Teka-teki, kebingungan, serta ketidaktahuan. Kini!! Beberapa fakta mulai terungkap. Tentang mengikhlaskan, menghadirkan wajah-wajah lama, serta harapan di kemudian hari.
Bersiaplah!! Mungkin, beberapa hal diciptakan dan dihadirkan sebagai pemahaman, pendewasaan, bahkan pembelajaran.Berpikir positif!!
Tak banyak yang tahu, sesuatu yang tampak mematikan. Tak tampak namun rasa sakit yang ditimbulkan begitu besar. Di luar terlihat baik-baik saja. Tapi, lain halnya yang dirasakan dalam diri seseorang. Sedang dialami oleh gadis bernama Rindu. Percaya, tidak percaya. Ini NYATA!
YAA!! Rindu, di vonis mengidap Kanker Jantung 2 tahun silam. Dan hari ini, keluarga Roy melakukan kontrol rutin. Kontrol terakhir, Dokter mengatakan kondisi Rindu tampak membaik.Kesetibanya keluarga Roy, disambut hangat oleh pihak RS. Sudah menjadi benteng pertahanan. Rindu dan keluarga berharap, hasil pemeriksaan hari ini baik pula.
Dr. Indra menghela nafas lega. "Baik, Pak. Alhamdulillah, kondisi putri Anda semakin membaik. Dilihat dari perkembangan kontrol tiap 2 minggu sekali. Perubahan yang sangat baik, Pak."
Penuturan Dr. Indra membuat senang sekaligus lega. Tatapan senyum melambang di sudut bibir Rindu, Puri, Roy, bahkan Dr. Indra sendiri.
"Alhamdulilah kalau begitu, Dok. Lalu apakah ada kemungkinan drop terjadi pada putri saya?" tanya Roy.
"Itu sangat mungkin terjadi, saya sarankan agar An. Rindu tidak terlalu kecapean atau bahkan telat makan, telat minum obat, dan kekurangan air mineral," Penuturan Dr. Indra cukup jelas.
"Baiklah, Dok," ucap Roy, "ini, didengerin ya, Rin. Harus di catat demi kebaikan kamu," Tutur kata Roy, menatap gadis yang terbaring di ranjang RS.
"Iya, Pah. Rindu Janji deh," jawab Rindu dengan antusias, tak terlihat keberatan.
Waktu telah berlalu, mobil kemudi Roy telah memasuki area pekarangan rumah. Raut wajah berseri, tampak dari ketiganya.
Rindu bangkit dari posisi duduknya. "Pah, Mah. Rindu langsung ke kamar ya."
"Iya, sayang. Kamu harus inget kata-kata dokter tadi ya. Langsung istirahat aja, tadi kan kamu habis keluar dan belum istirahat juga," Puri bangkit, menyamai langkah putrinya. Tangannya mulai membelai rambut hitam milik Rindu.
"Oke, siap, Mah," jawab Rindu tersenyum dan tatapannya yang terlihat bahagia ini.
"Oh ya, Rin. Kamu kan beberapa hari ke depan ada kegiatan sekolah. Papah saranin, kamu jangan sampe terlalu kelelahan dan telat minum obatnya ya," Penuturan Roy, membuat Rindu tampak cemas. Ia tak janji dengan ini, tapi ya. Dia harus berusaha dan mencobanya.
"Iya, Pah. Rindu nggak janji, tapi bakal Rindu usahain kok," jawab Rindu cukup singkat, "yaudah, Pah, Mah, Rindu ke kamar ya. Byee," Rindu mulai melangkahkan kaki, menuju kamar pribadinya.
Kembali teringat akan penuturan Dr. Indra dan juga pesan orang tua terhadapnya. Rindu gelisah, Ia tak tahu, dan Ia tak janji, tapi satu hal yang pasti. Ia akan berusaha, melawan penyakit yang ada dalam tubuhnya. Sebuah harapan besar, bagi Rindu ataupun keluarga. Akan keseriusan penyakit yang ada dalam diri Rindu.
Rindu menatap sebuah laci kecil, dimana didalamnya terdapat kotak yang berisi liontin pemberian sahabatnya. ANJAS!! dimana dia sekarang? Bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja?
Rindu membutuhkan sosoknya, saat ini.Lo dimana sih, Jas. Gw butuh lo sekarang, gw mau cerita tentang penyakit serius yang ada di dalam tubuh gw. Gw nggak tau, apa gw bakal sembuh? Apa gw bakal kuat ngadepin penyakit ini? Dan apa gw bakal mati?
JAS... dimana lo sekarang? Gw butuh loo.
Penuturan Rindu saat ini. Ia berteriak, menatap liontin pemberian sahabat kecilnya. Berharap, Anjas dapat mendengarnya. Kembali, disini, dan menegarkan jiwa Rindu yang mulai rapuh ini.Menitikkan air mata, Rindu tak kuat. Bagaimana yang akan terjadi pada dirinya? Pada tubuhnya yang lemah? Pada sebuah harapan? Dan kisah masa remajanya. Akankah masa remajanya akan habis, disibukkan dengan pengobatan, perawatan, dan bagaimana Ia menghabiskan sisa-sisa waktunya?
Tidakkk!!
Rindu kembali menatap liontin tersebut, Ia yakin bahwa ini semua akan terlewati. Tetap tegar, berusaha, dan tidak mengeluh. Ia gadis yang pemberani, juga sosok yang tegar."Gw harus bangkit, gw pasti bisa," janji Rindu pada diri sendiri. Mengusap air mata yang tersisa di sekitar pipinya.
Menatap kaca yang cukup besar, niat Rindu untuk menghampirinya. Tampak wajah yang kini masih terlihat segar, sehat, tanpa suatu masalah. Lain halnya akan yang Ia rasakan saat ini.
"Gw harap, wajah ini bakal seperti ini. Tampak baik-baik saja," ucap Rindu lirih, dengan mengusap wajahnya, "meskipun nantinya .... Arrgghh, tidak akan!"
Bersebelahan, sebuah meja dan kursi. Tempat Rindu mengadu akan curahan hatinya dan buku-buku yang Ia miliki hinggap disana. Melangkahkan kaki, mengunjungi dan menyapa buku-buku itu. Tangannya mulai meneliti, buku demi buku Ia pandangi. Tatapan tertuju pada salah satu buku kesangannya, membuka, dan menuliskan keluh-kesahnya itu.
--------------------------------
Ini kisahku ...
Semua tampak spontan. Aku tak tau, ini akan terjadi pada diriku. Aku tak tahu, bagaimana bisa ini terjadi padaku. Aku pun tak tau, sampai kapan ini akan berada dalam tubuhku. Yang ku tau, sejak 2 tahun silam saat semuanya datang secara tiba-tiba. Kanker Jantung yang mulai tumbuh, menghadirkan rasa menyeramkan, menyergap tiap kondisiku yang lemah ini. Semakin lemah!!
Tak tau, sulit bagiku untuk menjelaskannya dengan kata-kata. Belum sampai, aku masih bingung untuk mengontrol rasa itu yang kala datang dan disaat yang tidak tepat.
Di luar, aku memang terlihat baik-baik saja. Tak butuh rasa kasihan ataupun rasa iba. Aku tak butuh semua itu, semua kecaman yang datang. Saat semua mengetahui, mengenali siapa diriku yang lemah ini, bahkan mengasihaniku. Bukan itu yang aku harapkan.
Salah satu alasanku, menutupi segala tentang penyakitku ini. Biar saja! aku yang terpukul, aku yang merasakan, dan aku yang mengalami.
Tapi-aku tidak selemah itu. Akan ku coba, ku pahami, ku nikmati, ku resapi, ku akhiri ; sendiri disini. Buat elo, Anda, kamu, iya kamu. Yang bernasib sama denganku. Sabar ya, hadapi ini dengan ikhlas dan semangat. Kita lalui bersama-sama, walaupun aku tak tahu kamu, kamu tak tahu aku. Kita tak saling mengenali. Tapi, bukan suatu alasan untuk tak saling mendukung dan mendo'akan, kan?
Stay safe you :)
ARP
--------------------------------Rindu mengembalikan mimik wajahnya, terlihat senyum menyapa sore ini. Masih pada posisi sebelumnya, tangan yang masih berikatan dengan bolpen, di atas buku diary miliknya. Terpaku! Tatapannya kosong kedepan. Entah apa yang Ia pikirkan saat ini. Sejak tadi, Ia tak membuka ponselnya sama sekali. Mungkin, banyak sekali notifikasi masuk ; sms, panggilan, Whatsapp, atau jejaring sosial lain yang Ia miliki. Tak berniat sedikitpun untuk membukanya. Mungkin nanti, tidak saat ini.
Terlepas dari lamunan itu, matanya mengarah pada jam yang hinggap di tembok kamar miliknya. Waktu menunjukkan pukul 16.34, dengan mengumpulkan segala niat yang ada, Ia bangkit. Mengambil handuk berwarna putih, bergegas menuju kamar mandi untuk melakukan aktivitas mandi sore, kini.
Udara sore ini, kembali angin menerobos memasuki celah rumah-rumah. Silih berganti, angin menyapa atau sekedar hembusan semata. Langit sore yang tampak sejuk dan indah.
***
Tak terasa. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, telah terlewati. Gadis bernama Rindu itu, kan ingin terlalu berlarut dalam kesedihan akan penyakitnya. Memang ini yang terjadi, selain berusaha dan berdo'a. Tak ada alasan, memang ini yang harus Ia hadapi.
.
.
.
.
.
.
.
Nah, bener kan author upload doble hari ini. Jadi buat minggu ini nggak ada hutang update ya🤭😄 ya walaupun telat, heheh😭😁
Semoga kalian suka ya🥰
Kalo ada yang tanya, Kak, kok alurnya jadi gini?? Heheh emang gitu wkwwk😂🤣 gimana?? Sebelumnya udah ketebak alurnya bakal kayak gini nggak??
Kalo enggak, berarti authornya pinter, xixixi😉🤣
Becanda yaa🤭😁 Piss✌✌
Dan mulai bagian selanjutnya, mungkin konflik bakalan mulai bertaburan dan pastinya jangan kaget ya huhuuuu😄😂 lope lopee🥰♡♡Selamat membaca readers🤗
Salam manis °Dzulfania ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu Kala Senja ✔️ [Sudah Terbit]
JugendliteraturMenaruh sejuta harapan dan impian setiap kata, membawamu seakan ingin menggapai segalanya. Azharia Rindu Prastya dan Alfaizh Senja Pratama, berada pada satu kekaguman yang sama, senja. Pertemuan awal di sebuah wisata Pantai Ancol kala sang senja dat...