25. Ndun, siapa?

20 15 9
                                    

Brughh..
Rindu terjatuh, matanya masih terbuka walaupun sedikit. Pandangannya remang-remang. Riko yang mendengar dan melihat peristiwa itu langsung menolongnya.

Sekuat tenaga, Rindu mulai mengatur nafasnya. Seperti yang dikatakan Dr. Indra, Ia harus bisa mengontrol dirinya. Riko membantu Rindu secukupnya, walaupun pikirannya bertanya-tanya.
Sebenarnya ada apa dengan Rindu?

Kali ini, keadaan berpihak pada Rindu. Perlahan rasa sakitnya berkurang, Ia kembali berdiri dibantu oleh Riko. Keduanya terlihat sejajar, Riko siap menerima jika temannya satu ini meminta pertolongan.

"Makasih, Rik. Tolong bantu gw jalan ke kantin ya," ujar Rindu singkat.

Siap sedia, Riko menuruti perkataan Rindu dan tak banyak bicara. "Iya, Rin."

Kantin sekolah terlihat sepi. Riko berjalan menuju salah satu warung untuk membeli air mineral dan kembali pada tempat sebelumnya. Rindu terlihat sedikit lemas dan dengan cepat, Riko menjulurkan tangannya untuk memberi air mineral tersebut.

Perlahan Rindu mengeluarkan obat, dilanjut dengan meneguk air mineral tadi. Riko pastinya terheran-heran, obat apa yang sedang diminum Rindu?
Riko putuskan untuk tak banyak bicara dan bertanya. Mengingat Rindu sedang drop dan keadaannya kurang baik saat ini.

Tak lama kemudian, bel pulang berbunyi. Jangan di tanya soal siswa/i SMA N 1 Pendagaran. Sebelum mendengar bel pulang berbunyi, mereka pasti sudah siap sedia. Tak heran jika saat ini mereka sudah berhamburan dimana-mana.

"Makasih, Rik. Lo udah bantu gw tadi," ucap Rindu sambil memandang Riko tanpa arti.

"Sama-sama, Rin. Gw juga jadi nggak enak, karena keegoisan gw jadi gini akhirnya," keluh Riko, masih terduduk seperti posisi awalnya.

"Nggak ada yang harus disesali, toh semuanya udah kejadian, Rik," lanjutnya.

"Lo bener, Rin. Gimana kalo gw anter lo pulang?" ajak Riko tanpa basa-basi mengingat bel pulang sekolah sudah berbunyi dari tadi.

"Emm, nggak deh, Rik. Gw pulang sendiri aja," tolak Rindu dengan santai.

Riko menerima dengan senang hati. "Gw duluan, Rin," Perlahan Riko menghilang dari penglihatannya.

POV Sendu ♡

Rindu berjalan dengan langkah gontai, tubuhnya terlihat lesu, dan tangan mungil bersedekap dada. Rindu terus berusaha dengan merapalkan do'a agar penyakitnya tak lagi kambuh. Tiba-tiba seseorang berhenti tepat disampingnya, ya dia adalah Senja.

"Pulang bareng gw yuk?" tawar Senja.

"Gapapa nih gw nebeng?" ucap Rindu dengan kedua tangan yang mengait pada ranselnya.

"Ya gpp lah, eh kok lo keliatan lesu, Rin?" Tepat. Senja mulai menyadari itu.

"Ah masa sih?" Alih-alih Rindu pura-pura tak tau. "yaudah yuk, jadi pulang, kan?"

"Ha—aa iya, yuk."

Dibelakang sana ada Riko dengan tatapan mata yang tak dapat diartikan. Sedari tadi Ia mendengar pembicaraan Rindu dan Senja. Tentu Riko mengetahui siapa senja, yang notabene adalah ketua kelas XII MIPA 5 yang mendapat julukan kelas unggulan.

"Tadi pas gw tawarin pulang bareng nggak mau. Giliran Senja malah mau, aneh lo, Rin. Tapi salah gw juga sih, dasar bodoh," ucap Riko lirih dengan tersenyum kecut, merutuki aksinya di kelas tadi.

***

Sampai pada kamar tercintanya, perlahan Rindu membaringkan tubuhnya. Sungguh, hari ini begitu menyita tenaga juga pikirannya. Masih dengan seragam sekolah yang bertengger pada tubuhnya tapi Rindu tampak acuh. Berbaring dan menikmati empuknya kasur adalah tujuannya saat ini. Tak peduli jika Ibundanya akan marah nanti.


Saat sedang menikmati rasa lelahnya, suara notifikasi ponselnya terus berbunyi, mengganggu indra pendengarannya. Sudah dipastikan itu pasti sahabat ataupun teman yang bertanya soal Riko. Benar saja, terlihat dari lock screen, whatsaapnya penuh dengan itu semua.

Perlahan Rindu menekan salah satu grup whatsapp, milik Ia dan sahabatnya.
RiViBell ♡

Vilo :
"Woi, Rin. Keluar lo. Tadi kemana aja sama Riko? Anak-anak jadi nanya ke gw sama Bella tau."

Bella :
"Iya, Rin. Kita mah nggak tau apa-apa juga. Maih diserbu ajee."

Vilo :
"Rin?? Kok cuma diread doang sih?"

Bella :
"Ayolah, Rin. Cerita sama kita berdua, biar kita paham dan bisa ngertiin lo."

Rindu :
"Iya—iyaa. Sabar kali, gw baru buka trus nyimak. Ini baru mau ngetik."

Vilo :
"Yaudah, buru cerita!"

Rindu :
"Jadi, tadi gw bawa Riko ke rooftop sekolah. Disitu gw minta penjelasan dari dia dan bener! Ucapan dia di kelas nggak main-main, dia ngungkapin perasaannya ke gw."

Vilo :
"Trus gimana, Rin? Lo terima nggak?"

Bella :
"Terima aja lah, Rin. Riko anaknya baik juga kok."

Rindu :
"Ya jelas nggak gw terima lah. Suka aja kagak, lagian gw nggak kepikiran buat pacaran."

Vilo :
"Iyalah, kan udah ada Senja di hati lo, ya, kan, Rin?"

Bella :
"Yah, Rin. Sayang si Riko kalo dianggurin, tapi ada benernya juga kata Vilo. Emang lo bener suka sama Senja, Rin?"

Rindu :
"Kalian berdua apaan sih, nggak usah bawa-bawa Senja. Gw biasa aja kok, lagian nggak ada sangkut-pautnya sama dia. Udah ah, gw mau istirahat, bye^^"

Vilo :
"Gini nih, Rindu kalo ditanya soal Senja. Pasti ngehindar."

Bella :
"Betul banget, Vil. Setuju gw."

Rindu hanya membaca pesan terahir dari kedua sahabatnya. Rasa lelah, membuatnya tak bersemangat untuk melanjutkan chattingan. Lambat laun, mata Rindu mulai memejam. Silir angin sore hari membawa rasa kantuk dan membawanya menuju alam bawah sadar.

Keadaan kamarnya saat ini terbilang cukup rapih. Hanya saja, pada bagian meja belajar milik gadis itu terlihat cukup berserakan oleh buku. Maklum, koleksi buku-buku milik Rindu sangatlah banyak. Eitss, terpajang satu album foto disana. Menampilkan wajah Rindu dan sahabat kecilnya, Anjas.
To be continue, Anjas! ^_^

POV Senja ♧

Bicara soal hati, entah mengapa akhir-akhir ini Senja sangat kepikiran satu hal, Rindu!
Seperti nama gadis itu, rindu akan Rindu. Sungguh, Senja tak pernah menduga sebelumnya. Seakan-akan wajah dan nama gadis itu selalu berputar di sekitar kepalanya.

Beberapa hal kadang teralihkan, contohnya seperti alm. Arfi. Rindu mampu membuatnya lupa akan kesedihan bahkan berusaha mengikhlaskan. Hari demi hari, keduanya pun sering berjumpa dan lebih mengenal satu sama lain. Senja akui, Rindu sangat berpengaruh untuknya saat ini.

Menatap layar ponselnya, Senja berniat ingin menghubungi Rindu. Tapi tak jadi. Ia berpikir, takut mengganggu. Padahal, realitanya rasa gengsi itu selalu datang menghampiri.
Dasar!!

Udara sore hari begitu segar. Bulu kuduk Senja berdiri seketika. Seperti ada yang datang dan memperhatikan, hatinya pun masih bertanya-tanya.

"Terus jaga ndun ya, Kak. Arfi sayang kakak."

Mata Senja terbelalak. Tentu Ia sangat mengenali suara itu, sosok yang sangat Ia rindukan, Arfi!!
Bisikan itu tiba-tiba datang. Mata Senja mulai meneliti tiap sudut kamar. NIHILL,.. yang ada hanya angin lalu. Membentuk gelombang-gelombang kecil dibalik gorden miliknya.
.
.
.
.
.
.
.
Ayok gas baca!🤩🤗
Maaf banget, author lupa. Sebenernya mau up siang/sore, tapi lupa dehh huhuu😭😭
Yaudah, jangan sedih ya^_^ kan author udah update hihii😁✌
Jangan lupa vote dan komennya Kakak🙌🤪
See youu👐👐

Selamat membaca readers🤗
Salam manis °Dzulfania ❤

Bertemu Kala Senja ✔️ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang