Bubble Gum 15

7 2 0
                                    

"Pagi Wen hehe," Wendy mendengus. Tersenyum malu menerima coklat bungkusan kecil yang diberikan Joyo. "Dari Putra nih," gadis itu mengangguk kecil.

Berlalu menghampiri Putra yang main ular tangga dengan Hana, Han dan Benji. Sungguh lelaki ini.

"Pagi Putra," sapa Wendy ceria. Putra menoleh sekilas, kembali memainkan dadunya mengabaikan Wendy yang merangkul bahunya.

Hana berseru, "Putra aja nih yang disapa? Gue kaga," katanya sebal, "padahal gue berperan penting dalam kelangsungan hubungan lo."

Wendy mendengus, memilih tetap di samping Putra walau kadang harus termundur tanpa sengaja karena disenggol Putra yang heboh karena disalip Benji. Hana melihat itu terkekeh pelan, lalu mendengus. Apa apaan.






**





"Pacaran?" tanya Hana duduk di samping Wendy.

Wendy mengendikkan bahu setelah diam sesaat. Menatap ceria Putra yang dikejar Soleh di lapangan utama.

Hana menggeleng heran, "iya atau enggak?"

Wendy mendelik, "napa sih kepo banget."

Hana mengumpat, "biar gue tau mesti bantu apa lagi, elu dibantuin malah slengean," kesalnya karena dituduh kepo. Padahal niatnya kan baik. Ya kepo dikit lah.

Wendy menghela nafas, "nggak tau, Na. Kita sih udah saling tau perasaan masing masing, tapi Putra nggak bilang ada pacaran atau enggak. Dia nggak nembak gue," bahunya meluruh.

Hana mengernyit, "jadi lu digantung?" Tanyanya frontal. Wendy mengumpat pelan.

"Nggak usah diperjelas juga woi!"

Hana terkekeh. "Gila sih tu cowok, jagoan dari mana hubungan aja nggak jelas."

"Dihh, kayak elu jelas aja sama Rinja," timpalnya menyinggung mengenai Hana dan Rinja yang nampak dekat.

Hana mendelik, "kok lu bawa bawa Rinja? Lagi bahas elu sama Putra ngapain lari ke gue?"

"Kan elu sendiri yang bilang gue digantung, bilang hubungan gue nggak jelas, ya elu jelas nggak sama Rinja?" Tanya Wendy dengan nada tinggi. Sudah mendapat atensi dari para lelaki yang tadi main kejar kejaran.

Hana mengernyit santai, "jelas! Jelas cuma temen. Elu? Iye elu jelas, jelas jelas digantung, kan?" Tanya Hana songong. Sudah melipat tangan didada dengan sorot mata merendahkan. Putra sudah berlari mendekat diikuti Soleh serta Dom. Tak lama anak anak kelas sudah berkumpul.

"Coba kemaren gue kaga gerak, ada lu dapet kejelasan perasaan dari Putra?"

Wendy terperangah, "wah minta digaplok lu ye?"

Putra yang disebut sebut sudah agak mundur menciut karena masalah perasaan serta hubungan juga. Hana memang sinting.

"Put?" Wendy menatap Putra meminta kejelasan.

Putra menatap linglung, "h-ha? Kenapa?"

Wendy mengernyit makin bingung, "kok kenapa sih? Ini jadinya mau gimana?"

Dalam hati Putra mengumpat, mengutuk bibir lemes Hana yang semena mena, "gimana apanya sih, Wen?"

"Lo gantungin gue?"

"Jelas!" Sahut Hana, menepis tangan Rinja yang berusaha menariknya pergi.

Wendy mendengus kesal, Putra sudah hampir menangis melihat Wendy. Padahal baru saja hubungan mereka membaik.

"Ya kaga lah, Na. Kalo gue gantung yang ada doi mati," jawab Putra ngawur. Wendy yang mendengar itu sudah makin kesal karena yakin jika digantung sungguhan.

Suasana jadi tegang. Antara ingin menggaplok bibir ngawur Putra tapi senang karena ada keributan.

"Emang sekarang hubungan lo sama Putra apaan, Wen?" Tanya Hana, kembali menepis tangan Rinja kali ini lebih keras, "bentar dulu monyet!" Kesalnya menatap tajam Rinja yang mendengus ikutan kesal.

Wendy hampir bicara tapi kembali diam. Melirik Putra memberi kode untuk memberi jawaban pada Hana. Tetapi lelaki itu malah toleh toleh tak mengerti, entah memang tak mengerti atau pura pura tak mengerti.

Wendy menghela nafas kesal, menatap tajam Putra yang masih sok sokan bingung. "Gimana setan?!"

Putra mendelik, "kok lu kasar?"

"Otak dipake!" Sahut Wendy kasar yang sudah terlanjur kesal.

Yang menonton langsung berseru heboh. Hana diam melipat tangan didada puas melihat itu.

"Lo mau gimana?" Tanya Putra melembut. Mendekati Wendy berusaha menenangkan membuat Hana mendelik tak suka. Sejak kapan lelaki sok jagoan ini pandai menahan emosi?

Tapi memang dasarnya Wendy, "kok lo tanya gue? Keputusan dari elu gimana, gak jelas," dia malah nyolot.

Putra menatap tajam kembali tersulut emosi, "kok nyolot?"

"Ya abisan lo nggak jelas."

Yofi menepuk pelan kepala Wendy mencoba menghentikan emosi gadis itu.

"Terus lo mau gimana kan udah gue tanya," Putra ikutan kesal.

Wendy menatap Hana yang terlihat antusias dengan keributan ini, "gimana, Na?"

Hana agak terkejut lalu mengendik acuh, "pacaran lah," katanya santai. Merangkul bahu Rinja kemudian menyender dilengan lelaki itu. Menatap penuh penantian apa yang akan dikatakan Putra.

Wendy menatap Putra dengan songong, menyugar rambut panjangnya dengan decihan samar.

"Gimana tuh?" Tanya Wendy dengan tawa diakhir kalimatnya.

Putra mendelik, "yaudah pacaran!" Kesalnya dengan nada bicara meninggi.

Wendy melotot, "kok cepet?"

"Lo nggak mau?"

"Ya mau lah!" Jawab Wendy cepat. Lalu mereka buang muka malu sendiri.

"Udah jelas tuh, Wen. Pacaran katanya," Hana terkekeh pelan, "ribet banget setan."

Yang lain jadi ikutan terkekeh. Merasa geli dengan tingkah dua manusia yang jatuh cinta tapi tak mau maju membuat kejelasan.



































BUBBLE GUM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang