"Jadi yang pirang ini Wendy," Udin selaku kakak senior ganteng memberi tatapan menilai pada gadis cantik berkulit putih yang nyengir lebar.
Hana mendecih, "nih cewek semok ini Hana," kesalnya. Menunjuk dirinya sendiri karena tidak diperdulikan. Boji tertawa. Melempar kuaci yang langsung masuk ke dalam mulut Hana yang terbuka. Yang lain tertawa.
Jajaran cowok cowok berandal, urakan, gak ada aturan, bicara kasar tak terkontrol yang sialnya tampan.
Wendy melting sendiri. Membayangkan salah satu dari mereka adalah pacarnya. Selain dijaga mati matian, pasti jadi Ratu dadakan. Gadis berambut pirang itu menyangga dagu, menatap berbinar Jordi yang mencak mencak karena korek apinya diambil Iwan. Tuh kannnnn korek aja dijagain apalagi akuuu.
"Woy dek, ini tempat biasa kita nongkrong. Kalau pulang sekolah, pagi sebelum masuk sekolah, bolos kelas atau malem sekalipun ini tempat selalu buka. Mbak Uun siap sedia buka sampai tengah malem," Wendy memainkan bibirnya. Menatap Boji yang berdiri menjelaskan pada murid baru yang ada di warung.
Semua siswi ada disini, tetapi siswa hanya beberapa. Tadi bang Jordi sudah memberi wejangan pada mereka semua bahwa para siswi akan diperlakukan sebaik mungkin, akan dijaga seperti adik sendiri dan dicintai seperti pacar sendiri. Ah, senior satu itu selain manis senyumnya juga manis ucapannya.
Wendy jadi lupa diri.
Lelaki yang duduk tak jauh dari dirinya juga lupa diri. Menatap tanpa kedip wajah cantik yang tersenyum indah. Tanpa sadar dia juga tersenyum. Memegang dadanya yang berdegup kencang. Astaga. Apa ini normal hanya karena melihat senyum seseorang?
Lelaki dengan gelar Raja bokep itu mengernyit. Menatap si sangar yang masih memegang dada dengan senyum lebar menatap gadis. Benji sapaannya, menggeplak kepala belakang Putra yang langsung tersadar. Melotot kesal pada Benji yang tertawa.
"Biasa aja, ntar tu cewe hamil," celetuk Benji asal. Tersenyum menggoda dengan tangan menoel noel bahu Putra yang menjauh risih.
"Hmm emang sih dia cantik, meledak ledak terus bodynya bedehhh nggak nahan."
Benji mendesah lalu menggeleng. Kembali menoleh sensual pada Putra yang menatapnya datar. Yang lain melanjutkan obrolan.
"Kalau suka tuh samperin, jangan cuma dilihatin," merapatkan bibir saat Putra sudah mengangkat tangan. "Kalau dia suka sama gue jangan salahin gue ya," tambahnya yang langsung menjauh karena Putra mengangkat kembali tangan.
Mendecak sebal. Merapat pada Jordi yang menatapnya bingung. Menoleh sekilas pada Putra yang kembali menatap Wendy. Cih, tempe.
**
Lutfi kembali menggenjreng gitar coklat kesayangannya. Duduk bersila memangku gitar dengan beberapa teman mengitari. Request lagu atau sekedar ngumpul lalu bikin instastory.
Putra duduk bersandar ditembok di samping Lutfi yang masih meladeni Dewa yang kini request lagu lalu menyanyi. Menatap lurus ke depan dimana Wendy ngobrol asik dengan Mark. Sesekali tersenyum malu menyematkan rambut di belakang telinga. Padahal gadis itu biasanya nyablak tak karuan.
Mark mengeluarkan lelucon yang Putra samar samar dengar itu garing. Seperti kerupuk kriuk kriuk. Tak basah sama sekali.
Lutfi menoleh setelah Dewa menutup kamera ponselnya yang sejak tadi merekam kegiatan menyanyi, lelaki itu pergi. Menarik Yosep ke kantin atau entah kemana. Menepuk pundak Putra yang masih asik melamun.
Lelaki itu menoleh kaget. Lalu mendecak kesal. "Lo mau request?" Tanya Lutfi. "Perlagu limapuluh ribu," tambahnya sesaat sebelum Putra mangap hendak menjawab.
Lutfi nyengir, "canda elah, buru apaan?"
Putra melengos. Kembali memandang Wendy yang tersenyum lebar berfoto dengan Mark di sampingnya. Mereka tersenyum bahagia layaknya pasangan. Putra mendecih. "Halu."
"Ha?" Lutfi mendekat. Tak dengar apa yang dikatakan Putra.
Lelaki berwajah mungil itu menghela nafas. Menatap sendu Wendy. "Halu."
Lufti mengernyit. Mengikuti arah pandang Putra lalu berseru tau. "HALUUU!!!"
Putra mengumpat.
Senyumanmu~
Putra mendongak menatap Wendy yang tersenyum manis.
Yang indah bagaikan candu
Ingin trus kulihat walauPutra mendecih pelan, merasa miris sendiri.
Ku berandai
Kau disini
Mengobati rindu ruai
Dalam sunyi
Kusendiri meratapi
Perasaan yang tak jua didengarTak kan apa
Bila rasa ini tumbuh sendirinya
Tak berdaya
Diri bila diantara
Walau itu hanya bayang-bayangmuSenyumanmu yang indah bagaikan candu
Ingin trus kulihat walau dari jauh
Sekarang aku pun sadari semua hanya mimpiku
Yang berkhayal akan bisa bersamamu"WUUU!!" Hana bersorak. Bertepuk riang bersama Rinja. Yofi tersenyum kecil melirik Soleh yang ternyata menatapnya lalu buang muka malu.
Lutfi tertawa. Memberi cium jarak jauh kepada teman teman yang duduk tak jauh darinya. Sedangkan Putra masih memandangi Wendy. Lalu melengos tak ingin melihat lagi.
"Ihhh cakep," Wendy tertawa. Menatap foto selfie nya bersama Mark. Tak sengaja matanya melihat Putra yang buang muka sedangkan teman teman yang lain tertawa bahagia. Mengernyit bingung. Lalu kembali tersenyum saat Mark menyodorkan hape hendak kembali berfoto.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM✓
Teen FictionPermen karet misterius Yosan yang hidup di dunia. Yoo San Putra, cowok yang maksa sangar padahal mukanya gemesin kayak anak TK. Ada juga Wendy Sonia, si cantik rambut badai. Mereka yang selalu nyolot kalau ketemu, tanpa sadar saling suka. Klise sih...