"WOI!"
"Nyet!"
Putra tertawa. Mengacak rambut Wendy lalu merangkulnya mesra. Wendy sudah salah tingkah sendiri.
"Apaan sih?!"
"Dih apaan sih apaan sih, salting kan lu?" Tanya Putra jadi menggoda. Menatap geli gadis di sampingnya yang wajahnya sudah memerah malu. "Bisa malu malu juga ternyata," Putra tertawa.
Wendy mendelik, menutupi wajahnya dengan sebagian rambut, "lo pikir?!" Ketusnya.
Putra terkekeh pelan, "udah kenapa sih ketusnya?"
"Maksud lo?"
"Gue tau kali lo pura pura jauhin gue kan? Mana segala bawa bawa bang Jordi, wah wah Wen drama banget sih lo," Putra menggeleng tak menyangka. Bersidekap menatap kasihan Wendy yang melotot.
"Kok lo tau?"
"Jadi bener?" Putra memajukan wajahnya, sedangkan Wendy menutup bibir karena keceplosan. Gadis itu melengos lalu pergi karena malu.
Putra berlari menyusul. Tertawa lebar kembali merangkul gadis pujaannya, "nanti malem jalan yuk?"
Wendy mengernyit, berdehem berusaha biasa saja lalu melirik kecil, "ogah, masa jalan kaki."
Putra mengumpat pelan, "maksud gue pergi kemana gitu, make motor lah gue juga ogah jalan kaki," katanya sebal. Wendy terkikik geli berhasil membuat Putra kesal.
"Canda."
"Dih?" Putra mendecih. Akhirnya mereka tetap berjalan berdampingan dengan tangan Putra masih bertengger dibahu Wendy. Menyusuri koridor menuju parkiran hendak pulang.
Wendy menghela nafas, rasanya campur aduk karena lagi lagi diajak jungkat jungkit. Sebenarnya ia tak masalah karena untuk mengetahui bahwa Putra juga menyukainya saja sudah cukup. Tetapi karena Hana sialan itu ia jadi harus pura pura menjauhi Putra, bahkan berbohong soal ia berpacaran dengan Jordi. Semoga saja gosipnya tak sampai kemana mana.
Jordi yang sibuk tertawa karena candaan Iwan itu melotot kaget. Langsung melompat datang menghadang Wendy dan Putra. Boji, Iwan serta Ican yang melihat itu terkejut.
"Wen? Kok lo sama dia? Katanya lo pacar gue?" Tanya Jordi, agak maju lalu berbisik, "pacar pura pura maksudnya."
Wendy meringis, dasar Jordi. Tidak pandai sekali berbohong. Putra mengangguk angguk, kembali melirik Wendy dengan tatapan kasihan.
"Lo kalo bohong yang pinter dikit bang," bisik Wendy. Jordi mengernyit.
"Ya iya kan? Kata Hana gue jadi pacar elu, tapi kok lu malah sama Putra? Nggak jadi nih kita pacaran?"
Wendy buang muka lelah. Melirik Boji memberi kode karena ia sudah kepalang malu kepergok bohong oleh Putra. Boji terkekeh, maju menarik Jordi pergi sembari menatap prihatin. "Sabar, Wen."
Putra tertawa ngakak begitu Boji sudah pergi. Bahkan sudah terduduk saking ngakaknya. Wendy hanya pasrah melihat itu, mungkin ia jahit saja bibir Hana supaya tak memberinya saran aneh aneh lagi. Astaga.
**
"Jadi sebenernya elu disuruh Hana?"
Wendy mengangguk. Menyedot minuman vanillanya tanpa menatap Putra yang di sampingnya. Lelaki itu mengangguk paham.
Mereka akhirnya jadi keluar bersama. Walau hanya di kafe samping apartemen, setidaknya dengan pemandangan langit sore dengan matahari yang perlahan tenggelam. Cukup romantis memang.
Wendy manyun, "setan emang tuh anak, lagian gue kenapa juga mau mau aja," sebalnya.
"Nggak papa kali," Putra terkekeh, "gue jadi yakin kalo suka beneran sama lo," tersenyum tipis mengelus kepala Wendy yang menunduk nyaman.
"Kenapa lo bisa tau?" Wendy mendongak.
"Ada lah hahaha," menjawil hidung Wendy gemas, "cantik banget sih lo," katanya sembari mengacak rambut Wendy. Gadis itu nampak salah tingkah.
Banyaknya perhatian serta sikap manis Putra hari ini membuatnya lupa diri. Menganggap bahwa ini lah akhir yang bahagia itu, walau sebenarnya kita tidak boleh terlalu bahagia karena pasti akan terluka. Tetapi biar lah, Putra juga menyukainya, jadi tak mungkin ada hal menyakitkan lagi setelah ini.
**
Singkatnya, setelah bersakit sakit hingga drama jungkat jungkit, Wendy bisa bebas mengacak rambut hingga menggandeng tangan Putra. Ia juga bebas merasa senang dan berbunga bunga karena perlakuan serta ucapan manis lelaki itu. Telinganya juga bebas dari umpatan serta cacian keras ala Putra. Semuanya berubah, dari hal menjijikan dan permisuhan menjadi menyenangkan serta tertinggal kenangan.
Putra tersenyum. Mengacak rambut Wendy yang kini sedang tertawa lebar karena ceritanya. "Terus terus akhirnya gimana?"
"Dom tetep make tuh kostum wortel, keliling jalanan sambil bawa nasi kotak."
"Pfttt hahahaha goblooooo," Wendy terpingkal pingkal. Menepuk tangan lalu mengusap mata basahnya karena terlalu keras tertawa, "pliss hahaha gue nggak bisa bayangin Dom make ituuu hahaha."
Putra tertawa, "jiwa machonya hilang seketika waktu keluar kelas make kostum wortel, mana mukanya rada kegencet."
Wendy mengusap wajahnya yang merah dengan sisa tawa. Perutnya terasa sakit. "Wah wah besok kita bikin dia make gituan lagi, Put. Biar anak kelas pada tau kalo Dom juga bisa bobrok hahaha."
Putra terkekeh, mengacak rambut Wendy gemas.
Lagi lagi euphoria itu datang. Jadi begini rasanya jatuh cinta, rasanya bisa mengacak rambut serta menggandeng gemas tangan gadis pujaan. Wah wah, jika sebegini indah seharusnya dari kemarin kemarin saja ia dekati Wendy. Tak perlu drama tarik ulur.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM✓
Teen FictionPermen karet misterius Yosan yang hidup di dunia. Yoo San Putra, cowok yang maksa sangar padahal mukanya gemesin kayak anak TK. Ada juga Wendy Sonia, si cantik rambut badai. Mereka yang selalu nyolot kalau ketemu, tanpa sadar saling suka. Klise sih...