Wendy : lo lagi apa?
Putra mendesah panjang. Panjang sekali. Bahkan Joyo sudah mengambil nafas tiga kali tetapi Putra masih mendesah. Jika Hero tau, pasti sudah dikatai sehabis main solo karena mendesah terlalu panjang.
"Apesi?" Tanya Joyo tak tahan. Mendelik kesal karena Putra kini malah merengek tak jelas. Benar benar sinting.
Putra mendongak. Melempar hapenya menampilkan chat dari Wendy beberapa menit yang lalu.
"Ya dibales nyet, napa ngerengek!" Joyo kesal sekali. Pasalnya sejak tadi, sejak tadi loh. Putra tak habis habis merengek tentang Wendy. Joyo bahkan sampai hapal.
"Dia tuh cantik Joy, gemesin, tapi gue nggak mau kita pacaran karena udah nyaman begini, ntar kalo begitu terus putus kan udah kehilangan temen terus kehilangan pacar," ulang Joyo menyindir kalimat Putra tadi. Lelaki yang mengaku jagoan itu mengulangnya bahkan sampai tiga kali.
"Kalo suka tuh tembak dor jadian udah, elu demen aja ribet nyet. Jagoan kok menye," ejek Joyo tak tahan. Dari tadi sudah ia rem tapi kini kelepasan. Sudah biarkan saja. Tak peduli yang penting telinganya aman dari curhatan Putra.
Putra mendelik, "ini nggak segampang yang lo pikirin sat! Emangnya gampang ngerubah hubungan yang tadinya temenan jadi pacaran?!" Sewot lelaki itu. Sudah duduk tegap menatap tajam Joyo yang ikutan tersulut kesal.
"Gampang kalo elu sat set! Soleh yang mlehoy sinting begitu aja udah pacaran. Kaga make friendzone segala, dia tau saatnya narik sama ngulur. Lah elu ngulur ae setan!"
Putra manyun. Beringsut mundur kalah bicara karena itu benar. Sebenarnya memang jika dari kemarin ia gerak cepat pasti sudah jadian. Tapi Putra terlalu nyaman untuk menjalin hubungan baru. Ia tak rela melepas peran teman menjadi pacar. Pasti banyak beban yang akan ia tanggung.
"Elu diajak pacaran aja mlehoy gimana diajak nikah, mati lo paling udahan," tambah Joyo. Lalu tertawa keras merasa lega sudah menyuarakan perasaannya. "Lo tembak aja, keburu dipepet bang Jordi mampus."
Putra mendecak. Buang muka memilih enggan membahas lagi. Curhat dengan Joyo sebenarnya hanya makan hati karena lelaki itu tak bertele tele. Tetapi ia juga dapat pencerahan. Jadi modelnya kita dibuat tambah sakit hati baru sadar.
Ibaratnya lagi, bahagia saja harus jungkat jungkit dulu.
"Kalo gitu lo jalanin aja dulu."
**
"Pagi Wen, semangat belajar katanya," Wendy menoleh pada Joyo yang memberikan susu kotak.
Menerima sembari melirik kiri kanan, terdapat Putra mengawasi lalu buang muka disudut kiri, "kata siapa Joy?" Tanya Wendy dengan suara keras.
Joyo menipiskan bibir dengan wajah datar, lalu tersenyum lebar, "Putra, hehe."
Wendy melipat tangan tersenyum songong, mengembalikkan susu kotak dengan paksa pada Joyo, "suruh dia aja ngasih sendiri Joy, gua nggak terima barang titipan soalnya," lagi lagi dengan suara keras. Joyo menghela nafas dalam.
Berbalik menuju Putra sembari membawa susu. "Putra, kasih sendiri katanya."
Putra mendecih. Melirik Wendy yang menatapnya angkuh, "kata siapa Joy?" Tanyanya dengan suara keras juga mengikuti Wendy.
Joyo melotot, "Wendy ada bilang gitu, nih!" Sebalnya. Memaksa Putra menerima susu kotak tetapi lelaki itu berkilah tak mau.
"OHH GITUU, YAUDAH BUANG AJA JOY ORANG NGGAK TAU TERIMA KASIH EMANG REPOTIN!" teriak Putra tak kalah sebal. Melotot pada Wendy yang menatapnya tajam.
Joyo berbalik. Mengacungkan susu kotak hingga terlihat pandangan Wendy, "Buang nggak Wen?"
"Terserah Joy! KALO NGGAK NIAT NGASIH EMANG GITU SIH JOY YA KANN?!"
Putra mengumpat. Kini berdiri diikuti Hero, Dewa, Viko, Yana, Lutfi dan Benji. Sedangkan dipihak Wendy ada Hana, Yofi, Soleh, Yosep, Mail, Mark, Rinja, Dom serta Han. Dalam hal ini Putra kalah jumlah dan suara.
"Gitu katanya, Put," Joyo menatap Putra. Lelaki itu berdiri ditengah tengah dua kubu yang nampak lucu dengan wajah lelahnya.
"Bilangin Joy, siapa yang pertama kali nggak niat," Joyo sudah hendak ingin berbalik. Tetapi terpotong lagi karena Putra belum selesai, "dianya menel ke banyak cowok."
"Gitu-"
"BILANGIN TEMEN LO JOY, JADI COWOK YANG JELAS. GUE UDAH TEGASIN TAPI DIA MALAH NGAJAK GUE JUNGKAT JUNGKIT!!"
Joyo mengumpat, menoleh pada Putra, "Gitu Pu-"
"KOK LO BAHAS YANG LAIN? GUE NGOMONGIN SUSU KOTAK YA SETAN!"
"Wen-"
"DIEM JOY! Kali ini gue udah nggak tahan sama nih cowok lo diem aja Joy nggak usah ikut campur!" Wendy maju selangkah. Joyo menipiskan bibir. Mengumpat kasar lalu agak mundur karena menghalangi pandangan antara Wendy dan Putra.
Para penonton semakin antusias melihat itu. Bahkan Mail sudah nyemil piscok bersama Hana dan Han.
"Dari awal siapa yang ngomong niat nggak niat?!" Wendy menatap tajam Putra yang mendesis. "Gue sabar ya selama ini."
Putra ikutan maju,"Elo tuh menel ganjenin bang Jordi gue ta-"
"Bibir lo minta gue gampar-"
"NIH NIH GAMPAR MAKE BIBIR LO TAPI!!"
Wendy melotot sudah bingung harus bilang apa. Pipinya merona agak tergagap begitu saja karena kalimat Putra. Sedangkan lelaki itu tersenyum songong walau wajahnya panas penuh keringat.
Yang lain sudah bersorak keras dengan tawa dan cicitan sinting. Bahkan ada sahutan dari anak anak setan yang makin memperpanas suasana dan riuhan yang lain.
Sedangkan Wendy menghela nafas dalam. Menatap lurus Putra yang juga menatapnya. Saling menyuarakan hati ditengah bisingnya anak kelas karena masih sibuk saling sahut kalimat kotor. Walau pada akhirnya Wendy sadar, ia memang diajak jungkat jungkit oleh Putra.
Membuatnya berada diatas dengan segala hal bahagia lalu anjlok begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM✓
Teen FictionPermen karet misterius Yosan yang hidup di dunia. Yoo San Putra, cowok yang maksa sangar padahal mukanya gemesin kayak anak TK. Ada juga Wendy Sonia, si cantik rambut badai. Mereka yang selalu nyolot kalau ketemu, tanpa sadar saling suka. Klise sih...