Anjas cukup geram, ada apa sebenarnya?
Langkahnya mantap, mengarah cepat, tepat di depan Senja.Senja menarik nafas dalam dan berucap, "siapa orang di balik foto ini?"
"Itu foto orang tua gw. Kenapa bisa sama lo!" geram Anjas. Wajahnya terasa panas dan tangan kanan yang mengepal keras.
Deg.
Senja rasa, udara panas memenuhi ubun-ubun-Nya. "Ohh.. ini foto orang tua lo, IYA?! PEMBUNUH!! ORANG TUA LO PEMBUNUH!!" ucap Senja dengan menghempaskan foto itu begitu saja. Termakan emosi, gundukan rasa dan suara meninggi. Senja bukan lagi sosok yang baik, emosi berpihak padanya.
Sedikit terangkat, tangannya sejajar tepat di pipi samping Anjas. Apa yang akan dilakukannya bukan hal yang benar.
Tak membiarkan hal itu terjadi. Langkah cepat, Rindu berusaha menahannya. "Cukup, Sen. Lo apa-apaan sih? Dateng-dateng cuma mau ngajak ribut?!"
Senja mendengus kesal. Di depannya ini ada sosok yang membuat hatinya bimbang. Sosok penenang dan alasannya untuk mengikhlaskan. Apa pantas?
"Atas dasar apa lo bilang Alm. Orang tua gw sebagai pembunuh?!" Tak ada bedanya, mereka berdua telah termakan emosi masing-masing.
Ketukan hati dalam Senja, membuat hatinya kembali panas. "Setimpal dengan apa yang adek gw alamin dulu!!"
Rindu tak percaya, bagaimana sosok Senja dapat berpikir dan berbuat demikian. Saat ini, dia, bukan lagi sosok Senja yang lagi Rindu kenal.
"CUKUP, SEN. Kalo mau bicara itu dijaga!!" Rindu berusaha menahan air matanya. Ini bukan Senja yang Rindu kenal. Apa alasan Senja berkata demikian. Rindu tak tinggal diam di saat sahabatnya disakiti oleh perkataan, seperti ini.
"Apa lo tau semua ini, Rin?!" Senja menatap mata Rindu dalam-dalam. "Nggak ada bedanya sama dia dan orang tuanya," tunjuk Senja mengarah pada Anjas.
Tangan Anjas dengan cepat mengepal. "Lo jangan bawa-bawa Rindu, ya. Dia nggak tau apa-apa!"
"Oke, gw bisa simpulin sendiri kok," Senja tersenyum miris.
"Sen, gw peringatin ya. Gw sama Anjas nggak ngerti apa alasan lo bicara kayak gitu. Kalo bicara bisa baik-baik, kalo lo kayak gini masalah nggak bakal selesai. Lo bukan lagi Senja yang gw kenal," Perkataan Rindu ada benarnya. Senja merutuki dirinya sendiri, tapi.. rasa sakit hati mengalahkan segalanya. "Kita pergi dari sini, Jas," Rindu menarik tangan Anjas dan membawanya keluar dari tempat itu. Ia merasa matanya dipenuhi dengan air yang selalu saja ditahan untuk menetap.
Senja melihat sendiri kepergian Rindu dan Anjas. Masa lalu membuat segalanya berubah. Sesuatu yang ada di masa lalu seharusnya dijadikan sebagai pelajaran, bukan bertindak kasar. Hanya termakan emosi, semua tak lagi berpikir jernih.
Tak luput dari banyaknya tatapan setiap orang dalam cafe tersebut. Yang berpikir positif atau negatif, Rindu tak memikirkan hal itu. Terpenting sekarang, mereka tak lagi bersama dalam ruangan yang sama. Rasa emosi pasti akan mengalahkan segalanya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu Kala Senja ✔️ [Sudah Terbit]
Novela JuvenilMenaruh sejuta harapan dan impian setiap kata, membawamu seakan ingin menggapai segalanya. Azharia Rindu Prastya dan Alfaizh Senja Pratama, berada pada satu kekaguman yang sama, senja. Pertemuan awal di sebuah wisata Pantai Ancol kala sang senja dat...