36. Rumit, sebatas teman?

8 7 5
                                    

Perlahan, sedikit demi sedikit, cahaya mulai memasuki indra penglihatan Rindu. Mengerjapkan matanya, Rindu bingung dimana ia sekarang. Seperti berada dalam ruangan tertutup, dimana ini? Rindu melihat beberapa obat dan alat pertolongan lainnya. Mungkin ini tempat peristirahatan yang ada di sekitar percampingannya. Semoga saja.

POV Sendu ♡

Di sisi luar ruangan, Vilo dan Bella melihat Rindu sudah sadarkan diri, memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Rin, lo udah sadar?" tanya Vilo yang terlihat sangat cemas.

Sama halnya dengan Bella yang tak kalah cemas. "Mana yang sakit, Rin?"

Rindu tersenyum. Akhirnya ia sampai di area percampingan dan kembali bertemu sahabat dan teman-temannya. Tapi ... siapa yang menolongnya?

"Hhh, kalian ini. Gw udah sadar kok, cuma kaki gw rasanya sakit," ucap Rindu sedikit meringis kesakitan.

"Syukurlah kalo gitu, pokoknya lo harus banyak istirahat," Terlihat dari wajah Vilo dan Bella yang cukup tenang dan lega, membuat Rindu kembali mengulas senyumnya.

"Oh ya, siapa yang nolongin gw?" Rindu yang menahan pertanyaan ini sedari tadi, akhirnya bisa ia ungkapkan sekarang.

Seseorang datang dan menghampiri ketiganya. "Gue," jawab pria itu secara tiba-tiba. Pria itu adalah Senja.

Kehadiran pria itu, mengundang Vilo dan Bella untuk keluar ruangan secara tiba-tiba. Mereka butuh waktu berdua, mungkin. Info yang Anjas berikan pada Vilo dan Bella terkait hubungan pertemanan Senja dan Rindu akhir-akhir ini sedikit renggang. Membuat Vilo dan Bella mengerti dan memutuskan untuk keluar ruangan sejenak.

Bahkan, ajakan Senja terakhir kali saat hendak mengajak Rindu pergi pun, sampai saat ini belum terlaksanakan. Semoga waktu masih menginginkan hal itu terjadi.

"Sen, makasih ya, lo udah nolongin gw. Sumpah, gw gatau lagi kalo lo nggak ada disitu. Bisa tersesat dan gatau lagi, deh," Rindu berbicara cukup cerewet, padahal kondisinya saat ini masih sakit dan terlihat lemah.

Senja menanggapi, hanya tersenyum heran. "Jangan gitu. Bilang makasih sama Tuhan, jangan sama gw."

"Haha, iya-iya."

"Gimana keadaan lo sekarang? Udah lebih baik, kan?" Senja terlihat cemas. Walaupun tak terlihat dari raut wajahnya, tetapi dari hati.

"Ya, lumayan. Cuma kakinya aja yang masih sakit," jawab Rindu seadanya.

"Yaudah kalo gitu, banyak-banyak istirahat, Rin. Jangan buat gw terus khawatir," Kata-kata itu, membuat Rindu salah tingkah. Entah apa maksud dari perkataan itu, hanya Senja yang tahu.

"Biasa aja kali. Oh ya, lo kenapa bisa temuin gw di tengah hutan? Apa jangan-jangan elo ...."

"Gw liat lo pergi, nggak ada yang nemenin. Firasat gw nggak enak, jadi gw mutusin buat ngikutin lo," jelas Senja. Lagi dan lagi, membuat Rindu tersipu malu. "Gw keluar dulu ya."

Belum sempat melangkah, Rindu menahan lengan Senja dan membuat sang empunya tak jadi melangkah pergi. "Sen, kali ini, kasih gw alasan yang cukup akurat. Kenapa lo peduli sama gw?" Rindu bertanya seolah-olah mencari titik terang hubungan keduanya hingga saat ini. Pertanyaan ini, ya! cukup sulit.

"Gw cukup ikhlas dan peduli sama lo, ya karena kita temen, Rin. Gw nggak pernah beda-bedain lo ataupun yang lain. Sorry, kalo perlakuan gw beda ke elo. Gw juga nggak tau, mungkin ini murni. Karena gw udah anggap lo sebagai teman gw," Sakit. Rindu merasa ribuan angin menghempaskan tubuhnya begitu saja. Duri-duri seakan menusuk jiwanya.

Bertemu Kala Senja ✔️ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang