Bubble Gum 09

8 2 0
                                    

Hana setan!

Kira kira umpatan itu lah yang dikeluarkan Wendy ketika mereka sampai tujuan. Toko serba ada dengan tukang parkir super ganjen.

Putra mendengus geli melihat Wendy yang digoda habis habisan oleh tukang parkir itu. Mendekat lalu merangkul bahu Wendy yang terkejut. "Hahaha iya nih Pak pacar saya lucu."

Tukang parkir itu terkejut. Begitupun Wendy. Menoleh dengan wajah bingung, merapat begitu pinggangnya ditarik. Tak lama tukang parkir itu pergi. Putra mendecih sedangkan Wendy tersipu.

"Ape lo?!" Sentak Putra. Mendorong pelan Wendy hingga manyun sebal. Masuk ke dalam toko sembari menghela nafas saat lagi lagi jantungnya berdegup kencang.

Wendy mendecih. Menghentakkan kakinya sebal mengikuti Putra dengan pada akhirnya tersenyum malu malu juga.

"Emang disuruh beli apa?" Tanya Wendy begitu dapat menyusul Putra. Lelaki itu sibuk memilih spidol, padahal sama saja.

"Sapu, spidol, buku yang gede itu, kertas warna warni sama disuruh cetak foto anak anak monyet."

Putra mendengus sebal. Memeluk dua sapu setelah mencoba memakainya, berjalan lagi dideretan kertas warna warni. Ia jadi heran, apa yang akan anak anak sinting itu lakukan pada kertas warna warni ini? Dia heran karena Hana selalu menyuruh nya banyak hal. Dan kini ada Wendy gadis yang paling ia hindari untuk saat ini.

Oh ayolah, memangnya orang bodoh mana yang mau berduaan dengan orang yang baru saja menyatakan cinta. Belum lagi ia belum memberikan jawaban hingga sekarang.

Wendy maju mendekati Putra lalu mengetuk pundaknya, "Woi! Mau gue bantu bawa gak?" Tanyanya. Putra tanpa menoleh menggeleng pelan. Kini menunggani sapu seolah terbang menuju kasir.

Gadis dengan seragam hitam putih itu mendengus, lalu tersenyum jahil dengan lampu kuning menyala diujung kepala. Mengaduh heboh, "aduh aduh, Putra bisa tolongin gue nggak bawain ini, aduhh!"

Putra yang sudah sampai dikasir langsung menoleh kaget. Mendekat dengan cemas samar, "ada apaan? Bawa apaan?"

"Bantu bawa hati gue ke hati elu," bual Wendy, menaik turunkan alisnya dengan senyum menggoda. Putra mendengus, berbalik menuju kasir menatap datar pegawai laki laki itu yang terkekeh mendengar bualan Wendy.

Wendy tertawa pelan. Mendekat lalu merangkul bahu Putra. Sungguh demi apapun, bahkan ia sudah tremor sendiri. "Heh Put! Nyasar dia," tambah Wendy yang kini sudah panik sendiri.

Putra menoleh panik juga, "siapa?" Tanyanya tak sabar.

Wendy mendongak dengan raut khawatir. Bahkan pegawai kasir yang memeriksa harga barang juga menunggu dengan khawatir.

"Hati gue," cicit Wendy. Putra mengumpat. Buang muka kesal mendorong Wendy yang tertawa keras.

Pegawai kasir itu juga terkekeh pelan menanggapi dua remaja itu. "Totalnya seratus dua puluh lima dua ratus kak," Putra memberikan lembaran uang yang diberikan Hana tadi. "Delapan ratusnya boleh didonasiin kak?" Putra mengangguk kecil.

"Kalo hati lo boleh didonasiin nggak Put?" Lagi lagi Wendy bertanya gemas. Tersenyum lebar dengan Putra yang buang muka kesal. Walau samar ada senyum yang coba ditutupi.

"Iye ntar! Sekalian ginjal sama jantung, puas lo?!" Kesal Putra yang akhirnya menanggapi bualan Wendy. Menerima kembalian dan barangnya lalu keluar toko. Wendy terkekeh. Tersenyum kecil pada pegawai kasir lalu menyusul berlari dengan wajah girang.






**






"Cantik banget," gumam Putra. Mengelus foto berukuran 2×4 sembari rebahan. Matanya berbinar dengan senyum lebar menyenangkan. "Gue pengecut ya, Wen?"

"Miris," Joyo yang makan cemilan menatap kasihan. Menghela nafas dengan gelengan miris sendiri melihat temannya melow menjijikan seperti itu. "Emang, apa susahnya sih bilang cinta?" Tanyanya dengan wajah jijik saat lagi lagi Putra mengelus foto Wendy, bahkan sempat menaruhnya didada menghayati.

Setelah tadi mereka selesai di toko, berlanjut mencetak foto anak anak kelas untuk ditempel dibuku besar. Secara diam diam Putra mencetak dua foto milik Wendy, membawanya pulang dengan lancang. Dan kini mengelusi dengan wajah menjijikan yang menurut Hero lebih mirip Putra saat sange.

"Bantuin geh," kata Hero yang sudah kelewat kasihan. Mengernyit geli melihat Putra yang biasanya sangar itu. Joyo mendecih.

"Take my hands love, you are the cause of my?"

Hero terkekeh. "EUPHORIA!!!" Teriaknya bersama Joyo. Putra tersenyum kecut. Melempar bantal dengan keras tetapi wajah sendunya tak hilang.

Halah. Gitu kok katanya jagoan.
























BUBBLE GUM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang