Bubble Gum 08

8 2 0
                                    

"Huhuhu gue harus apaaaa??"

Yofi mendelik. Memangku dagu menatap teman kelasnya yang kini merengek tak jelas. Didekatnya ada Hana yang sibuk nyemil dan main hape. Tumben sekali gadis itu tidak rusuh kepada senior.

"Gue malu anjerrr," Wendy menarik ingus yang sebenarnya tidak ada, menatap Yofi dan Hana bergantian meminta saran. "Tolongin gueee..."

"Ya elu sok sokan nembak, digantung kan," sahut Hana tenang, matanya masih menatap hape. Lalu menggerutu begitu tangannya merogoh toples kosong. "Tau sendiri modelan Putra kayak apa."

"Dia sebenernya suka nggak sih sama gue huhuhu," berguling mengacak rambut frustasi sendiri. "Mana tadi sempet gue kiss kiss lagi ah."

Hana tertawa ngakak. "Buset Wen, agresif amat lu jadi cewek."

Wendy mendelik. Yofi terkekeh pelan menggeleng heran dengan tingkah Wendy yang sudah maju tetapi kini malu malu sinting.

"Kenapa nggak lo tanya aja ke Putra dia suka nggak sama lo," saran Hana yang kini berganti cemilan. Tiduran memangku toples menghadap Wendy yang langsung tertawa ngakak bersama Yofi.

"Lo gila ya pffttt," Wendy tertawa, menatap geli sekaligus bodoh Hana sembari menunjuk pelipisnya. Hana mendecih. Menggeleng bingung sendiri lalu buang muka tak peduli.






**






"Lo bayangin Joy, gue nih jalan santai terus diajak ke lapangan basket abis tuh ditembak."

"Dor dor Joy lo bayangin dong tolong," sambung Putra merengek rengek seperti anak kecil.

Joyo menyedot minuman plastik berwarna coklat miliknya. Menumpu pipi menatap tak minat Putra yang merengek rengek tentang gadis sinting yang menembaknya tadi siang.

"Elu suka nggak sama dia?" Tanya Joyo akhirnya. Menyulut rokok yang entah sudah ke berapa karena pusing dicurhati oleh Putra.

Putra diam sejenak, "ya gimana ya, dia cantik sih terus gemoy meledak ledak gitu. Tapi apa sih gue kesel aja kadang deket dia, bawel abis. Tapi Joy, Wendy tuh cewek pertama yang bikin gue punya kupu kupu terbang."

"Euphoria maksud lo?" Tanya Joyo dengan alis naik mencibir. "Ya gitu mah tandanya lo demen sama dia, gimana sih?!"

Putra mendelik. Tak urung diam memikirkan. Tapi sayangnya, mau seberapa kali pun ia memikirkan tetap saja ia bingung. Seperti yang dikatakan diawal, ia suka hubungan mereka yang seperti dulu. Hanya malu malu atau nyolot nyolotan tak jelas tetapi terjamin menyenangkan.

Hah!

Hubungan menyebalkan seperti pacaran, ia belum siap menjalaninya.






**






"Nah kan canggung, apa gue bilang," Wendy menoleh menatap tak suka Hana yang mengejeknya dengan raut wajah senang. Gadis sinting itu memang sangat menyebalkan.

"WOI PUT!!"

Putra yang berjalan jadi terhenti, menoleh ke belakang dimana Hana dan Wendy yang menatapnya. Lelaki itu mengumpat pelan, sudah mati matian ia menghindari Wendy tetapi si rusuh Hana malah menarik gadis itu mendekatinya.

"Ape?!"

Hana tertawa sebentar, "selow Put, lu kayak gue tagih utang sih sewot bener," katanya bercanda, merangkul leher Putra menariknya menuju parkiran. Di belakang Wendy misuh misuh cemburu melihat itu, ia bertatapan dengan Putra saja gugup lalu bagaimana Hana bisa sefrontal itu merangkul Putra.

Berjalan menunduk dengan masih mendumel kesal. Saat mendongak ia melihat Putra dan Hana sudah jauh. Lagi lagi ia misuh, berlari mengejar mereka yang sudah sampai di parkiran.

"Sono Wen," Wendy menoleh bingung. Menatap penuh tanya Hana yang mendorongnya mendekat pada Putra yang nampak menekuk wajahnya.

"Kan ada Dewa, ketua kelas juga ada kenapa gue?!" Putra kesal. Menatap Hana yang nyengir nyengir.

"Alah kagak ngapa, lagian emang siapa lagi yang mau gue suruh suruh," jawab Hana mengibaskan tangan. Memberikan beberapa lembar uang dengan paksa, "Dewa mati kali, dari siang kaga lihat gue."

Putra menggerutu. Duduk pasrah dimotor matic milik Hero sembari memakai helm. Wendy di belakang menatap bingung Hana yang malah memberi kode untuk diam. Memaksa Wendy duduk diboncengan lalu tersenyum lebar.

"Jangan buru buru Put, ntar lu mampir kafe kalo duitnya sisa, kalo kaga ya jajan make duit lu lah hahaha," Hana berlari pergi setelah tertawa lebar menggoda Putra yang merenggut sebal dan Wendy yang terkekeh pelan.

Saat motor mulai meninggalkan area sekolah, Wendy menghela nafas gugup. Memainkan tangan dipangkuan sedangkan Putra diam fokus menyetir. Entah mereka akan kemana, yang jelas Wendy berterimakasih pada Hana yang sudah membuatnya pergi berdua bersama Putra.


















BUBBLE GUM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang