Bubble Gum 16

8 2 0
                                    

"Gimana, Na?"

Hana agak terkejut lalu mengendik santai, "pacaran lah," katanya. Merangkul bahu Rinja kemudian menyender dibahu lelaki itu. Menatap penuh penantian apa yang akan dikatakan Putra.

Wendy menatap Putra songong, menyugar rambut panjangnya dengan decihan samar.

"Gimana tuh?" Tanya Wendy dengan tawa diakhir kalimatnya.

Putra mendelik, "yaudah pacaran!" Kesalnya dengan nada bicara meninggi.

Wendy melotot, "kok cepet?"

"Lo nggak mau?"

"Ya mau lah!" Jawab Wendy cepat. Lalu mereka buang muka malu sendiri.

"Uhuk uhuk aduh samperin geh," Benji mendorong pelan Putra hingga maju mendekati Wendy yang malu malu.

"Najis," ejek Hana dengan raut wajah jijik.

Wendy mendelik, menggulum bibir menahan senyum saat tatapannya beradu dengan Putra. Lelaki tinggi itu berdehem gugup buang muka sok santai padahal jantungnya sudah loncat loncat tak karuan.

Hana terkekeh pelan. Mencium pipi Rinja menariknya pergi dari lapangan. Reaksi teman temannya hanya mendengus sudah biasa. Beralih menggoda Wendy yang wajahnya sudah memerah sedangkan Putra tetap stay cool.






**






"Ayanggggg," Putra mendelik mendengar panggilan manja dari Wendy. Mengetuk pelan dahi gadis itu dengan sebal.

"Jijik, Wen," sebal lelaki itu, kemudian menggelinjang geli sendiri.

Wendy mendecih, memang tidak bisa romantis cowok sengkleh ini. Lelaki itu tidak tau saja bahwa ia membutuhkan tenaga jiwa dan batin untuk hanya sekedar memanggil manja seperti tadi. Sial sekali dia.

"Harusnya gue lempar sepatu aja kepala lo biar mampus sekalian."

Putra terkekeh, mengejar Wendy yang sudah berlalu pergi dengan kaki dihentakkan kesal. Ya apa sih, memang menggelikan, kan? Apa lagi ayang ayang. Hiii.

Tidak jauh dari mereka ada Hana yang menatap miris, "ck ck ck, ternyata emang ga bakal ada majunya tuh hubungan," gadis itu geleng geleng kasihan.

Rinja yang ada di belakangnya mendengus sinis, "ngaca! kayak yang jelas aja hubungan lu dih."

Memainkan wajahnya konyol untuk membalas kalimat Rinja, Hana lalu pergi begitu melihat Han yang rusuh bersama Dom.

"Dih kena mental nggak tuh," ejek Rinja menatap Hana yang sudah main batu gunting kertas dengan Dom. "Dasar cewek."






**






Yofi mengernyit, menatap Wendy yang asik bercanda dengan Mark sedangkan Putra ngebanyol sampah di depan kelas dengan Muklis dan Dewa.

"Mereka yakin pacaran?" tanya gadis berambut indah itu, menatap bergantian antara Wendy dan Putra yang jauh jauhan.

Mail yang baru saja memberikan kembalian pada Hana itu menoleh, memberikan satu piscok pada Yofi lalu manggut manggut sok paham.

Yofi terkekeh, "apesi, Il? lu ngangguk ngangguk paham emang?"

Mail nyengir lucu dengan gigi hitamnya yang penuh coklat, "los sih gue, lagian seru juga banyak drama di kelas."

Yofi mendecih, masih mengamati Wendy yang kini duduk manis dengan Mark yang menyisir pelan rambutnya. "Wah!" berdecak kagum, "kayaknya yang pacaran Wendy sama Mark sih, menurut lu gimana, Il?"

"Apaan sih, Yof? rempong amat lu ngurusin mereka," Benji mendekat, mengambil piscok ditangan Yofi yang sisa setengah lalu melahapnya.

Yofi menghela nafas, "bukan gitu, Ben," menatap Benji yang kini menjilati jarinya, "gue tuh heran aja sama mereka, lo lihat mana ada orang pacaran tapi yang cewek asik sama cowok lain kayak gitu," tambahnya kini menatap Wendy yang masih asik dengan Mark.

Benji mengangguk setuju tak lama, menatap Mail yang sok serius. "Iya juga Yof, gue jadi ragu sebenernya, mana si Putra sibuk godain anak kelas lain."

Yofi menghela nafas diikuti Mail dan Benji. Masih dengan rasa penasaran tentang hubungan teman kelasnya itu. Aneh sekali mereka, katanya pacaran tapi kok tidak mesra?

Tak jauh dari mereka juga ada Hana yang sibuk gosip bersama Lutfi, Hero, Rinja, Soleh serta Joyo. Bule lokal itu bahkan yang paling semangat diantara mereka.

"Itu si Yofi ngapain lagi sama Benji sama Mail, heran ganjen amat," Soleh sebal sendiri, ngomel ngomel menatap Yofi yang sibuk diskusi.

Joyo mendecih, "apa urusan lu Mat, kayak pacaran aje si lu heran dah."

Soleh mendelik "emang pacaran ye!"

Hana terkekeh, menyenggol Hero dengan senyum penuh arti.

"Eh eh goblok! emang lu beneran jadian sama Wendy?" Putra yang baru datang langsung mengumpat karena dicerca pertanyaan begitu oleh Joyo.

Yang lain mendekat tanda siap mendengarkan.

"Noh si Wendy pdktan sama Mark, lu yakin jadian kaga si nyet?" Hana bertanya sebagai perwakilan dari mereka yang penasaran.

Putra mendengus, melirik Wendy yang ternyata masih sibuk bersama Mark, malahan kini mereka berjalan keluar kelas bersama. Lelaki itu mengendikkan bahu, "gatau gue, Wendy bilang gue kaga romantis jadi ya gitu marah doi."

Yang mendengar itu menghela nafas lelah, bahkan ada umpatan sampah dari Joyo dan Benji.

"Emang sinting lu, dah sinting emang," menepuk bahu Putra prihatin, Joyo berlalu pergi membuat gerombolan tadi langsung bubar.

"Yang sabar ye Put," kini Hero dengan senyum menenangkan, "cewek emang rumit."

"Heh gue gaplok lu!" sahut Hana sebal karena mendengar kalimat Hero. "Emang iya gitu, Nja?" tanya gadis itu pada Rinja yang langsung menabok dahi Hana gemas.

Putra mengernyit bingung, manyun manyun gemas mendengar sorakan semangat dari teman temannya.

"Salah ya gue?" tanya lelaki itu polos.

Dahlah.































BUBBLE GUM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang