satu pilihan yang Senja tujukan saat ini.

"Halo, Rin. Lo dimana sekarang? Bisa ketemu nggak?"

Suara itu, ah sangat Rindu tunggu dan nantikan. Dengan cepat, tangannya seolah bergerak layaknya angin yang berhembus begitu cepat.

Mungkin di sana, Rindu diam dan tak bergerak. Hening, masih tak ada jawaban. Bibirnya masih saja bungkam.

"Rin..," ulang Senja yang tak kunjung mendengar jawaban.

"Aa—ah iy—yaa. Ke.. napa, Sen?"

"Kita bisa ketemu di luar nggak?"

"Bi—bisa, kebetulan gu—ue lagi di luar rumah."

"Oke, sharelock ya."

"Beres."

Tuutt (panggilan berakhir)

Senja menepuk jidatnya pelan, lupa. Dengan siapa Rindu di tempat itu?

"Aduh, kenapa gw lupa tanya dia lagi sama siapa. Yaa, udah terlanjur juga," monolog Senja, pasrah.

Tak lagi memikirkan hal itu, Senja beranjak pergi menuju tempat tujuannya. Motor ninja rr 150cc berhenti tepat di depan sebuah cafe. Hm.. bersama siapa Rindu di tempat ini?

Tanpa berlama-lama, Senja melangkah mantap memasuki cafe dengan sambutan ramah sang barista. Warna merah berpadu dengan hitam melekat pada baju yang dikenakan barista tersebut. Cukup simpel, dominan, dan sederhana.

Tersenyum ramah, hanya itu yang Senja lakukan. Seperkian menit, sorot matanya menangkap sosok wanita di pojok sana. Itu dia.

***

"Ekhem," deham Senja dengan tujuan memanggil Rindu dengan kode seperti itu.

"Senja! Duduk-duduk," Ramah, Rindu mempersilahkan Senja untuk duduk tepat di hadapannya.

Meja ini hanya terdapat empat buah kursi. Senja menangkap dan melihat dua buah minuman yang tersedia. Bertambah rasa penasaran Senja yang mulai memuncak.

"Sama siapa, Rin?" Pertanyaan yang sedari tadi memenuhi akal sehatnya.

Rindu melirik seolah mengajak Senja untuk melihat apa yang diarahkannya. "Tuh, bareng Anjas."

"Oohh, sorry ganggu kalian," Senja kembali dengan raut wajah datarnya.

Anjas kembali dan menangkap keberadaan Senja di sana. "Ada Senja? Sejak kapan, Rin?"

"Baru aja," tutur Senja begitu cepat tatkala Rindu ingin membuka suara.

Apa maksudnya? ... Entah.

Mungkin belum saat yang tepat. Bukan tempat dan susana yang pas. Bagaimana tidak? Apa wajar dan sopan? Senja hanya butuh waktu berdua tanpa ada pihak ketiga. Percakapan yang akan mereka bicarakan cukup privasi. Dan, pupus sudah harapan Senja yang menginginkan bicara empat mata.

Bukan waktunya, Senja membatin.

"Langsung aja, Sen. Mau ngomong apa?" tanya Rindu yang kelihatan bingung. Raut wajah Senja, mengapa sangat sulit diartikan.

Senja memutar bola matanya, relax. "Nggak jadi, Rin. Gw kira lo sendiri di tempat ini. Karena gw mau bicara empat mata aja," Jujur Senja, memang seperti itu. Tangannya dengan lihai menarik ponsel pada saku baju berwarna silver.

Hendak membuka suara, ucapan Rindu tertutup dengan suara lantang yang Anjas lontarkan.

"SENJA! Darimana lo dapet foto itu?!"

Suasana cukup kalut. Baik Senja, Rindu, dan Anjas melirik pada foto itu. Ya, foto yang Senja temukan di kantin sekolah saat itu. Dan, semua kelihatan tegang.

Sejak kapan Senja menyimpan foto itu? Batin Anjas.

Pasalnya, foto itu memang hilang beberapa hari belakangan. Jadi, Senja yang membawa foto miliknya. Tapi, untuk apa? Kenapa tidak ia buang saja?

Kok foto itu bisa sama Senja? Batin Rindu.

Aduh, foto itu mungkin dapat mengundang kesedihan bagi Anjas.

Udah gw duga, Anjas dan Rindu tau sesuatu mengenai foto itu, Batin Senja.

Suasana cukup mencekam. Aura dingin mulai menelusup masuk. Lagi dan lagi, sebenarnya ada apa dengan foto itu? Kenapa semua tampak bertanya-tanya. Hanya sebuah foto saja bukan?

Foto yang mungkin berharga bagi Anjas.
.
.
.
.
.
.
.
Author update kembali🤗🥰
Yang udah baca, absen yuk 👉
Semoga kalian suka bagian ini ya🤩 jangan lupa votmentnya 😀👌

Sebenernya.. itu foto siapa ya?
Yuk, temukan jawaban di bagian selanjutnya🥳😉
Fyi, hari ini update double!!
Enjoyyy ☺🤙

Selamat membaca readers🤗
Salam manis °Dzulfania ❤

Bertemu Kala Senja ✔️ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang