POV Rindu ♤
Di balik gerbang pintu rumahnya, terlihat Puri tengah memperhatikan anaknya yang baru saja sampai rumah. Seperti kegiatan pagi bagi Puri untuk melihat keadaan sekaligus menyiram bunga-bunga di taman rumahnya dan menyadari anak kesayangannya telah sampai rumah.
Dengan rasa penasaran Puri datang menghampiri, "Udah pulang, sayang? Itu tadi siapa, kok nggak diajak mampir?"
"Eh, Mamah. Itu tadi Senja temen Rindu, yang waktu itu nganterin Rindu pulang sekolah. Masih inget, kan?" jelas Rindu dengan mengusap dahinya.
"Iya, mamah inget kok. Diajak masuk dulu tadi mah."
"Enggak, Mah. Katanya mau langsung pulang aja."
"Ohh gitu, tapi tadi kata kamu mau jogging sendiri. Tapi apa akhirnya," rayu Puri kepada anak gadisnya itu.
"Ih, Mamah apaan sih. Tadi juga ketemu di jalan, jadi jogging bareng deh," jawab Rindu dengan pipi yang mulai memerah itu.
"Em, masa sih?" goda Puri tak habis-habis.
"Ish, Mamah ini beneran kok. Oh ya, tadi Senja titip salam juga."
"Eh iya 'waalaikumsalam', yaudah gih kamu masuk sana."
"Yaudah. Bye, Mah," ucap Rindu seraya melemparkan senyuman.
Puri bergegas menuju taman, menyirami bunga segar yang bermekaran di sana. Dengan berbagai macam bunga seperti anggrek, bugenvil, kembang sepatu, dan lainnya. Lain halnya dengan Rindu, setelah berjogging ria pagi ini, Ia melemparkan tubuhnya pada sofa ruang tengah. Tangannya meraih sebuah remote tv dan mengganti channel satu dengan yang lain. Tak sampai situ, pandangannya kini kosong entahlah mungkin sedang berpikir.
"Enaknya nanti sore gw ke sana kali ya," ucap Rindu dengan menompangkan dagu ditangannya.
Melamun telah menjadi aktivitasnya saat ini, menerawang beberapa waktu lalu. Tak bisa dibohongi bahwa pikirannya saat ini hanya tentang seorang pria bernama Senja. Entah racun apa yang dimiliki Senja, sehingga membuat halusinya berputar dibayangan gadis bernama Rindu. Seperti itulah masa peralihan para remaja, yang disibukkan dengan kentalnya pertemanan, persahabatan, bahkan percintaan.
Eh, bentar. Gw kenapa sih, kok mikirin dia mulu perasaan, batin Rindu.
Rasa bosan yang akhirnya meruntuki pikirannya, alih-alih menghapus usik batinnya, Ia menyumpalkan telinga dengan aerphone miliknya. Berputar lagu bergenre pop seperti lagu Ashira Zamita, Fiersa besari, dan musisi serupa. Mengikuti alunan melodi, serangkaian nada, ritme, bahkan intonasi yang membangunkan jiwanya untuk ikut berekspresi.
POV Senja ♧
Setelah aktivitas jogging pagi ini usai, benar saja Ia langsung kembali kerumahnya itu. Bisa dikatakan jogging kali ini tampak berkesan, mungkin yang dirasa keduanya. Terlihat Senja bersama sang Ayah berada pada ruang keluarga, keduanya saling bertukar topik dan melemparkan beberapa percakapan.
"Jadi jogging sama siapa, Sen?" tanya Aryo.
"Tadi sih ketemu temen di jalan, jadi sekalian jogging bareng aja deh." jawab Senja sekenanya.
"Ohh gitu, kenapa kamu nggak ajak Dirga aja, Sen?" ucap Aryo bertanya kembali dengan penuh antusias.
"Papah kaya nggak tau Dirga aja. Masih tidur dia, Pah," sindir-Nya.
Dirga yang merasa namanya disebut menuju sumber suara yang berasal dari ruang keluarga itu.
"Enak aja lo, Sen. Gw udah bangun nih," ucap Dirga tak terima.
"Lah tadi kan masih tidur lu, gw bangunin leat-leot juga," nada suara Senja membela diri.
"Hahaha, iya deh yang penting kan sekarang gw udah bangun. Oh ya, tadi lo jadi jogging nggak?"
"Jadi dong. Masa nggak jadi sih."
"Yaudah kalian lanjut ngobrol aja, papah mau ke belakang dulu," pamit Aryo yang berjalan menuju belakang rumah.
"Iya, Pah," sahut Senja.
"Yah, Sen. Elo nggak bangunin gw sih, kan gw juga mau ikut, Sen," ujar Dirga dengan nada memelas.
"Astaghfirullah, kudu bangunin berapa kali lagi gw, Ga?" ejek Senja kepada sahabatnya.
"Yaudah si maap-maap. Trus tadi lo jogging sendiri gitu?"
"Iya sendiri, cuma tadi pas di jalan gw ketemu Rindu jadi ya jogging bareng deh."
"Waduh sobih gw, udah mulai bucin ya lo. Hahaahahah," tawa Dirga pecah seketika.
"Kan udah gw bilang cuma pas kebetulan ketemu aja, Ga." jawab Senja datar dengan tatapan sinisnya.
"Tapi lo beruntung si, Sen. Tuhan kasih pemanis di pagi hari buat lo."
"Apaan sih, Ga. Gausah lebay deh." Perkataan Senja yang sedikit menohok, membuat Dirga merasa tak enak hati.
"Hmm, iya dah serah lo," ucap Dirga yang mulai mengalah.
Percakapan pun berakhir. Senja pergi menuju kamarnya dan Dirga yang masih stay di sana dengan merebahkan tubuhnya pada sebuah sofa empuk. Terlihat nyaman, dirasa bagi siapa saja yang menikmatinya. Secarik kertas, bolpoin, dan sebuah botol berukuran medium berada diatas meja berwarna coklat. Terlihat pula Senja menikmati eluh rasa jogging pagi ini di sebuah kursi yang terpaut dengan meja terkait. Pandangannya tampak kosong membayangkan beberapa waktu lalu bersama gadis sebayanya.
Dia terlihat unik, gadis sederhana yang baru gw kenal beberapa hari ini. Dan dia sukses buat pikiran gw terus kebayang-bayang tentang kepribadiannya. Emang aneh juga ya kalo dipikir-pikir hahaha, batin Senja dengan melepas senyuman dibibirnya.
Mungkin ini aneh, hasrat apa yang dirasakan Senja saat ini? Memikirkan sesuatu yang sebelumnya tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya. Apa itu? Apakah sebuah rasa? Atau hanya bualan sesaat?
Senja sendiri tak tahu itu, tak terlintas pula apa yang dirasakannya saat ini. Kembali lagi, mungkin Ia hanya menganggapnya sebuah kebetulan. Lagi dan lagi! Namun, apa jadinya jika kebetulan itu sering bahkan terjadi disetiap hari? Apa benar itu hanya sebuah kebetulan?
Entahlah, mungkin yang ada hanya sebuah simpatik pada diri Senja menanggapi gadis tersebut. Kembali menatap secarik kertas dan bolpoin itu. Mata dan tangannya berinteraksi satu sama lain dan menuliskan beberapa kalimat....
...
...Beberapa kalimat ditulis sesuai apa yang dipikirkan dan apa yang terjadi. Tampak rapih, berganti baris demi baris dengan kata-kata yang memang muncul seketika di benaknya. Sesederhana itukah? Berimajinasi, berpendapat, menyatakan realita bahkan curhat. Menumpahkan segala apa yang dipikirkan bahkan dirasakan dalam sebuah tulisan. Merangkai kata menjadi kalimat dan kalimat menjadi sebuah karangan. Baris demi baris, bait demi bait, bahkan paragraf demi paragraf. Berekspresi dan bercerita layaknya menumpahkan amarah, kesal, susah, senang, kecewa, bahkan kisah masa lalu ataupun harapan di masa mendatang.
Mendapati sebuah pita berwarna biru, kini Senja menggulung kertas dan mengaitkan keduanya. Terlihat bagus dan terkesan indah, perpaduan yang baik. Dengan arahan angin melewati sela-sela jendela kamarnya. Merasakan desir angin berhembus perlahan. Membawa rintik air hujan turun yang membasahi penjuru jalan wilayah Jakarta.
.
.
.
.
.
.
.
Haii semua😉👐
Author kembali dengan membawa ribuan kata🤭😂
Bagian 13 cerita SENDU yapp🥳🥳 Semoga kalian suka dan jangan lupa untuk tinggalkan vote&komen kalian🥰🤗
Oh ya, for our information, author lagi lumayan sibuk nih. Mungkin buat minggu berikutnya, author cuma update 2 bagian dalam 1 minggu. So, sorry guys😥😔
Semoga sibukknya cepat-cepat hempas deh😄😆..
See youu🤗👐🙌Selamat membaca readers🤗
Salam manis °Dzulfania ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu Kala Senja ✔️ [Sudah Terbit]
Teen FictionMenaruh sejuta harapan dan impian setiap kata, membawamu seakan ingin menggapai segalanya. Azharia Rindu Prastya dan Alfaizh Senja Pratama, berada pada satu kekaguman yang sama, senja. Pertemuan awal di sebuah wisata Pantai Ancol kala sang senja dat...